Serba-Serbi Jadi Kurator Seni, Harus Terus Belajar

Kurator seni tidak harus memiliki background pendidikan seni.

By: Yasinta Rahmawati icon Selasa, 29 Oktober 2019 icon 15:39 WIB
Serba-Serbi Jadi Kurator Seni, Harus Terus Belajar

Karya Muslimah Collective di Biennale Jogja 2019. (Dewiku.com/Yasinta Rahmawati)

Kurator seni mungkin tidak sepopuler profesi lain. Namun bagi pencinta seni, menjadi kurator adalah impian. Menjadi kurator pun tidak harus berasal dari lulusan jurusan seni saat kuliah.

Meski demikian, Direktur Eksekutif Yayasan Biennale Yogyakarta, Alia Swastika mengungkapkan, seorang kurator seni harus punya kemauan untuk terus belajar.

"Mau belajar karena sekolahnya baru banget dimulai. Baru ada satu sekolah kurator itu di ITB. Jadi sebagian besar kurator di Indonesia masih otodidak," ungkapnya pada Dewiku.com, Kamis (24/10/2019) di perhelatan Biennale Jogja 2019.

Alia Swastika yang sekaligus berprofesi sebagai kurator seni pun mengatakan bahwa modal paling utama adalah mencintai seni. Sebab, dunia kesenian sangat berbeda dengan kerja kantoran yang rutin menerima gaji bulanan.

Dunia kuratorial seni rupa tidak menjanjikan pemasukan rutin, terlebih yang bergerak dari satu pameran ke pameran lain. Sebab, tidak ada institusi yang membayar kurator setiap bulan di Indonesia, kecuali menjadi kurator di museum misalnya.

Alia Swastika, Direktur Eksekutif Yayasan Biennale Yogyakarta. (Dewiku.com/Yasinta Rahmawati)
Alia Swastika, Direktur Eksekutif Yayasan Biennale Yogyakarta. (Dewiku.com/Yasinta Rahmawati)

"Tapi kalau seni kontemporer sebenarnya nggak ada yang menjanjikan. Sebenarnya karirnya apa. Jadi kalau nggak cinta nggak bisa," tambah wanita lulusan jurusan Ilmu Komunikasi UGM itu.

Bagi Alia Swastika sendiri, seni menjadi ruang di mana orang punya kebebasan berimajinasi. Namun tak hanya membebaskan imajinasi, seni juga bisa menjadi media menambah pengetahuan dan pemahaman baru.

"Seni itu juga cara menambah pengetahuan. Karena kadang seniman bekerja dengan materi narasi-narasi yang nggak ada di buku. Jadi kita kalau baca buku sejarah ilmunya itu-itu aja. Ada banyak sekali cerita-cerita yang belum masuk dalam sejarah," terangnya.

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI