Ragam

DJ Bravy Pacari Erika Carlina di Tengah Isu Kehamilan, Disebut Cowok Langka Sama Warganet

DJ Bravy dipuji karena pacari Erika Carlina? Reaksi netizen ini ungkap logika sosial yang bikin mikir.

Vania Rossa | Estika Kusumaningtyas

DJ Bravy yang beri dukungan penuh ke Erika Carlina (instagram/bravyson.vconk)
DJ Bravy yang beri dukungan penuh ke Erika Carlina (instagram/bravyson.vconk)

Dewiku.com - Ketika publik dikejutkan oleh pengakuan Erika Carlina soal kehamilan di luar nikah, tak sedikit yang justru beralih fokus pada sosok sang kekasih saat ini, DJ Bravy. Alih-alih dihujat, DJ Bravy justru dibanjiri pujian karena tetap mau menjalin hubungan dengan Erika.

Erika Carlina memang sedang banyak disorot publik setelah mengakui dirinya tengah hamil di luar nikah. Namun DJ Bravy yang tetap mendukung dan mendampingi Erika dinilai “mau menerima” pasangan dalam kondisi yang dianggap nggak ideal oleh sebagian masyarakat.

Sayangnya, pujian yang tampak positif ini justru membuka perdebatan yang lebih dalam. Apakah ini bentuk dukungan sehat? Atau justru mencerminkan bias gender dan standar ganda dalam cara kita memandang relasi laki-laki dan perempuan?

Pacar Erika Carlina, DJ Bravy Banjir Pujian

Setelah Erika mengungkap status kehamilannya secara terbuka pada publik, dukungan orang-orang terdekat pun memancing rasa penasaran netizen, termasuk respons DJ Bravy. Kekasih baru Erika Carlina tersebut kedapatan terus memberi dukungan terbaiknya.

Dalam unggahan di akun media sosial pribadinya, DJ Bravy terlihat menunjukkan dukungan secara terang-terangan dengan menyertakan foto Erika Carlina.

“Stay strong baby. No matter what. Aku percaya Tuhan lg gak main2 pas nyiptain km. Kamu tenang aja, orang bauk tuh yang bantu semesta kok. As your man, i’m still with my words. I’ll always be your ‘every potition’ person. Kalo lg mau jalan bareng, aku di samping km. Kalo km lg butuh support, aku tepat di belakang km. Kalo km lagi diserang, aku yang akan di depan km. Semua akan indah pada waktunya kok. Sabar ya syg. I love you, always.” tulis DJ Bravy dalam Instagram story-nya.

Respons yang memperlihatkan ketulusan ini membuat sebagian besar netizen tersentuh dan menganggap Bravy sebagai lelaki sejati. Komentar seperti “cowok langka”, “respect banget sama Bravy”, hingga “mau nerima cewek yang lagi hamil, luar biasa” banyak membanjiri kolom komentar.

Bias Logika atau Standar Ganda?

Di sisi lain, nggak sedikit warganet yang mempertanyakan standar ganda dalam respons netizen terhadap DJ Bravy tersebut. Beberapa menyebut pujian itu berlebihan karena sebenarnya wajar saja pasangan memberi dukungan dalam keadaan apa pun hingga nggak perlu disanjung secara berlebihan.

Fenomena ini memperlihatkan bagaimana standar sosial masih sering mengagungkan laki-laki yang menunjukkan empati atau keterbukaan dalam konteks hubungan, terutama saat menyangkut perempuan yang dianggap “bermasalah” secara norma.

Sebaliknya, perempuan yang melakukan hal serupa terhadap laki-laki dengan latar belakang kontroversial justru kerap dicibir. Ketimpangan persepsi sosial yang masih kuat ini menempatkan laki-laki sebagai pahlawan, sementara perempuan terus disaring lewat moralitas.

Logika emosional netizen juga semakin diombang-ambingkan standar ganda dan berujung pada pembentukan opini yang nggak adil, baik untuk perempuan maupun laki-laki. Respons atau unggahan yang menyentuh di media sosial akan menggeser fakta dan isu sosial yang utama.

Norma Sosial vs Realita Publik Figur

Terlepas dari skandal yang mencuat ini, hubungan Erika Carlina dan DJ Bravy juga bisa menjadi bahan refleksi mengenai norma sosial. Mulai dari stigma kehamilan di luar nikah hingga bagaimana masyarakat memandang relasi publik figur.

Di era keterbukaan informasi, kisah asmara selebritas nggak hanya menjadi hiburan, tapi juga cerminan nilai-nilai yang masih dipegang atau diperdebatkan oleh masyarakat. Perilaku dan respons mereka akan mendorong penilaian masyarakat yang nggak selalu bisa diprediksi.

Lalu, apakah ini bentuk dukungan positif terhadap pasangan muda yang berani bertanggung jawab? Ataukah justru memperlihatkan standar moral yang masih bias gender? Pada akhirnya semua kembali pada mindset dan latar belakang pengalaman sosial yang mendorong pilihan untuk menormalisasi isu tertentu.

 

Berita Terkait

Berita Terkini