Ragam
Kesuburan Bukan Cuma Urusan Cewek! Yuk, Kenali Fakta Soal Sperma dan Infertilitas Pria
dr. Geraldo Laurus, Sp.And dari Bocah Indonesia menjelaskan penyebab infertilitas pria, pentingnya cek sperma sejak dini, dan gaya hidup yang bisa bantu tingkatkan peluang punya buah hati.
Vania Rossa
Dewiku.com - Banyak pasangan muda yang baru menikah sering berpikir, kalau belum juga dikaruniai dua garis biru, pasti masalahnya ada di pihak perempuan. Padahal, menurut data dan pengalaman para ahli, sekitar 30 persen kasus infertilitas justru berasal dari sisi pria.
Yup, bukan cuma cewek yang perlu jaga kesehatan reproduksi — cowok juga wajib aware!
Hal ini disampaikan dr. Geraldo Laurus, Sp.And, Dokter Spesialis Andrologi Bocah Indonesia, dalam acara Bocah Fertility Week (BFW) 2025 bertema “Hope Starts Here”. Acara tahunan ini digelar untuk memperingati World Fertility Day dan menjadi wadah edukasi seputar kesehatan reproduksi serta teknologi fertilitas terbaru.
Infertilitas Pria Nggak Selalu Karena Gaya Hidup
Menurut dr. Geraldo, penyebab infertilitas pada pria sebenarnya cukup banyak. Namun yang paling sering adalah idiopatik, alias penyebabnya belum diketahui secara pasti.

“Banyak kasus di mana semua hasil pemeriksaan normal, tapi sperma tetap belum optimal. Itulah yang disebut idiopatik,” jelasnya.
Selain itu, penyebab lain yang umum ditemui adalah varikokel — pelebaran pembuluh darah di kantong zakar (skrotum) yang bisa mengganggu fungsi testis sebagai “pabrik sperma”.
“Kalau ibu-ibu bisa punya varises di kaki, pria bisa punya ‘varises’ di area testis. Itu yang kita sebut varikokel,” ujar dr. Geraldo.
Sayangnya, varikokel ini nggak bisa disembuhkan dengan obat, herbal, atau terapi tradisional, karena penyebab dasarnya bersifat genetik.
“Varikokel hanya bisa diperbaiki dengan operasi. Tapi tidak semua pasien langsung membaik kualitas spermanya setelah tindakan. Karena itu perlu evaluasi menyeluruh dulu,” tambahnya.
Periksa Sperma, Nggak Perlu Malu!
dr. Geraldo menekankan pentingnya pemeriksaan sperma sebagai bagian dari perencanaan kehamilan.
“Pemeriksaan sperma bukan hal tabu, dan bukan juga tanda ‘nggak jantan’. Ini bagian dari proses untuk tahu kondisi kesuburan secara utuh,” katanya.
Idealnya, pasangan segera melakukan pemeriksaan setelah satu tahun menikah tanpa hasil, atau enam bulan jika usia istri sudah di atas 35 tahun. Bahkan, sebelum menikah pun boleh banget periksa sperma, supaya bisa lebih siap dan tahu lebih awal.
Sayangnya, masih banyak pria yang enggan memeriksakan diri karena merasa malu atau takut hasilnya buruk. Padahal, menurut dr. Geraldo, semakin cepat tahu kondisinya, semakin cepat juga bisa diambil langkah yang tepat.
Faktor Gaya Hidup Juga Berpengaruh Besar
Selain faktor genetik dan medis, gaya hidup juga berperan penting terhadap kualitas sperma.
Beberapa kebiasaan yang bisa menurunkan kualitas sperma antara lain obesitas, kurang olahraga, sering begadang, konsumsi kopi berlebihan, dan makanan ultra-proses seperti nugget, mi instan, atau sosis.
“Kalau mau bantu sperma jadi lebih sehat, fokusnya di pola hidup. Kurangi makanan olahan, olahraga 3–5 kali seminggu, tidur cukup, dan batasi kopi maksimal dua gelas per hari,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan agar pria menghindari panas berlebih di area testis, seperti sering memangku laptop atau duduk terlalu lama dengan celana ketat, karena sperma sensitif terhadap suhu tinggi.
Teknologi Fertilitas Kini Makin Canggih
Dalam kesempatan yang sama, Bocah Indonesia juga memperkenalkan sederet inovasi teknologi IVF (In Vitro Fertilization) terbaru untuk membantu pasangan pejuang dua garis.
Di antaranya adalah EMBRACE Test, teknologi seleksi embrio tanpa biopsi, dan PRP Therapy yang membantu memperbaiki kualitas rahim dan sel telur pada wanita.
Teknologi-teknologi ini memberi harapan baru bagi banyak pasangan yang sebelumnya mengalami kegagalan promil atau bayi tabung.
Kuncinya: Kesadaran dan Kerjasama Pasangan
dr. Geraldo berharap pasangan muda mulai lebih terbuka membahas isu kesuburan sejak awal.
“Kesuburan itu bukan cuma tanggung jawab perempuan. Pria juga punya peran besar, jadi harus mau diperiksa dan menjaga gaya hidupnya,” ujarnya.
Pada akhirnya, keberhasilan punya buah hati bukan cuma soal teknologi dan pengobatan, tapi juga tentang kerjasama, kesabaran, dan saling dukung antara suami istri. Karena di balik dua garis impian itu, selalu ada perjalanan panjang yang layak diperjuangkan bersama.
(Bahan: Annisa Deli Indriyanti)








