Community
Mencari Semar: Teater Koma Hadirkan Lakon yang Imersif dan Penuh Makna
Teater Koma kembali dengan pertunjukan ke-235 bertajuk "Mencari Semar", menghadirkan lakon yang imersif, penuh makna, dan dibalut sentuhan futuristik.
Vania Rossa

Dewiku.com - Komunitas teater legendaris Indonesia, Teater Koma, akan segera kembali menyapa publik melalui pementasan terbarunya yang ke-235. Bertepatan dengan perayaan usia ke-48 tahun, Teater Koma berkolaborasi dengan Bakti Budaya Djarum Foundation untuk menghadirkan pertunjukan bertajuk Mencari Semar.
Disampaikan dalam konferensi pers pada Kamis (31/7/2025), Rangga Riantiarno selaku sutradara dan penulis naskah mengungkapkan bahwa lakon ini mengangkat tokoh Semar—punakawan bijak dalam dunia pewayangan—yang memasuki masa pensiunnya, namun masih menyimpan pusaka sakti bernama Jimat Kalimasada di dalam tubuhnya.
Semar mungkin dikenal oleh generasi terdahulu, terutama milenial, melalui dongeng dan pertunjukan tradisional. Namun di kalangan Gen Z, tokoh ini mulai terlupakan. Inilah yang menjadi alasan Teater Koma dan Bakti Budaya Djarum Foundation menghadirkan tokoh Semar dalam format yang segar dan berbeda: dengan sentuhan futuristik.
Pertunjukan Mencari Semar akan menggabungkan elemen budaya tradisional dengan nuansa dunia masa depan. Lakon ini menjadi pengalaman teatrikal baru, terutama bagi generasi muda dan penonton yang belum terbiasa dengan pementasan teater.
“Lakon ini mencoba menggambarkan dunia masa depan yang kehilangan arah, lalu mencari kembali kebijaksanaan dari masa lalu. Semar bukan hanya tokoh pewayangan, ia adalah simbol suara rakyat, penjaga keseimbangan, dan representasi nilai-nilai luhur yang semakin dibutuhkan saat ini,” ujar Rangga.
Rangga juga mengangkat isu ketergantungan manusia pada teknologi, khususnya Artificial Intelligence (AI). Ia menyampaikan keresahannya terhadap tren yang membuat masyarakat terlalu bergantung pada AI, bahkan untuk hal-hal sederhana.
“Kadang-kadang ada tren yang mengkhawatirkan ketika seseorang baru merasa sakit perut saja sudah bertanya ke AI, padahal mungkin dia hanya belum makan,” ungkap Rangga, menggarisbawahi urgensi keberadaan tokoh-tokoh bijak seperti Semar sebagai ‘suara hati’ dalam kehidupan modern.
Cerita Mencari Semar juga menyentuh isu transformasi manusia yang makin menyerupai robot, kehilangan empati dan nurani. Rangga menggambarkan bagaimana pertemuan antara manusia-robot dengan Semar akan memunculkan kelucuan, konflik, hingga perenungan yang dalam.
Tak hanya itu, pertunjukan ini juga menyentil fenomena sosial masa kini, di mana banyak orang lebih mempercayai informasi dari media sosial dibandingkan pendapat para ahli. Kritik sosial ini menjadi salah satu benang merah dari pesan moral yang ingin disampaikan.
Menyajikan Pengalaman Teater yang Imersif dan Penuh Inovasi
Baca Juga
Miskha Shafa Melahirkan, Cucu Pertama Keluarga Fadil Jaidi Resmi Jadi Bintang Baru
Wajib Coba! 4 Rekomendasi Retinol Terbaik untuk Pemula Usia 20-an, Bebas Purging
Buket Bunga Hitam di Resepsi Luna Maya: Simbol Cinta, Elegansi, atau Misteri?
Tampil Chic ala Steffi Zamora, Gaya Kasual Jadi Lebih Stylish!
Romantis Online ala Ria Ricis dan Evan: Jangan Sampai Relationship Jadi Konten Doang!
Anti Drama Kaki Pegel! Ini 5 Flat Shoes Lokal yang Bikin Betah Melangkah
Selain kekuatan naskah dan cerita, Mencari Semar juga dirancang untuk memberikan pengalaman menonton yang imersif. Penonton diajak bukan hanya untuk menonton, tetapi ikut terlibat secara emosional dalam alur cerita.
Set panggung, kostum, visual, musik, tarian, hingga tata cahaya dikemas dalam sentuhan teknologi canggih yang tidak hanya menjadi latar, tetapi juga bagian dari narasi. Hal ini memungkinkan komunikasi yang lebih kuat antara panggung dan penonton.
Deden Bulqini selaku skenografer mengungkapkan bahwa skenografi dalam Mencari Semar dirancang agar lebih responsif terhadap alur dan dramaturgi.
“Skenografi tidak hanya bersifat fisik, tetapi menjadi bagian dari cerita itu sendiri. Ini kami hadirkan untuk mendekatkan pesan naskah dengan pengalaman visual yang kuat,” jelasnya.
Penonton juga akan diajak menyelami konflik ketika Semar terjebak dalam dimensi waktu. Setiap elemen panggung dibuat untuk mendukung keterlibatan emosional penonton dalam perjalanan karakter utama.
Pertunjukan Mencari Semar akan digelar selama lima hari berturut-turut, mulai 13 hingga 17 Agustus 2025 di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta Selatan. Tiket dapat diperoleh melalui laman resmi Teater Koma di www.teaterkoma.org, dengan harga bervariasi sesuai pilihan tempat duduk.
(Annisa Deli Indriyanti)