Malaikat Tanpa Sayap, Inilah Sosok Ibu di Mata Anak Panti Asuhan

Mereka memang tidak mengenal orangtua kandung, tapi tetap memiliki sosok ibu.

By: Rima Sekarani Imamun Nissa icon Jumat, 14 Desember 2018 icon 19:14 WIB
Malaikat Tanpa Sayap, Inilah Sosok Ibu di Mata Anak Panti Asuhan

Ilustrasi kasih sayang seorang ibu panti. (Arkadia Digital Media/Ema Rohimah)

Selamat Hari Ibu! Merayakan Hari Ibu biasanya dilakukan dengan mengungkapkan rasa terima kasih atas kasih sayang seorang ibu yang tanpa batas. Namun, bagaimana dengan anak-anak di panti asuhan yang bahkan tidak mengenal siapa perempuan yang melahirkannya?

Tidak pernah terbersit dalam pikiran Devi Indah untuk menjadi kepala panti asuhan, apalagi sampai harus mengurus anak-anak yatim piatu dengan kebutuhan khusus.

''Subhanallah,'' ujar Devi saat ditemui DewiKu pada Jumat (14/12/2018) pekan lalu.

Baca Juga: Peringati Hari Ibu, Iriana Tabur Bunga di Taman Makam Pahlawan

Baginya, satu kata itu sudah lebih dari cukup menggambarkan sejuta perasaan yang hadir di hatinya saat memantapkan diri untuk menjabat Kepala Panti II Rehabilitasi Disabilitas Ganda Yayasan Ibu di Kalasan, Yogyakarta.

Dengan pandangan mata menerawang, Devi bercerita bagaimana tawaran itu datang pertama kali padanya.

Ilustrasi suasana Panti Asuhan Sayap Ibu. (DewiKu/Rima Suliastini)
Ilustrasi suasana Panti Asuhan Sayap Ibu. (DewiKu.com/Rima Suliastini)

Seorang rekan dari Yayasan Sayap Ibu yang dikenalnya ketika bekerja di Dinas Sosial Kota Yogyakarta menyampaikan jika mereka sedang membutuhkan seseorang untuk menjadi Kepala Panti II. Tugasnya adalah mengurus panti rehabilitasi disabilitas ganda.

Baca Juga: Happy Father's Day! Ini Sejarah Hari Ayah di Indonesia

Devi mengaku tidak langsung menerima tawaran tersebut. Baginya, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, termasuk fakta bahwa sebelumnya dia tidak pernah bersinggungan dengan anak-anak cacat ganda.

Belum lagi, saat itu Devi juga tengah menikmati peran sebagai ibu dari anak semata wayangnya yang baru berumur 3 tahun.

''Saya butuh waktu untuk berpikir, lama sekali saat itu,'' ungkap Devi.

Setelah mempertimbangkan dengan matang, Devi akhirnya menyanggupi tawaran ini. Kini dia telah bertugas selama 3 bulan dan tidak menampik jika memang melewati masa yang berat. Meski begitu, ibu satu anak ini tidak menyesali keputusannya.

Devi Indah PS, Kepala Panti II Yayasan Sayap Ibu, Yogyakarta. (Arkadia Digital Media/Ema Rohimah)
Devi Indah PS, Kepala Panti II Yayasan Sayap Ibu, Yogyakarta. (Arkadia Digital Media/Ema Rohimah)

''Mereka itu anak-anak yang nggak punya orangtua dan berkebutuhan khusus. Mereka nggak berdosa, masih polos,'' ucapnya lirih.

Devi merelakan dirinya berbagi peran dengan anak-anak yang kurang beruntung tersebut. Dia menyanggupi jadi ibu panti, sebutan baru yang otomatis disandangnya setelah menjabat kepala panti.

Selamat Hari Ibu! Merayakan Hari Ibu biasanya dilakukan dengan mengungkapkan rasa terima kasih atas kasih sayang seorang ibu yang tanpa batas, termasuk mereka yang mengabdikan dirinya untuk merawat anak-anak di panti asuhan.

Devi, salah satunya.

Menjadi ibu panti tentu tidak mudah, terlebih dia juga memiliki peran sebagai ibu kandung. Namun tekadnya sudah bulat. Devi bersedia mendekap anak-anak ini dengan kehangatan yang sama seperti dia mendekap anaknya sendiri.

Devi kemudian pindah dan menetap di dalam lingkungan panti asuhan. Dia mempelajari semuanya secara perlahan, terutama tentang bagaimana dia harus bisa menjadi ibu bukan hanya untuk anak kandungnya, tapi juga anak-anak asuhnya yang baru.

Meskipun pindah dalam lingkungan panti adalah hal yang berat, namun Devi yakin jika ini bukan keputusan yang buruk, terlebih suaminya mendukung penuh keputusan Devi.

Tantangan justru datang dari ayahnya yang kini tinggal seorang diri setelah Devi menetap di lingkungan Panti Asuhan.

''Bapak awalnya berat, tapi lama-lama Bapak bisa terima, kok,'' ujar Devi.

Sehari-harinya, Devi dibantu dengan beberapa pegawai yang bertugas sesuai peran masing-masing. Salah satunya adalah para ibu asuh yang membantunya merawat anak-anak.

Tugas ibu asuh tentu tidak bisa disepelekan. Anak-anak yang bahkan tidak bisa bangun dari tempat tidur ini dirawat secara total oleh mereka, mulai dari makan, mandi, bahkan untuk membantu tengkurap. Semua dilakukan dengan tulus oleh ibu asuh.

Ilustrasi suasana Panti Asuhan Sayap Ibu. (DewiKu/Rima Suliastini)
Ilustrasi suasana Panti Asuhan Sayap Ibu. (DewiKu/Rima Suliastini)

Salah satu yang bertugas paling lama di panti II adalah Mbak Sar. Dalam usianya yang tidak lagi muda, dia mengabdikan dirinya untuk mengurus bocah-bocah malang ini.

Seperti Devi, Mbak Sar juga memilih tinggal di lingkungan panti. Mbak Sar hanya memanfaatkan libur lima hari dalam sebulan untuk pulang menemui keluarganya. Sisanya dia habiskan untuk merawat Keshia dan anak-anak lain agar sekedar bisa membalikkan badannya.

''Keshia ini punya kelainan sejak lahir, jadi nggak bisa ngapa-ngapain. Membalikkan badan aja Keshia nggak bisa sendiri, harus dibantu,'' ujar mbak Sar ketika ditemui Dewiku.

Saat ini, sebanyak 21 anak berkebutuhan khusus dirawat di Panti II Rehabilitasi Disabilitas Ganda Yayasan Sayap Ibu. Sebagian dari mereka melanjutkan sekolah di SLB yang ada dalam lingkungan panti, sedangkan sisanya tidak bisa beranjak dari tempat tidur karena memiliki kekurangan sejak lahir.

Peran ibu panti dan ibu asuh benar-benar tidak bisa dianggap enteng. Meskipun tidak melahirkan secara biologis tapi wanita-wanita tangguh ini tetap menyayangi mereka seperti menyayangi anak sendiri.

Peran mereka sangat besar. Jasanya jelas tidak bisa dibayar dengan harta berapapun. Ajaibnya, segala lelah malaikat tanpa sayap ini akan terbayar hanya dengan seulas senyuman dari anak-anak asuhnya.

Selamat Hari Ibu, Devi! Selamat Hari Ibu untuk semua perempuan yang iklas dan sepenuh hati merawat serta membesarkan anak-anak kurang beruntung karena bahkan tidak mengetahui sosok orang tua kandung mereka sendiri.

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI