Ragam

Baru Ditinggal Istri, Kok Cepat Nikah Lagi? Cowok Butuh Pasangan atau Takut Sepi?

Banyak laki-laki cepat menikah lagi setelah kehilangan pasangan. Ternyata alasannya nggak cuma soal cinta, tapi juga kebutuhan hidup.

Vania Rossa | Ayu Ratna

Ilustrasi duda menikah lagi (unsplash/Nathan Dumlao)
Ilustrasi duda menikah lagi (unsplash/Nathan Dumlao)

Dewiku.com - Kehilangan pasangan itu rasanya kayak ditinggal separuh jiwa. Entah itu karena perceraian atau pasangan meninggal, rasa hampa yang datang bisa bikin hidup serasa jungkir balik. Tapi uniknya, reaksi pria dan wanita setelah kehilangan pasangan ternyata cukup beda.

Banyak pria yang justru memilih menikah lagi nggak lama setelah istri pergi, sementara wanita cenderung butuh waktu lama atau bahkan memutuskan untuk nggak menikah lagi sama sekali.

Fenomena ini sering bikin orang geleng-geleng kepala. Kok bisa, baru beberapa bulan atau tahun kehilangan istri, eh sudah resepsi lagi? Apakah ini berarti pria gampang move on? Atau sebenarnya mereka memang nggak bisa hidup sendiri?

Dilansir Dewiku.com dari unggahan relationship coach Jet Veetlev, jawabannya ternyata nggak sesederhana itu. Ada alasan yang lebih kompleks di baliknya, dan nggak melulu soal cinta.

Bukan Cuma Soal Cinta, tapi Kebutuhan Hidup

Menurut Jet Veetlev, kehilangan pasangan buat wanita memang berat, tapi mereka umumnya masih bisa bertahan sendiri. Sementara bagi pria, kehilangan istri itu ibarat kehilangan “sistem operasional” hidup. Dari urusan domestik, pengelolaan keuangan, sampai dukungan emosional, semua biasanya di-handle istri.

Makanya, ketika memutuskan menikah lagi, pria jarang fokus hanya pada chemistry atau romantisme. Yang mereka incar adalah stabilitas hidup, keamanan emosional, dan bantuan praktis sehari-hari. Proses jatuh cinta kedua kali pun bisa berlangsung lebih cepat.

Penelitian Carr (2004) bahkan menemukan kalau alasan duda menikah lagi sering kali bukan karena cinta mendalam, tapi murni kebutuhan praktis. Mereka butuh teman ngobrol, seseorang yang bisa mengurus rumah, masak, bahkan membantu mengasuh anak.

Sementara itu, perempuan yang ditinggal suami biasanya sudah terbiasa mengurus rumah dan semua aspeknya sendiri. Jadi walaupun hati hancur, secara praktis mereka nggak langsung “lumpuh” dan bisa lebih lama mempertimbangkan untuk menikah lagi.

Pew Research Center bahkan mencatat 61% duda menikah lagi dalam beberapa tahun setelah kehilangan pasangan. Sedangkan janda? Hanya 19% yang menikah lagi. Dari segi waktu, pria rata-rata menikah lagi dalam 2-3 tahun, sedangkan wanita butuh 5-7 tahun, atau bahkan memilih sendiri selamanya.

Pola Asuh dan Ketergantungan Sejak Kecil

Fenomena ini ternyata berakar dari cara kita mendidik anak laki-laki. Sejak kecil, banyak dari mereka nggak pernah diajari urusan domestik. Mereka sering dipuji karena jago olahraga atau pintar matematika, tapi nggak pernah diminta masak nasi atau nyapu rumah. Semua dianggap urusan perempuan.

Kebiasaan ini kebawa sampai dewasa. Saat kuliah, makan di warung atau minta kiriman dari rumah. Saat kerja, kosan berantakan, dan kalau pulang ke rumah orang tua, semua beres dengan sendirinya. Begitu menikah, semua urusan rumah tangga dipegang istri. Baru sadar nggak bisa apa-apa ketika istri meninggal.

Menurut Jet Veetlev, rumah tangga itu bukan perusahaan di mana suami jadi CEO dan istri cuma karyawan. Pernikahan seharusnya kerja sama tim. Suami pun perlu terbiasa nyapu, masak, nyuci, atau nemenin anak tidur, karena itu bukan “pekerjaan perempuan” semata.

Kalau keterampilan dasar ini nggak dimiliki, begitu istri nggak ada, dampaknya langsung terasa. Banyak pria bingung urus anak, nggak tahu jadwal imunisasi, bahkan nggak paham cara bayar tagihan listrik. Akhirnya, perasaan kehilangan makin berat karena mereka juga kehilangan support system utama.

Itulah kenapa sebagian duda merasa menikah lagi adalah satu-satunya jalan keluar. Bukan cuma mencari pasangan baru, tapi karena mereka nggak pernah belajar hidup mandiri.

Kehilangan pasangan memang menyakitkan, tapi bukan berarti harus buru-buru mencari pengganti. Jet Veetlev bilang, proses berduka itu bukan masalah yang harus diselesaikan secepat mungkin. Baik pria maupun wanita, penting banget untuk melihat pasangan sebagai partner setara.

Suami perlu belajar life skills, dan istri juga berhak dilihat lebih dari sekadar pengurus rumah. Kalau masing-masing mandiri, hubungan bisa lebih sehat dan kuat, bahkan ketika hidup tiba-tiba berubah.

Berita Terkait

Berita Terkini