Ragam
Cewek Nggak Wajib Menikah Umur 30! Ini Kata Yuki Kato yang Bisa Jadi Pegangan Hati Kamu
Nggak apa-apa kalau kamu belum nikah di usia kepala tiga, karena setiap orang punya waktunya masing-masing.
Vania Rossa

Dewiku.com - Di zaman yang semakin banyak dipengaruhi standar media sosial, urusan pernikahan pun mulai dicampuri netizen. Terutama buat kita para cewek yang sudah memasuki usia 30 tahun dan dianggap matang untuk segera menikah.
Gerah sama standar nggak baku yang ramai disuarakan di media sosial ini? Jangan! Coba, deh, simak pernyataan Yuki Kato ini, yang bisa jadi angin segar sekaligus pencerahan buat cewek-cewek yang nggak sejalan dengan standar medsos tadi.
Baca Juga
Dibilang Hebat, Tapi Malah Nolak? Itu Bukan Rendah Hati, Tapi Imposter Syndrome
Film dan Series Netflix yang Bikin Cewek Mikir, Nangis, Terinspirasi: Pokoknya Harus Nonton!
Solo Dating: Tren Baru Cewek Kota Jalan Sendiri ke Kafe, Bioskop, dan Staycation, Berani Coba?
3 Zodiak ini Paling Langganan Galau Kena Plot Twist Cinta
Cara Balikan Sama Mantan dengan Elegan, Siapa Tahu Berakhir Jodoh Kaya Alyssa Daguise dan Al Ghazali
Kalung Blue Safir Maia Estianty Disorot, Tas Hermes Tamu Ini Juga Ikutan Jadi Bahan Omongan
“Kayaknya aku mau ubah perspektif itu deh. Kayak maksudnya kayak emang kenapa sih salahnya perempuan masuk usia kepala tiga? What so scary about that?" kata Yuki Kato.
Menurut artis yang tahun ini tepat berusia 30 tahun, nggak ada yang menyeramkan dari fakta belum menikah di usia kepala 3.
"Yang menyeramkan itu kalau kita tidak bisa hidup sendiri, kita tidak bisa mencintai diri kita dan kalau masih bergantung sama orang”, tegas Yuki Kato saat ditemui di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Alasan Perspektif Menikah di Usia 30 Tahun Mencuat
Lalu, apa sih alasan perspektif menikah di usia 30 tahun mencuat dan menjadi momok bagi cewek-cewek dengan status single?
Sebenarnya, ada cukup banyak alasan yang melatarbelakangi munculnya perspektif ini.
Jika kita bergeser ke era sebelum generasi millennial, standar sosial terkait usia menikah berkaitan dengan usia repoduksi.
Bahkan perspektif ini sudah seperti kewajiban agar cewek cepat menikah hingga menjadi ‘teror’ sehari-hari.
Kewajiban cepat menikah yang bahkan dibatasi sebelum usia 30 tahun dengan alasan umur reproduksi memaksa perempuan terdoktrin dengan ketakutan atas usia aman memiliki momongan.
Sayangnya, doktrin ini makin merembet pada label ‘perawan tua’ jika melewati standar sosial yang diberlakukan.
Namun, perubahan zaman yang memberikan peluang bagi perempuan mengejar pendidikan dan karier mulai menggeser jam sosial tersebut.
Menikah menjelang atau bahkan di atas kepala tiga masih bisa dimaklumi oleh lingkungan sosial hingga perempuan merasa nyaman dan tanpa beban.
Hanya saja, nggak semua lingkungan mendukung perspektif ini dan masih saja ada yang memberikan ‘teror’ pertanyaan “kapan menikah”, terutama saat momen kumpul keluarga.
Meski begitu, tekanan ini gak terlalu membebani saat orang-orang terdekat gak bersikap sama.
Berbeda lagi cerita saat cewek zaman now dengan kompleksitas drama media sosialnya yang tengah bergelut dengan usia menikah. Standar di medsos justru seperti mundur ke belakang dan seolah ingin mendorong cewek modern untuk menikah cepat.
Dan, nggak sedikit dai kita yang terdistraksi dan mulai adu nasib dengan mengeluarkan statement seperti “si A saja sudah nikah, aku kapan dong?”.
Tapi, sejalan dengan apa yang diungkap Yuki Kato, sejatinya nggak ada yang perlu ditakutkan dari sebuah pernikahan. Bahkan tentang keputusan usia berapa kamu akan menikah, hal ini bakal menjadi ranah privasi yang pantang diintervensi orang luar.
So, kamu gak perlu merasa cemas apalagi tertekan jika usiamu sudah kepala tiga tapi belum menikah. Setiap orang punya waktunya sendiri, termasuk kapan pernikahan itu terjadi dan menjadi momen terindah dalam hidup.
Cukup living in the present dan nikmati hidupmu dengan semakin mencintai diri sendiri dan menjadi perempuan mandiri yang nggak mudah digocek tren di media sosial.
(Kontributor: Estika Kusumaningtyas)