Ragam
Nggak Takut Dibilang Perawan Tua: Fenomena Waithood dan Cewek yang Nggak Mau Asal Nikah
Fenomena waithood makin banyak dialami perempuan muda yang memilih menunda pernikahan. Mereka nggak takut dibilang perawan tua, karena lebih fokus ke karier, mimpi, dan hidup yang bermakna.
Vania Rossa

Dewiku.com - Di tengah tekanan sosial untuk segera menikah, semakin banyak perempuan muda yang memilih jalan berbeda. Fenomena ini dikenal dengan istilah waithood—keputusan sadar untuk menunda pernikahan demi mengejar karier, pendidikan, atau sekadar ingin mengenal diri sendiri lebih dalam.
Buat sebagian orang, pilihan ini dianggap "nyeleneh" dan sering kali diiringi label negatif seperti perawan tua. Padahal, bagi banyak perempuan, menikah bukanlah tujuan hidup utama. Mereka nggak mau asal nikah hanya demi status, melainkan ingin membangun hubungan yang sehat dan setara. Jadi, waithood bukan soal takut berkomitmen, tapi tentang punya kontrol atas hidup sendiri.
Menikah Nggak Lagi Jadi Target Hidup
Faktanya, dalam beberapa tahun terakhir, angka pernikahan di Indonesia terus mengalami penurunan. Menurut data dari BPS, penurunan ini terjadi di banyak provinsi besar seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Secara nasional, angka pernikahan turun hingga 28,63% dalam satu dekade terakhir. Lumayan drastis, ya?
Nah, penurunan ini bukan tanpa alasan. Salah satu penyebab utamanya adalah meningkatnya jumlah perempuan yang mandiri secara finansial dan emosional. Dengan makin terbukanya akses pendidikan dan peluang karier, banyak perempuan masa kini merasa bahwa menikah bukan lagi prioritas utama. Mereka punya mimpi lain yang ingin dicapai terlebih dulu sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.
Apa Itu Waithood?
Fenomena ini disebut dengan istilah waithood, yaitu fase ketika seseorang—terutama perempuan—memilih untuk menunda pernikahan karena berbagai pertimbangan. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Siane Singerman dari American University pada tahun 2007. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa banyak generasi muda di Timur Tengah menunda pernikahan karena alasan ekonomi yang belum stabil.
Lambat laun, istilah waithood menyebar dan jadi sesuatu yang lumrah di banyak belahan dunia, termasuk Indonesia. Di abad ke-21 ini, waithood dianggap sebagai bentuk kemandirian dan kesadaran diri—bukan lagi sesuatu yang perlu dipermasalahkan.
Kenapa Banyak Cewek Milih "Nunggu"?
Ada beberapa alasan kenapa perempuan sekarang nggak buru-buru nikah, dan semuanya cukup masuk akal.
Baca Juga
Bye Bibir Hitam! Coba 4 Tinted Lip Balm Murah Meriah yang Bikin Bibirmu Glowing Natural
Selalu Jadi Korban Selingkuh, Akting Jang Nara di 4 Drakor Ini Bikin Emosi Campur Aduk
Rakyat Pusing Cari Kerja, Dobel Job Para Wamen Bikin Iri!
Tidur Pulas di Pesawat Kelas Ekonomi, Putri Kako dari Jepang Bukti Bangsawan Bisa Sederhana
Kemenyan Naik Kelas Gara-Gara Disentil Gibran Rakabuming, Ini Pilihan Parfum Lokal yang Wajib Dicoba
62 Tahun Kuat Nanjak Rinjani, Atiek CB Bikin Anak Muda Auto Minder!
1. Jadi Sandwich Generation
Banyak perempuan masa kini berada di posisi sebagai sandwich generation, alias generasi yang harus menanggung kebutuhan adik-adik dan orang tua sekaligus. Tanggung jawab ini bikin mereka mikir dua kali sebelum menikah, karena ada beban finansial yang harus diprioritaskan dulu. Buat mereka, keluarga inti yang sekarang lebih penting dibanding buru-buru membangun keluarga baru.
2. Fokus ke Karier dan Pendidikan
Buat sebagian perempuan, menyelesaikan pendidikan dan membangun karier adalah goal yang lebih menarik dibanding pernikahan. Mereka merasa lebih bahagia, produktif, dan fulfilled saat bisa mencapai target-target pribadi mereka. Menikah mungkin ada dalam daftar, tapi jelas bukan nomor satu.
3. Susah Nemuin Pasangan yang Klik
Menikah itu bukan soal “asal ada pasangan”, tapi soal cocok dan siap jalan bareng. Banyak perempuan memilih untuk menunda karena mereka belum menemukan pasangan yang benar-benar sefrekuensi. Mereka nggak mau ambil risiko nikah cepat tapi salah pilih. Makanya, lebih baik nunggu dan kenal lebih dalam dulu, daripada buru-buru tapi akhirnya nyesel.
4. Punya Trauma dari KDRT dan Perceraian
Sayangnya, masih banyak perempuan yang tumbuh dalam keluarga yang nggak harmonis—baik karena perceraian maupun kekerasan dalam rumah tangga. Pengalaman ini bikin mereka punya trauma tersendiri soal pernikahan. Ketakutan akan mengalami hal yang sama membuat mereka lebih hati-hati dan memilih untuk menunda, bahkan mempertimbangkan ulang apakah mereka benar-benar ingin menikah.
Bukan Anti-Nikah, Tapi Lebih Pengen Siap
Perlu digarisbawahi, waithood bukan berarti anti-nikah. Banyak perempuan tetap ingin menikah, tapi mereka ingin melangkah dengan penuh kesiapan—baik secara mental, emosional, maupun finansial. Jadi, ketika saatnya datang, mereka tahu bahwa itu adalah keputusan terbaik, bukan karena tekanan dari lingkungan atau usia.
Fenomena waithood menunjukkan bahwa perempuan masa kini makin sadar akan nilai dan tujuan hidup mereka. Mereka nggak takut dengan label “perawan tua” atau “kelewat umur”, karena mereka tahu apa yang sedang diperjuangkan. Dan yang terpenting: mereka ingin menikah karena siap, bukan karena disuruh. Jadi, kalau kamu termasuk yang masih nyaman sendiri, tenang aja—kamu nggak sendirian, dan itu bukan sesuatu yang salah.
(Himayatul Azizah)