Ragam

Pilunya Zara Qairana Tewas Dirundung di Asrama Sekolah, Pelaku Diduga Anak Tokoh Terkemuka

Zara Qairana, siswa sekolah menengah di Malaysia tewas meninggal akibat cedera otak karena adanya perundungan yang menimpanya. Kasus perundungan Zara kembali mengingatkan orang tua untuk lebih peka jika anak menjadi korban perundungan

Vania Rossa

Potret Ibunda dari Mendiang Zara Qairana Memegang Bingkai Foto Saat Dirinya Mendampingi Anaknya Pada Acara Kelulusan Sekolah (Malay Mail)
Potret Ibunda dari Mendiang Zara Qairana Memegang Bingkai Foto Saat Dirinya Mendampingi Anaknya Pada Acara Kelulusan Sekolah (Malay Mail)

Dewiku.com - Kasus perundungan atau bullying di negeri jiran, Malaysia tengah viral. Kasus  tersebut menimpa seorang siswa perempuan berusia 13 tahun yang bernama Zara Qairana Mahathir. 

Pada 17 Juli 2025, Zara berada dalam kondisi kritis, tak lama dirinya pun meninggal. Sehari sebelumnya, Zara ditemukan dalam kondisi pingsan di asrama sekolahnya Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Tun Datu Mustapha. 

Zara pun sempat dibawa ke Rumah Sakit Queen Elizabeth I di Kota Kinabalu. Sayangnya, setelah melewati masa krisis nyawanya tidak dapat diselamatkan. 

Ibu dari Zara Qairana sendiri mengajukan laporan baru ke polisi karena dirinya menemukan luka memar pada punggung putrinya saat tengah memandikan jenazah Zara untuk dimakamkan. Mengetahui ada kejanggalan, ibu Zara pun ingin dilakukan pemeriksaan post-mortem untuk menentukan apakah terdapat unsur kriminal di dalam kematian anaknya.

Kematian Zara yang mendadak menimbulkan rasa kecurigaan, baik dari keluarga maupun netizen di Malaysia. Diduga Zara mengalami perundungan selama berada di asrama. Kasus kematian Zara ini juga menimbulkan marah di kalangan netizen Malaysia karena munculnya dugaan akan terlibatnya tokoh-tokoh terkemuka di sana. 

Buntut dari kasus ini netizen di Malaysia pun meramaikan tagar yang bertuliskan #JusticeForZara sebagai bentuk dari suara untuk menuntut keadilan bagi Zara. 

Kejaksaan Agung Malaysia turut andil untuk menyelidiki penyebab dari kematian Zara Qairana. Kejaksaan Agung Malaysia akan mengumumkan penyebab kematian siswa tersebut setelah meninjau laporan investigasi yang diajukan oleh Kepolisian Kerajaan Malaysia (PDRM).

Penyelidikan tersebut dilaksanakan berdasarkan Pasal 339 Ayat (1) Kitab Undang–Undang Hukum Acara Pidana (UU 593) untuk menetapkan sebab kematian dan keadaan seputar kematian Zara.

Melansir dari The Star, Datuk M. Kumar selaku Direktur Departemen Investigasi Kriminal (CID) Bukit Aman menyatakan akan menyelidiki adanya kemungkinan unsur kriminal yang menyebabkan Zara meninggal dunia, termasuk kemungkinan dari adanya unsur perundungan. 

Kumar menambahkan jika pada 11 Agustus, tim CID khusus yang terdiri dari sembilan petugas dan personel telah dikirim ke lokasi SMKA yang terletak di Sabah untuk menyelidiki kasus tersebut.

Kumar menyatakan hasil autopsi menunjukkan Zara meninggal karena adanya cedera otak parah yang menyebabkan otaknya kekurangan oksigen dan aliran darah. Cedera otak yang dialami Zara ini terbukti karena sempat terjatuh sesuai dengan diagnosis awal.

Kemudian, Polisi Malaysia pun telah memeriksa 82 saksi, termasuk pelajar di sekolah tersebut. Terdapat beberapa saksi yang dipanggil kembali untuk memastikan kronologi dari kejadian sebelum Zara terjatuh.

Tak hanya melakukan penyelidikan, Kumar juga menyampaikan pihak polisi pun turut memberikan dukungan psikologis terhadap ratusan siswa SMKA Tun Datu Mustapha agar tidak mengalami trauma berat setelah peristiwa menyedihkan tersebut.

“Polisi memberikan intervensi psikologis kepada 124 siswa SMKA Tun Datu Mustapha yang teridentifikasi mengalami trauma akibat kejadian tersebut untuk membantu memulihkan kepercayaan diri mereka,” jelasnya. 

Pihak Sekolah Berusaha Tutupi Kasus 

Tidak hanya dugaan kasus perundungan saja yang menarik perhatian publik, tetapi juga campur tangan pihak sekolah untuk menutupi penyebab dari kematian Zara Qairana. 

Kemudian, kakak dari Zara, Syira Leizel Janice Abdullah mengungkapkan jika kepala sekolah SMKA Tun Datu Mustapha sempat membujuk ibunya untuk tidak membuat laporan polisi.

Spekulasi akan perundungan yang menimpa Zara semakin setelah percakapan telepon mendiang Zara dengan ibunya terungkap. Dalam rekaman telepon tersebut terungkap Zara yang mengeluh kepada ibunya karena beberapa siswa senior di sekolahnya kerap kali mengganggunya dan tidak suka dengan keberadaannya. 

Sebelumnya ibu dari Zara enggan membuat laporan polisi dan sempat terbujuk oleh pihak kepala sekolah untuk menutupi dugaan kasus perundungan anaknya tersebut. Menurut Syira, ibunya hampir terbujuk dengan ucapan sang kepala sekolah. Namun, Syira yang tidak terima pun langsung bergegas membuat laporan polisi untuk menyelidiki kematian sang adik.

Mirisnya, tuduhan perundingan ini malah sempat dibantah oleh pihak-pihak tertentu.

Tak terima, ribuan orang di Malaysia, khususnya Sabah, Tawau, Sandakan, dan Lahad Datu menggelar unjuk rasa untuk keadilan Zara. 

1) Edukasi Anak

Kasus perundungan merupakan salah satu kasus kriminal terbesar di tingkat dunia. Kematian, rasa traumatis, dan depresi adalah beberapa dampak serius yang ditimbulkan dari tindakan perundungan. 

Sebagai orang tua, kasus perundungan tentu menjadi ketakutan tersendiri. Takut anak dari mereka mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan saat berada di lingkungan sekolah hingga menyebabkan sang anak mengalami kecelakaan fisik yang serius.

Maka dari itu, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua jika sang anak terindikasi menjadi korban perundungan, sebagai berikut:

2) Ajak Anak Berbicara Dua Arah dengan Baik

Jika orang tua telah mengetahui ada indikasi sang anak menjadi korban perundungan, seperti banyak diam, terlihat muram, tidak pernah menjawab ketika ditanya tentang kehidupan sekolahnya, ataupun ditemukan luka pada tubuhnya, maka orang tua harus peka dengan kondisi-kondisi tersebut. 

Tentu hal paling utama ialah menanyakan kondisi sang anak dan mengajaknya berbicara dengan baik. Bicarakan baik-baik apa yang terjadi dengan dirinya dan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Dengan melakukan pembicaraan secara dua arah ini, anak pun akan merasa lebih terbuka dan memiliki tempat berlindung. Tidak hanya itu, orang tua pun dapat mengetahui faktor dan situasi yang terjadi pada sang anak.

3) Jangan Abaikan Curhatan Sang Anak

Jika sang anak justru memberitahu lebih dulu kepada orang tuanya jika dirinya mengalami perundungan, maka hal itu jauh lebih baik karena orang tua bisa langsung mengetahui keluhannya. Namun, saat sang anak curhat tentang perundungan yang dialaminya, orang tua tidak boleh mengintimidasi anak. 

Terkadang beberapa orang tua bukannya mencari solusi dan merangkul, justru malah mengintimidasi curhatan sang anak. Intimidasi inilah yang akan membuat sang anak semakin takut untuk curhat atau bercerita dengan orang tua. Anak pun cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri, alhasil perundungan pun tidak akan lepas dari dirinya. 

4) Ajarkan Sang Anak untuk Berani Berpendapat 

Dari banyaknya kasus, para pelaku terkadang menyerang atau merundung korban tanpa sebab. Bahkan, ketika korban tidak berbuat kesalahan pun pelaku perundungan akan tetap menyerang hanya karena rasa tidak suka dengan keberadaannya. Korban yang sudah terpojok pun akan berada di posisi lemah jika ia tidak berani untuk mengeluarkan pendapat. 

Dengan demikian, orang tua memiliki peran penting untuk mengajarkan sang anak agar berani untuk berbicara ataupun berpendapat. Dari sini, anak pun tidak akan tinggal diam jika dirinya terbukti tidak melakukan kesalahan apa pun hingga menyebabkan dirinya dirundung. 

Membiasakan sang anak yang bebas berbicara dan berpendapat saat ada berada di lingkungan rumah pun turut membantu tingkat pencegahan perundungan pada anak saat berada di luar. 

5) Tidak Menunda dan Langsung Lapor ke Pihak Berwajib

Jika orang tua menemukan kejanggalan pada kondisi anaknya seperti ditemui luka fisik ataupun mengalami stres berlebihan akibat perundungan, maka orang tua pun harus segera melaporkannya kepada pihak berwajib.

Belajar dari kasus perundungan yang menimpa Zara Qairana, orang tua yang sigap dan peka dengan kondisi anak tentu akan mempercepat proses penyelidikan jika sang anak terindikasi menjadi korban perundungan atau bullying.

Rasa kepekaan, peduli, dan sigap menjadi hal paling penting yang harus dilakukan para orang tua untuk mengetahui hal-hal apa saja yang sedang dirasakan oleh sang anak. Jangan sampai sang anak menunggu menjadi korban hingga tewas. Nyawa anak adalah jiwa dan raganya para orang tua sepanjang hidup.

(Annisa Deli Indriyanti)

Berita Terkait

Berita Terkini