Ragam
Ketika Usia Jadi Label: Cerita Para Desainer Perempuan yang Menolak Tunduk pada Ageism
Fenomena ageism masih membayangi dunia fashion, termasuk bagi para desainer perempuan.
Vania Rossa

Dewiku.com - Dunia fashion selama ini identik dengan kebaruan, tren cepat berganti, dan energi muda. Namun di balik gemerlap runway dan kilau kamera, tersimpan satu realitas yang jarang disorot: ageism, atau diskriminasi berdasarkan usia.
Fenomena ini tak hanya dialami oleh model yang dianggap “terlalu tua” untuk berjalan di panggung mode, tapi juga oleh para desainer perempuan yang kerap dipandang kehilangan relevansi seiring waktu.
Melihat kenyataan itu, POND’S Age Miracle bersama Jakarta Fashion Week 2026 menghadirkan fashion presentation bertajuk The Revival of Miracles — sebuah panggung kebangkitan sembilan desainer perempuan yang membuktikan bahwa kreativitas tak memiliki batas waktu.
Di antara mereka adalah Kleting Titis Wigati, Asti Surya, Velda Anabela & Rebecca Billina, Juliana Ng, Ansy Savitri, Vivian Mazuki, Ingrid Husodo, Fitria Vidyawati, dan Bonnie Natasha Arif. Melalui karya terbaru mereka, para desainer ini menegaskan bahwa pengalaman dan kedewasaan justru menjadi sumber kekuatan untuk terus berevolusi.
“Dunia fashion sering kali mengagungkan hal-hal yang baru dan muda. Padahal, usia bukan penghalang bagi perempuan untuk terus bereksperimen dan menemukan kembali jati dirinya,” ujar Esa Mahira Arman, Senior Brand Manager POND’S.
Ia menambahkan bahwa The Revival of Miracles merupakan perayaan semangat perempuan yang berani melawan stereotip tersebut dengan filosofi cheat your age — bukan menolak usia, tapi merayakan setiap fasenya dengan bangga dan percaya diri.
Kisah kebangkitan para desainer ini pun beragam. Kleting Titis Wigati, misalnya, sempat mengambil jeda selama pandemi untuk fokus pada keluarga dan kehamilan anak kembarnya. Masa istirahat itu justru menjadi ruang refleksi yang melahirkan cara pandang baru terhadap profesinya.
“Saya belajar bahwa bekerja bukan lagi soal kerja keras, tapi kerja cerdas. Inilah kebangkitan saya — menemukan keseimbangan antara peran pribadi dan profesional,” ungkap Kleting.
Sementara itu, Asti Surya menemukan kembali makna berkarya lewat yoga dan praktik inner work yang menuntunnya pada keseimbangan antara dunia fashion dan wellness.
“Bagi saya, revival bukan sekadar kembali berkarya, tapi menemukan makna baru di setiap jahitan. Ini bentuk perlawanan saya terhadap ageism,” ujarnya.
Baca Juga
Stres karena Kerjaan Banyak? Coba Luangkan Waktu dengan Menarik Napas Saat Berada di Perjalanan
Wewangian Baru yang Lembut tapi Mewah, Bikin Kamu Jatuh Cinta dari Semprotan Pertama!
Bukan Cuma Soal Diet, Lawan Obesitas Harus Mulai dari Gaya Hidup Sehari-Hari
Rekrutmen Makin Canggih, Teknologi AI Bisa Bantu Temuin Kerjaan yang Tepat Buat Kamu!
Prilly Latuconsina Tampil dengan Gaya Rambut Pendek, Omara Esteghal jadi Kilas Balik dengan Kisah Romantis
Segregasi Gender: Taliban Larang Buku Karya Penulis Perempuan, Simbol Baru Penyekapan Pikiran di Afganistan
Menurut Andandika Surasetja, Creative Director Jakarta Fashion Week, kisah para desainer ini merepresentasikan visi inklusif industri mode Indonesia.
“Mereka membuktikan bahwa passion dan kreativitas tidak tunduk pada usia. The Revival of Miracles bukan hanya presentasi busana, tapi pernyataan bahwa kreativitas sejati justru tumbuh seiring bertambahnya pengalaman,” katanya.
Melalui kolaborasi ini, POND’S Age Miracle ingin menginspirasi lebih banyak perempuan untuk tidak takut menua, melainkan menemukan keajaiban baru di setiap fase kehidupan.
Dengan teknologi Hexyl-Retinol yang menstimulasi produksi baby collagen hingga 200%, POND’S mengajak perempuan untuk “cheat your age” dengan percaya diri dan penuh makna.
Puncak perayaan semangat ini akan hadir dalam Miracle Runway di Jakarta Fashion Week 2026 pada 1 November mendatang — sebuah panggung yang menegaskan bahwa keajaiban sejati tidak lahir dari usia muda, melainkan dari keyakinan untuk terus tumbuh dan bersinar di setiap waktu.
(Clarencia Gita Jelita Nazara)