Ragam

Pengabdian Masyarakat UI: Ajak Perempuan RW 11 Manggarai Belajar Mengatur Uang, Caranya Santai!

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) baru saja menyelenggarakan program pengabdian "Perempuan Berdaya" di daerah Manggarai, Jakarta sebagai bentuk pelatihan pengelolaan keuangan bagi pengusaha perempuan di sana.

Vania Rossa

Potret Pelaksanaan Program Pengabdian Mahasiswa FEB UI
Potret Pelaksanaan Program Pengabdian Mahasiswa FEB UI "Perempuan Berdaya" (Dewiku.com/Tantri Amela Iskandar)

Dewiku.com - Suasana hangat dan penuh tawa terdengar dari aula RW 11 Manggarai saat para Perempuan Berdaya berkumpul dalam sesi pelatihan pengelolaan keuangan dan pencatatan akuntansi usaha.

Kegiatan ini adalah bagian dari program pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh Tim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) untuk mendukung perempuan pelaku usaha agar lebih mandiri dalam mengatur keuangan dan mengembangkan usaha mereka.

Sesi ini dipandu dua dosen dari Departemen Akuntansi FEB UI, yaitu Vita Silvira dan Mia Dwi Rosmianingrum, yang membawakan materi dengan gaya ringan, interaktif, dan mudah dipahami. 

Sejak awal, suasana kelas terasa cair, dipenuhi canda dan antusiasme peserta yang sebagian besar merupakan pelaku usaha rumahan.

“Yang penting itu dicatat, Bu. Yang masuk, yang keluar, semuanya dicatat. Kalau bingung, ya dicatat aja dulu, nanti lama-lama terbiasa,” ujar Bu Vita, menekankan pentingnya kebiasaan sederhana dalam pencatatan keuangan.

Potret Para Peserta Program "Perempuan Berdaya" (Dewiku.com/Tantri)
Potret Para Peserta Program "Perempuan Berdaya" (Dewiku.com/Tantri Amela Iskandar)

Para peserta pun belajar bahwa mengelola uang usaha tidak harus rumit. Dengan contoh nyata seperti usaha jualan soto ayam, teh manis, hingga gorengan, mereka diajak menghitung modal, biaya bahan, serta laba bersih.

Selain teori dasar, para dosen juga mengingatkan pentingnya memisahkan uang pribadi dan uang usaha agar tidak tercampur.

“Kalau ambil uang usaha buat kebutuhan rumah tangga, nggak apa-apa, asal dicatat. Namanya prive. Jadi nanti tahu, oh, uang usaha saya kepakai sekian,” terang Bu Mia.

Peserta juga diajak memahami cara mengatur kas dan membuat anggaran sederhana dan penting juga untuk menyimpan bukti transaksi. 

“Uang itu harus diatur. Kalau bisa dianggarkan sebulan, dua bulan, atau bahkan setahun. Supaya kita tahu mana yang buat usaha, mana yang buat keperluan rumah. Kalau nyatetnya di HP boleh, tapi jangan lupa pindahkan ke buku. Kalau HP rusak, catatannya tetap aman,” tutur Bu Vita.

Menutup sesi, Bu Vita menegaskan bahwa keteraturan dalam mencatat keuangan adalah pondasi bagi usaha yang maju.

“Bisnisnya boleh kecil, tapi cara ngaturnya harus besar. Kalau catatan kita rapi, nanti gampang mau berkembang, mau pinjam ke koperasi pun pasti dipercaya,” ujarnya sambil tersenyum.

Kegiatan yang berlangsung penuh keakraban ini menjadi bukti bahwa belajar akuntansi tidak harus tegang. Dengan cara penyampaian yang sederhana, peserta merasa lebih dekat dan percaya diri untuk mulai mencatat setiap transaksi usahanya.

(Tantri Amela Iskandar)

×
Zoomed

Berita Terkait

Berita Terkini