Berbekal Tekad dan Ketekunan, Mahasiswa Penerima KIP-Kuliah Ini Bisa Belajar di Kampus Taipei

Mahasiswa Politeknik Manufaktur Bandung, Wily Wiryawan, akan menjalani program IISMA di National Pingtung University of Science and Technology, Taiwan.

By: Rima Sekarani Imamun Nissa icon Jumat, 16 Agustus 2024 icon 10:45 WIB
Berbekal Tekad dan Ketekunan, Mahasiswa Penerima KIP-Kuliah Ini Bisa Belajar di Kampus Taipei

Wily Wiryawan, mahasiswa Politeknik Manufaktur Bandung yang menjadi awardee IISMA. (Instagram/wlywry.one)

Wily Wiryawan adalah contoh nyata bagaimana ketekunan dan tekad bisa membawa seseorang menuju pengalaman yang luar biasa. Melalui program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), mahasiswa aktif jurusan Teknik Manufaktur di Politeknik Manufaktur Bandung ini siap menjelajahi dunia pendidikan luar negeri yang sebelumnya hanya bisa ia impikan.

Sejak awal, Wily yang merupakan mahasiswa berprestasi, sudah menargetkan dirinya untuk bergabung dengan program IISMA. Sebagai penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah asal Garut, Jawa Barat, ini merasa memiliki tanggung jawab untuk terus berprestasi dan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.

"Saya ingin menjelajahi dunia luar dan memahami budaya yang berbeda," kata Wily.

Baca Juga: Hadapi Tantangan Unik, Suka Duka MBKM Mandiri di Daerah Kepulauan

Perjalanan menuju IISMA tidaklah mudah. Wily harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari proses persiapan yang membutuhkan biaya hingga persyaratan dan seleksi yang ketat.

"Awalnya saya ragu apakah saya mampu menyiapkan semua yang dibutuhkan, terutama karena biaya persiapan yang cukup besar," ungkapnya.

Beruntung, dukungan dari keluarga dan dosen menjadi dorongan besar bagi Wily. "Dosen saya selalu mengingatkan bahwa semua sudah ada jalannya, dan keluarga saya sangat mendukung. Itu membuat saya yakin untuk terus maju," tutur Wily.

Baca Juga: Pemerataan MBKM Mandiri di Kalimantan, Dorong Mahasiswa Raih Mimpi Global

Wily juga menegaskan bahwa motivasi utama dalam hidupnya datang dari sang ayah. "Meskipun saya tidak terlalu dekat dengan ayah, beliau adalah sosok yang menginspirasi saya untuk berpikir kritis tentang kondisi Indonesia dan bagaimana cara kita bisa memperbaikinya. Salah satu cara yang saya pilih adalah dengan melihat dan mengobservasi sistem pendidikan di luar negeri," papar Wily.

Bagi Wily, menjadi bagian dari program IISMA berarti menjadi bagian dari global student mobility. Meskipun waktu untuk mengamati dan belajar dari sistem pendidikan di luar negeri hanya satu semester, ilmu yang didapat tetap dapat diadaptasi untuk diterapkan di Indonesia.

Ia merasa bahwa sebagai penerima beasiswa IISMA, dirinya memiliki tanggung jawab untuk menjadi duta kecil Indonesia. Wily pun sudah bertekad untuk meningkatkan citra bangsa, minimal di lingkungan program studi Smart Manufacturing and Automation Engineering di National Pingtung University of Science and Technology, Taiwan, tempat ia akan menjalani program IISMA.

Mempersiapkan diri dan melewati proses seleksi yang ketat untuk menjadi penerima beasiswa IISMA, Wily pun jadi teringat saat dirinya diajak salah satu dosen untuk ikut lomba debat di Palembang, Sumatera Selatan. Kala itu ia pun ragu karena tidak pernah mengikuti lomba debat sebelumnya. Latihan demi latihan pun ia jalani hingga akhirnya tiba saatnya bagi Wily untuk berkompetisi di tingkat nasional.

Jerih payahnya pun berhasil ketika Wily, bersama dengan tim debatnya, didapuk menjadi Juara Runner Up Novice Debate pada National Polytechnic English Olympics (NPEO) X Tahun 2023. Kompetisi itu merupakan ajang tahunan perlombaan bahasa Inggris antar kampus politeknik se-Indonesia. Berkompetisi dengan lebih dari 50 tim debat dari berbagai politeknik di Indonesia adalah pengalaman berharga bagi Wily.

"Sebetulnya tidak menyangka bisa masuk ke final dan merasakan podium debat yang ditonton oleh banyak orang. Pada ronde-ronde sebelumnya, hanya di kelas dengan beberapa juri saja. Bisa mencapai posisi ini sudah luar biasa," ungkap Wily dengan penuh kebanggaan.

Saat ini, Wily sedang dalam persiapan akhir sebelum berangkat ke Taiwan. "Paspor sudah diurus," ujar Wily dengan semangat.

Ketika ditanya tentang harapan dan rencananya setelah mengikuti IISMA, menurut Wily, IISMA bukan tujuan akhir, melainkan gerbang awal untuk mencapai cita-cita yang lebih tinggi. "IISMA membuka wawasan saya, mengubah cara berpikir saya menjadi lebih berorientasi global," jelasnya.

Sebelumnya, Wily hanya berpikir untuk bekerja dan berkuliah di dalam negeri. Namun, melalui IISMA, ia menyadari pentingnya pengalaman internasional dalam mengembangkan karier dan masa depan. Menurut Wily, keberanian untuk mencoba adalah kunci sukses.

Baca Juga: Serunya KKN Temarik Nusantara, Ini Bedanya dengan Program Biasa

"Tidak ada yang namanya siap, yang ada hanyalah berani. Cobalah untuk mendobrak diri sendiri dan berjuang untuk mendapatkan sesuatu," pesan Wily.

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI