Hari Perempuan Internasional, Mari Perangi Anggapan Tabu Menstruasi

Menstruasi semestinya bukan hal tabu lagi.

By: Rima Sekarani Imamun Nissa icon Kamis, 07 Maret 2019 icon 20:24 WIB
Hari Perempuan Internasional, Mari Perangi Anggapan Tabu Menstruasi

Ilustrasi nyeri haid. (Unsplash/Rawpixel)

Selamat Hari Perempuan Internasional 2019! Girls, adakah di antara kamu yang masih merasa sering menerima perlakuan diskriminatif saat menstruasi?

Tujuh pakar hak-hak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan seruan keras untuk menghapus anggapan tabu terhadap kesehatan menstruasi, Selasa (5/3/2019) kemarin. Anggapan tabu ini masih menyerang beberapa perempuan di banyak belahan dunia sehingga perlu ada tindakan nyata untuk mengakhiri diskriminasi yang melemahkan perempuan itu.

''Norma-norma sosial-budaya, stigma, kesalahpahaman, dan tabu yang berbahaya terhadap menstruasi terus menyebabkan pengucilan dan diskriminasi perempuan dan anak perempuan,'' kata pakar hak asasi manusia independen, menjelang Hari Perempuan Internasional, dikutip dari situs resmi un.org, Selasa (5/3/2019).

Baca Juga: Mendaki Gunung Rayakan Hari Perempuan Internasional, Ini Rekomendasinya

Para ahli mengatakan, di beberapa negara, wanita yang sedang mengalami menstruasi selalu dianggap 'terkontaminasi dan tidak murni' dan sering dibatasi serta dilarang untuk melakukan kegiatan tertentu, seperti menyentuh air atau memasak, menghadiri upacara keagamaan dan budaya, atau kegiatan masyarakat lainnya.

Ilustrasi pembalut. (Unsplash/Erol Ahmed)
Ilustrasi pembalut. (Unsplash/Erol Ahmed)

Perempuan yang sedang haid bahkan ada yang dibuang ke sebuah tempat terbuka atas nama adat. Para wanita yang menjadi korban pun menderita kedinginan dan isolasi yang sering kali menyebabkan risiko penyakit serta serangan mengancam jiwa.

Situs resmi PBB menuliskan, banyak perempuan tak mempunyai privasi untuk membersihkan diri, akses ke toilet yang aman dan bersih, atau bahkan fasilitas sanitasi yang terpisah di tempat kerja, di ruang kelas, atau di lembaga publik lainnya.

Baca Juga: Sebelum Merayakannya, Ini Sejarah Hari Perempuan Internasional

Selain itu, produk-produk sanitasi yang higienis seringkali terlalu mahal, bahkan tidak bisa digunakan banyak perempuan, terutama yang hidup dalam kemiskinan dan situasi krisis. Kebijakan negara pun jarang yang mengatasi masalah ini.

Ilustrasi pembalut. (Shutterstock)
Ilustrasi pembalut. (Shutterstock)

''Stigma seputar menstruasi mempunyai dampak kesehatan yang signifikan pada kesehatan perempuan dan anak perempuan,'' tegas para ahli.

Mereka juga menunjukkan bahwa masalah serius terkait menstruasi sering diabaikan. Alasannya, perlu beberapa tahun untuk mendiagnosis endometriosis dan dismenore, gangguan nyeri yang bisa memengaruhi kesuburan.

Akibat stigma dan kurangnya pendidikan seksual, pengetahuan soal menstruasi pun masih terbatas.

Ilustrasi pembalut. (Shutterstock)
Ilustrasi pembalut. (Shutterstock)

Di samping itu, beberapa negara juga masih menilai jika seorang perempuan sudah memasuki siklus pertama menstruasi, berarti dia sudah siap menikah. Perspektif ini menyebabkan peningkatan pada risiko kehamilan remaja dan membatasi pendidikan serta peluang kerja anak perempuan.

Baca Juga: Hari Perempuan Internasional: Makeup dan Kampanye Kesetaraan Gender

Para ahli menyatakan, ''Perubahan global dalam budaya dibutuhkan untuk menghormati menstruasi, mengakuinya sebagai masalah hak asasi manusia, dan menghapus diskriminasi, rasa malu, serta stigma yang terlalu sering melekat pada kesehatan menstruasi.'' (HiMedik.com/Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana)

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI