Ragam

Tren Self Reward: Beneran Self-Love atau Cuma Alasan Boros Terselubung?

Self reward makin populer di kalangan cewek muda. Tapi bener nggak sih itu bentuk self-love? Atau cuma alibi biar bisa boros tiap gajian?

Vania Rossa

Ilustrasi belanja sebagai self reward. (Freepik)
Ilustrasi belanja sebagai self reward. (Freepik)

Dewiku.com - Setelah kerja keras, deadline numpuk, atau berhasil melewati drama hidup, rasanya pengen banget ngasih self reward alias hadiah ke diri sendiri, kan? Entah itu beli skincare baru, jajan kopi mahal, staycation tipis-tipis, atau bahkan beli tiket konser idaman. Konon, ini adalah bentuk self-love alias mencintai diri sendiri.

Tapi, pernah nggak sih kamu mikir, jangan-jangan self reward ini cuma jadi alasan boros terselubung? Habis self reward, dompet auto nangis, dan malah jadi overthinking sendiri.

Nah, biar nggak galau lagi, yuk kita bedah tuntas fenomena ini! Kapan, sih, self-reward itu beneran bentuk self-love yang sehat, dan kapan itu cuma jebakan boros?

Self Reward: Wajar dan Positif Kalau…

Sebenernya, ngasih hadiah kecil buat diri sendiri itu sah-sah aja, bahkan dianjurkan sama para pakar Kesehatan mental.

Self reward bisa bikin kita semangat, termotivasi nyelesein tugas, dan ngerasa dihargai setelah lelah beraktivitas.

Tapi ada syaratnya: harus terkontrol dan sesuai kemampuan finansial. Kalau kamu udah nyisihin budget khusus buat self reward, misalnya 5-10% dari gaji, itulah self-love yang sehat.

Intinya, self-love melalui self reward yang sehat punya ciri-ciri:

  • Didasari kesadatan penuh (mindful)
  • Sesuai kebutuhan, bukan keinginan semata
  • Terukur dan sesuai budget
  • Memberi dampak positif jangka Panjang
  • Bukan untuk mengatasi emosi negatif

Kapan Self Reward Jadi Boros Terselubung?

Masalah muncul kalau self reward dijadiin alasan belanja impulsif. Setiap ada flash sale langsung check out, setiap stres langsung beli barang random, padahal nggak benar-benar butuh.

Tanda-tanda kamu udah masuk jebakan ini:

  • Belanja biar mood naik sementara.
  • Sering nyesel setelah beli barang.
  • Gaji habis di awal bulan, padahal bilangnya self reward.
  • Punya utang PayLater gara-gara belanja impulsif.

Kalau udah gini, self reward malah nyeret kamu ke masalah finansial — bukan healing, malah makin pusing.

Cara Self-Reward yang Sehat

  1. Tentukan Tujuan Reward: Sebelum self reward, tanya diri: "Untuk apa aku memberikan ini pada diriku?" Apakah untuk merayakan pencapaian, mengisi energi, atau belajar hal baru?
  2. Buat Budget Khusus: Alokasikan dana tertentu untuk self reward di awal bulan. Ini bisa jadi pos kesenangan yang terencana.
  3. Variasi Reward: Self reward tidak harus selalu berbentuk barang mahal. Bisa juga me time berkualitas, meditasi, atau belajar skill baru.
  4. Evaluasi Dampak: Setelah self reward, rasakan dan evaluasi: apakah kamu merasa lebih baik, lebih tenang, atau lebih termotivasi? Jika iya, berarti reward-mu berhasil!

Ingat, self-love itu bukan cuma tentang self reward, tapi juga tentang menerima diri sendiri, menjaga kesehatan fisik dan mental, dan terus bertumbuh.

Self reward hanya salah satu bagian kecil dari perjalanan panjang itu. Tapi, jangan sampai demi "sayang diri", kamu malah nyusahin diri sendiri di kemudian hari, ya.

Berita Terkait

Berita Terkini