Ragam

Standar Cantik Tiap Negara Beda, Tapi Sama-Sama Bikin Cewek Ngerasa Kurang?

Standar kecantikan di tiap negara ternyata beda-bedadari kulit putih mulus sampai tubuh berisi yang seksi. Tapi semua punya satu kesamaan: bikin perempuan merasa belum cukup. Kenapa sih bisa gitu?

Vania Rossa | Natasya Regina Melati

Ilustrasi standar kecantikan (Freepik/diana.grytsku)
Ilustrasi standar kecantikan (Freepik/diana.grytsku)

Dewiku.com - Siapa di sini yang suka ngerasa nggak cukup cantik cuma karena nggak masuk ke standar kecantikan tertentu? Padahal, standar kecantikan itu beda-beda di setiap negara, tapi tetap aja bikin banyak perempuan merasa insecure dan selalu kurang. Kenapa bisa gitu, ya?

Faktanya, standar kecantikan memang dibentuk oleh faktor budaya, sosial, sampai pengaruh media. Tapi sayangnya, banyak dari standar ini yang sebenarnya nggak realistis dan malah bikin tekanan tersendiri buat cewek-cewek buat tampil “sempurna”. Padahal, tiap negara punya definisi cantiknya masing-masing, lho!

Contohnya nih, di Indonesia, kulit putih, rambut lurus, dan tubuh langsing sering dianggap ideal. Tapi sekarang mulai muncul gerakan yang lebih inklusif, kayak mencintai kulit sawo matang dan kecantikan alami. Di Korea Selatan, standar cantiknya beda lagi, wajah V-shape, kulit putih mulus, dan mata besar. 

Nah, dari semua itu kita bisa lihat, meskipun definisinya beda-beda, tetap aja banyak perempuan merasa harus memenuhi standar tertentu untuk dianggap cantik. Padahal kenyataannya, standar itu nggak wajib dipenuhi. Yuk, kita bahas hal penting yang harus kamu tahu soal standar kecantikan ini.

Kenapa sih standar cantik itu gak masuk akal?

Salah satu penyebab paling besar adalah media sosial dan iklan. Banyak banget foto-foto yang udah difilter atau diedit, bikin kita mikir kalau glowing dan body goals itu standar semua orang. Padahal itu cuma tampilan yang dimodifikasi.

Dari kecil juga kita sering dikasih gambaran kalau cantik itu harus putih, tinggi, dan langsing. Jadinya banyak yang ngerasa harus sesuai standar itu biar dianggap menarik. Padahal kenyataannya, setiap orang punya bentuk dan warna yang beda-beda.

Nggak cuma itu, dunia bisnis juga punya peran besar. Industri kecantikan sengaja bikin kita merasa kurang, biar kita terus beli produk mereka. Jadi jangan heran kalau standar cantik sering dibuat-buat supaya kita jadi konsumtif.

Bahaya kalau terus ngejar standar yang nggak realistis

Kalau terus-terusan ngebandingin diri sama standar yang nggak masuk akal, bisa bikin kamu gampang minder. Merasa kurang cantik, kurang ini itu, padahal kamu udah keren jadi diri sendiri.

Tekanan buat punya tubuh ideal juga bisa bikin orang ngelakuin hal-hal ekstrem, kayak diet ketat atau kebiasaan makan yang nggak sehat. Lama-lama, bisa berdampak ke kesehatan tubuh dan mental.

Kalau kamu selalu ngerasa gagal memenuhi ekspektasi, itu juga bisa bikin stres, cemas, bahkan depresi. Jadi penting banget buat sadar bahwa standar ini bisa dilawan dan nggak harus diikuti.

Yuk ubah cara pandang soal cantik!

Setiap orang itu cantik dengan caranya masing-masing. Kulit sawo matang, rambut keriting, pipi tembem, semuanya unik dan berharga. Dunia nggak butuh standar yang bikin semua orang harus sama.

Daripada fokus ke penampilan luar, mending perhatiin kesehatanmu. Baik fisik maupun mental, itu yang paling penting. Rawat diri kamu dengan cinta, bukan buat nyenengin orang lain, tapi buat dirimu sendiri.

Kamu nggak perlu validasi orang lain buat jadi cantik. Dengan nerima dan sayangin diri sendiri, kamu udah jadi versi terbaik dari dirimu sendiri.

Standar kecantikan yang sempit dan nggak realistis emang sering bikin stres. Tapi kamu selalu punya pilihan buat bilang "nggak" sama tekanan itu dan mulai pelan-pelan mencintai dirimu sendiri. Karena cantik itu bukan satu warna, satu bentuk, atau satu ukuran karena cantik itu beragam, dan kamu termasuk salah satunya.

Berita Terkait

Berita Terkini