Ragam

Bikin Nangis Diam-Diam, Ini Pelajaran Cinta dan Parenting dari Drakor Head Over Heels

Head Over Heels nggak cuma tentang cinta pertama, ada banyak pelajaran kehidupan yang bikin hati nyesek, terutama soal keluarga dan cinta dari sosok yang nggak punya hubungan darah, tapi justru paling tulus.

Vania Rossa | Natasya Regina Melati

Drakor Head Over Heels (Instagram/tvn_drama)
Drakor Head Over Heels (Instagram/tvn_drama)

Dewiku.com - Kalau kamu sedang ngikutin drama Korea Head Over Heels, pasti makin ke sini makin kerasa banget betapa drama ini nggak cuma tentang cinta pertama yang bikin deg-degan. Di balik kisah romansa Seong A, ada banyak pelajaran kehidupan yang bikin hati nyesek, terutama soal keluarga dan cinta dari sosok yang nggak punya hubungan darah, tapi justru paling tulus.

Drama ini memang berlatar dunia perdukunan, tapi jangan salah, ada begitu banyak nilai parenting yang bisa dipelajari. Mulai dari pengorbanan, komitmen, sampai kasih sayang yang nggak kenal batasan darah. Kayak kisah Bae Gyeon Woo yang ditinggalkan orang tuanya karena dianggap membawa kesialan, tapi kemudian dibesarkan oleh sang nenek, Oh Ok Soon.

Atau Park Seong A, dukun muda yang diasuh oleh ibu angkat yang juga seorang shaman. Meskipun bukan anak kandung, tapi perhatian dan pengorbanan sang ibu buat Seong A benar-benar bikin terharu. Sebaliknya, orang tua kandung Seong A justru memanfaatkan bakatnya demi uang sejak kecil. Sedih ya?

Nah, lewat drama ini, kamu bisa melihat bahwa bentuk cinta orang tua nggak selalu datang dari yang melahirkan. Yuk, kita bahas lebih dalam bentuk cinta dan parenting yang menyentuh dari Head Over Heels!

1. Sayang anak nggak harus pakai syarat

Nenek Bae Gyeon Woo jadi sosok yang paling mencolok kalau kita ngomongin soal cinta tanpa syarat. Meskipun Gyeon Woo sering dirundung nasib buruk, bahkan diramal akan meninggal muda, neneknya tetap ada di sampingnya. Ia nggak percaya kalau cucunya adalah kutukan seperti yang dipercayai orang-orang. Justru sebaliknya, ia merawat dan melindungi Gyeon Woo dengan sepenuh hati.

Keputusan neneknya untuk tetap bertahan menunjukkan bahwa cinta sejati nggak akan goyah hanya karena rasa takut. Buat orang tua atau pengasuh, ini jadi pengingat bahwa cinta yang kuat bisa jadi jangkar di tengah badai. Parenting bukan soal kondisi ideal, tapi soal keberanian mencintai tanpa syarat.

2. Bukan darah daging? Bukan berarti nggak bisa jadi orang tua terbaik

Drakor Head Over Heels (Instagram/tvn_drama)
Drakor Head Over Heels (Instagram/tvn_drama)

Park Seong A memang nggak dibesarkan oleh ibu kandung, tapi kehadiran Jenderal Dongcheon (Kim Mi Kyung) udah cukup bikin dia tumbuh dalam kasih sayang yang luar biasa. Meski hidup mereka penuh lika-liku karena profesi sebagai shaman, Jenderal Dongcheon tetap mendidik Seong Ah dengan empati dan kedisiplinan, bahkan memberi ruang buat Seong A belajar dan berkembang sesuai potensinya.

Ini jadi bukti kalau orang tua itu nggak harus dari darah daging sendiri. Siapapun bisa jadi orang tua yang baik selama mereka hadir dengan cinta, kepercayaan, dan niat tulus buat mendampingi anak tumbuh.

3. Anak butuh didukung, bukan dikekang juga kehadiran secara emosional

Salah satu hal paling keren dari Jenderal Dongcheon adalah bagaimana dia memberi kepercayaan pada Seong A untuk menentukan jalannya sendiri. Meskipun dia mendidik Seong A sebagai dukun, tapi dia nggak pernah memaksa. Ketika Seong Ajatuh cinta dan mulai mempertanyakan takdirnya, Jenderal Dongcheon tetap mendukung pilihan anak angkatnya.

Begitu juga dengan Gyeon Woo yang meskipun ditinggal secara fisik oleh orang tuanya, tapi tetap tumbuh kuat karena dukungan emosional sang nenek. Neneknya bukan cuma hadir di rumah, tapi benar-benar terlibat secara emosional.

4. Anak nggak perlu sempurna buat pantas dicintai

Gyeon Woo tumbuh dengan beban besar karena orang tuanya menanamkan stigma bahwa ia adalah sumber kesialan. Tapi sang nenek justru menunjukkan cinta yang sebaliknya, ia dicintai apa adanya, bukan karena prestasi atau pencapaian.

Sering banget orang tua terlalu menuntut anak jadi sempurna supaya bisa dibanggakan. Padahal, anak berhak dicintai tanpa harus “berhasil”. Dari sini, kita bisa belajar bahwa ekspektasi yang berlebihan justru bisa menumbuhkan rasa cemas dalam diri anak. Sebaliknya, kasih sayang yang konsisten dan penerimaan tulus justru membuat anak tumbuh lebih kuat.

5. Cinta yang konsisten bikin anak lebih tahan banting secara mental

Gyeon Woo dan Seong A sama-sama tumbuh jadi sosok yang empatik, berani, dan penuh cinta. Semua itu nggak datang dari tekanan atau tuntutan, tapi dari lingkungan yang stabil dan penuh kasih. Mereka belajar mencintai dan memaafkan karena mereka juga pernah dicintai dan dimaafkan.

Ini jadi reminder bahwa kasih sayang dalam keluarga nggak hanya bikin anak merasa aman, tapi juga membentuk ketahanan emosional yang penting banget buat menghadapi kehidupan. Nggak heran kalau Head Over Heels berhasil menyentuh hati banyak penonton, karena pesannya relevan dan nyata.

6. Orang tua juga manusia, nggak harus sempurna kok

Jenderal Dongcheon memang bukan orang tua sempurna. Kadang ia keras, penuh rahasia, dan terlalu menuntut. Tapi justru karena itu, ketika ia mulai terbuka dan mengakui bahwa semua tindakannya didasari rasa takut kehilangan, hubungan mereka jadi lebih dalam dan hangat.

Jadi orang tua itu bukan berarti harus selalu benar. Justru, dengan menunjukkan bahwa kita juga bisa salah, anak bisa belajar bahwa nggak apa-apa untuk berproses dan memperbaiki diri. Head Over Heels berhasil menyampaikan bahwa kejujuran dan kerendahan hati dari orang tua bisa menciptakan hubungan yang jauh lebih sehat dan bermakna.

Berita Terkait

Berita Terkini