Ragam
Nggak Takut Dibocorin, Gen Z Beralih Curhat ke AI: Beneran Bikin Lebih Lega?
Boleh aja mencoba tren curhat ke AI. Asal jangan jadikan AI sebagai satu-satunya solusi yang dianggap punya kebenaran mutlak, ya.
Vania Rossa | Estika Kusumaningtyas

Dewiku.com - Kemajuan teknologi seolah memaksa manusia untuk ‘berdamai’ dengan Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Saking berperannya AI dalam kehidupan, kini muncul tren curhat ke AI yang banyak dilakukan Gen Z.
Jalinan ‘persahabatan’ dengan AI terbentuk dari respons cepat yang penuh empati setiap saat, termasuk kebutuhan buat curhat. Baru nyapa “Hai” aja, chatbot langsung merespons instan seolah tahu kebutuhan buat didengar.
Baca Juga
Uang Bukan Topik Tabu: Ini 5 Money Mindset Penting untuk Cewek Masa Kini
Teman Sukses Bikin Kamu Cemas? Kamu Mungkin Lagi Kena Scarcity Mindset!
Park Ju Hyun di Hunter with a Scalpel: Kakak Perempuan yang Bertarung dengan Trauma
Siapa Indahkus? Blak-blakan Soal Gajinya Sebagai Dokter dan Alasan Pilih Jadi Idol di China
Bukan Soal Barang Branded, Ini 10 Sikap yang Bikin Kamu Terlihat Classy
Baru 3 Minggu Lahiran, Aaliyah Massaid Udah Ngegym Lagi: Tiru Semangatnya, Yuk!
Bahkan sisi anonim dari AI juga kerap jadi alasan Gen Z buat curhat online via chatbot. AI dianggap sebagai teman yang minim penghakiman dengan 24/7 avalaibility yang selalu siap sedia kapan pun dibutuhkan.
Tapi, apakah ilusi kedekatan ini efektif jadi teman pengganti? Sebab semakin riuh dunia digital, ternyata semakin banyak orang yang merasa kesepian dan memilih AI sebagai teman curhat yang responsif.
Apakah AI Efektif Jadi Teman Pengganti?
Pada dasarnya, teknologi AI memang didesain dengan kemampuan kognitif tiruan yang bisa berpikir, memahami bahasa, dan bahkan menjawab pertanyaan dengan tema apa pun. Orang pun makin akrab dengan chatbot, seperti ChatGPT, Gemini, hingga DeepSeek.
Berdasar hasil survei Snapcart pada April 2025 dengan judul “In AI, We Trust”, sebanyak 6% orang Indonesia memanfaatkan AI sebagai teman curhat dan dianggap mampu gantikan peran psikolog.
Fenomena ini kemudian didukung hasil penelitian Journal of Medical Internet Research (2025) yang menunjukkan kalau sesi curhat dengan chatbot AI bisa mengurangi gejala depresi ringan hingga sedang.
Meski begitu, ada penekanan kalau terapi online bersama AI hanya sebatas pelengkap dan nggak bisa menggantikan terapi tatap muka sepenuhnya. Bisa dibilang efektivitasnya juga bergantung pada ekspektasi dan kondisi dari penggunanya.
Artinya, AI hanya efektif jadi teman curhat biasa. Tapi, kalau buat seseorang yang mengalami gangguan mental kompleks, peran psikolog tetap masih menjadi solusi terbaik.
Kelebihan dan Kekurangan Curhat ke AI
Maraknya tren Gen Z curhat ke AI sebenarnya tetap harus disikapi dengan bijak dan nggak boleh asal ikut arus. Harus ada pertimbangan kalau curhat ke AI itu tetap punya kelebihan dan kekurangan yang antara lain sebagai berikut.
Kelebihan Curhat ke AI
- Respons cepat.
- Bisa dilakukan setiap waktu tanpa jadwal janji temu.
- Meminimalisir rasa malu atau takut karena anonim dan nggak ada penghakiman dari AI.
- Pengguna bisa mengungkapkan perasaan dengan jelas.
- Jadi pertolongan awal sebelum memutuskan datang meminta bantuan ke psikolog.
Kekurangan Curhat ke AI
- Respons AI cenderung datar dan terasa kurang empatik.
- Nggak bisa memberi diagnosis atau terapi yang tepat.
- Ketergantungan dengan AI berpotensi menunda penanganan gangguan mental dengan segera.
- Risiko kebocoran privasi karena nggak semua AI dilengkapi jaminan keamanan data.
Menyikapi Tren Curhat ke AI dengan Bijak
Kita memang nggak bisa sepenuhnya lepas dari teknologi, termasuk dengan adanya ketersediaan AI menjadi teman curhat dan menjadi tren baru. Namun, kamu tetap harus menyikapi tren curhat ke AI dengan bijak.
Pastikan kamu paham dulu batasan AI yang responsnya hanya didasari pada data, bukan pengalaman. Sebagai alat bantu, sah-sah aja. Tapi AI tetap bukan tenaga profesional yang bisa memberi diagnosa dan solusi mendalam.
Respons AI juga nggak boleh kamu telan mentah-mentah. Data yang diberikan AI hanya rangkuman materi dan bukan kebenaran mutlak yang bisa kamu percaya penuh. Apalagi ada risiko kebocoran data, kamu harus berhati-hati saat curhat dan batasi informasi yang akan dibagikan.
Ragam tren masa kini yang berkaitan dengan bidang teknologi memang semakin banyak bermunculan, termasuk tren curhat ke AI ini. Kita tetap harus cerdas menyikapi tren curhat online ini dan berfokus pada efektivitasnya dibanding sebatas ikut karena viral.