Ragam

Netizen Heboh! Bakery Non-Halal di Canggu Banjir Pengunjung Berhijab: Nggak Baca Menu, Ya?

Kok bisa, ya sampai ada pembeli berhijab yang antre di bakery dengan menu non halal. Nggak teliti atau malah prinsip yang kalah?

Vania Rossa | Estika Kusumaningtyas

Bakeri viral di Canggu, Bali (Instagram/gigisusubakery)
Bakeri viral di Canggu, Bali (Instagram/gigisusubakery)

Dewiku.com - Sebuah unggahan tentang salah satu bakery populer di Canggu, Bali, belakangan bikin geger warganet. Meski menu non halal yang dijual sudah tertera dengan jelas, tapi tempat ini malah dibanjiri pembeli berhijab.

Foto dan video antrean dari pembeli hijabers pun viral di media sosial dan memicu pertanyaan besar. Apakah ada ketidakjujuran pihak pelaku bisnis atau malah pembeli yang prinsipnya terkalahkan oleh rasa penasaran?

Tempat Nongkrong Aesthetic, Menu Bikin Laper Mata

Dari sudut pandang daya tarik bisnis, toko bakery ini memang cukup menggugah rasa penasaran para penikmat kuliner, terutama di Bali yang memang jadi lokasi wisata populer. Toko roti ini menawarkan interior estetik, suasana cozy, lengkap dengan spot foto Instagramable.

Nggak heran kalau banyak calon pembeli berdatangan hanya bermodalkan ketertarikan visual. Bahkan foto menu yang dipromosikan juga terlihat menggoda. Bisa dibilang wajar kalau wisatawan domestik maupun mancanegara tertarik buat ikut mampir.

Gambaran ruang nongkrong aesthetic dan daya pikat menu yang bikin laper mata jadi paket kombo yang membuat pengunjung terus berdatangan sampai rela antre. Namun, keberadaan menu non halal seolah malah luput dari pertimbangan.

Transparansi Menu Non Halal

Pihak bakery sebenarnya sudah memberi label non halal di beberapa menu, terutama yang mengandung babi atau alkohol. Bahkan, kabarnya staf bakery juga sudah menginformasikan kepada pelanggan yang bertanya.

Dalam menu toko roti tersebut, nama hidangan bahkan nggak disembunyikan. Tertera jelas menu dengan diksi “pork” dan “khamr” yang mengarah pada babi dan alkohol. Ditambah lagi ada penjelasan “contains pork” dalam menu tersebut.

Lalu, apa yang membuat bakery ini masih saja didatangi pengunjung berhijab? Padahal, transparansi menu non halal sudah disampaikan pihak owner. Apalagi kalau nekat datang dan sampai salah pesan atau ada kontaminasi silang alat masak, kondisi ini terlalu riskan.

Rasa Penasaran Kalahkan Prinsip?

Unggahan tentang bakery ini kemudian memantik respons netizen yang menuding fenomena ini sebagai contoh minimnya literasi dan ketelitian pembeli. Padahal mengecek konten menu yang ditawarkan juga wajib dilakukan, lho.

Sebagian netizen juga menduga adanya kemungkinan rasa penasaran orang pada bakery viral ini hingga meski tahu ada menu non halal tapi rasa penasaran mengalahkan prinsip. Di sisi lain, ada juga yang beralasan kalau datang bukan buat beli menu non halal.

Pembelaan lain menyebut kalau pihak pengelola bakery memberi pernyataan kalau alat masak yang dipakai untuk memasak menu non halal sudah dipisah. Namun, apa klaim ini benar-benar bisa dijadikan jaminan?

Perang Opini di Kolom Komentar

Postingan tentang bakery ini kemudian jadi medan perang opini antar netizen yang sedang mencari target untuk disalahkan. Di satu sisi, ada yang membela penjual karena sudah transparan mencantumkan label non halal.

Namun, perbedaan pendapat juga terjadi di mana netizen merasa kalau pembeli juga harus lebih aware dengan makanan yang akan dibeli untuk dikonsumsi. Terlebih fakta bahwa Bali banyak menyajikan kuliner yang beragam, termasuk menu non halal.

Bali bukan kota religi yang hanya diperuntukkan bagi wisatawan Muslim. Lebih bijak kalau konsumen yang jangan asal masuk tempat kuliner dan menanyakan lebih dulu tentang kehalalan makanan yang ditawarkan.

Bukan Cuma Salah dari Satu Pihak

Kalau mau menyikapi lebih bijak, sebenarnya fenomena ini bukan cuma salah dari satu pihak tapi lebih pada soal kesadaran bersama. Penjual perlu transparan, tapi pembeli juga wajib teliti sebelum membeli.

Kalau dua-duanya jalan, nggak akan ada lagi drama “mampir ke tempat non halal” yang bikin heboh. Seviral apa pun tempat kuliner baru dengan daya tarik yang menggoda sekali pun, saat tumbuh kesadaran bersama maka nggak akan ada lagi kasus serupa.

 

Berita Terkait

Berita Terkini