Ragam

Marak Kasus Kekerasan, Apa Makna Ruang Aman Sebenarnya Bagi Perempuan?

Dalam beberapa tahun terakhir, isu kekerasan terhadap perempuan semakin sering menghiasi ruang publik, baik di media massa maupun di percakapan sehari-hari.

Vania Rossa

Ilustrasi ruang aman bagi perempuan. (Freepik)
Ilustrasi ruang aman bagi perempuan. (Freepik)

Dewiku.com - Dalam beberapa tahun terakhir, isu kekerasan terhadap perempuan semakin sering menghiasi ruang publik, baik di media massa maupun di percakapan sehari-hari. Beragam kasus yang muncul memperlihatkan bahwa perempuan masih menghadapi ancaman keselamatan, baik di ranah domestik maupun di ruang sosial yang lebih luas. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan penting: apa sebenarnya makna “ruang aman” bagi perempuan, dan mengapa konsep ini kian mendesak untuk dipahami serta diwujudkan?

Mengapa Ruang Aman Penting di Tengah Maraknya Kekerasan

Kekerasan terhadap perempuan dapat muncul dalam banyak bentuk—fisik, seksual, verbal, emosional, hingga ekonomi. Setiap bentuk kekerasan meninggalkan luka yang berdampak jangka panjang. Ketika kasus kekerasan semakin marak, bukan hanya jumlahnya yang mengkhawatirkan, tetapi juga pola dan situasi yang memperlihatkan bahwa perempuan masih rentan di berbagai sektor kehidupan.

Ruang aman menjadi penting karena berfungsi sebagai benteng perlindungan yang seharusnya disediakan oleh keluarga, masyarakat, dan negara. Tanpa ruang aman, perempuan akan terus hidup dalam bayang-bayang ancaman. Hal ini bisa menghambat mobilitas, pendidikan, kepercayaan diri, bahkan produktivitas mereka. Dalam jangka panjang, ketidakadaan ruang aman dapat memengaruhi kualitas hidup perempuan dan membatasi kontribusi mereka dalam pembangunan sosial maupun ekonomi.

Lebih jauh lagi, ruang aman mencakup jaminan bahwa perempuan dapat melaporkan kekerasan tanpa takut disalahkan atau tidak dipercaya. Ketika sistem hukum dan sosial memberikan respons yang ramah dan berpihak pada korban, perempuan dapat merasa lebih terlindungi dan berani mencari keadilan.

Menciptakan Ruang Aman yang Utuh

Membangun ruang aman tidak dapat dilakukan secara parsial. Dibutuhkan kesadaran, kebijakan, dan perubahan sikap di berbagai lapisan masyarakat. Di tingkat keluarga, ruang aman dimulai dari pola komunikasi yang menghargai perasaan, pilihan, dan batasan setiap anggota. Pendidikan tentang empati, kesetaraan, dan cara berinteraksi tanpa kekerasan perlu ditanamkan sejak dini.

Di lingkungan sosial, masyarakat perlu memiliki kepekaan untuk tidak menormalisasi kekerasan. Ruang aman dapat terwujud melalui dukungan sosial, keberpihakan pada korban, serta keberanian untuk menindak pelaku tanpa pandang bulu. Hal ini juga mencakup upaya menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari pelecehan, menyediakan fasilitas publik yang aman, serta memperkuat respons aparat penegak hukum.

Di ranah digital, perempuan pun membutuhkan ruang aman. Dunia maya sering kali menjadi tempat baru munculnya kekerasan berbentuk perundungan, penyebaran data pribadi, hingga pelecehan. Oleh karena itu, literasi digital dan regulasi yang tegas menjadi bagian penting dalam menciptakan keamanan bagi perempuan di platform daring.

Ruang Aman sebagai Fondasi Kehidupan Perempuan

Pada akhirnya, ruang aman bukanlah sekadar slogan, tetapi fondasi bagi perempuan untuk hidup, berkembang, dan berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat. Ruang aman memungkinkan perempuan merasa dihargai sebagai manusia yang utuh, bukan objek atau target kekerasan. Dengan kehadiran ruang aman yang nyata—baik secara fisik, sosial, maupun emosional—perempuan dapat tumbuh dalam lingkungan yang mendukung, memberdayakan, dan membebaskan mereka dari ketakutan.

Ketika kasus kekerasan terus bermunculan, pertanyaan yang harus kita ajukan bukan lagi sekadar “apa itu ruang aman?”, tetapi “apa yang sudah kita lakukan untuk memastikan perempuan benar-benar memiliki ruang aman?”. Sebab, ruang aman bukan hanya kebutuhan; ia adalah hak yang harus dijamin, diperjuangkan, dan diwujudkan bersama.

(Clarencia Gita Jelita Nazara)

×
Zoomed

Berita Terkait

Berita Terkini