Trending

Hak Asuh Anak Jatuh ke Ayah: Pelajaran Berharga dari Kasus Paula Verhoeven untuk Perempuan

Kasus hak asuh anak Paula Verhoeven jadi sorotan. Artikel ini membahas pelajaran berharga bagi perempuan tentang hak asuh anak, kesiapan mental, dan langkah hukum yang perlu diketahui.

Vania Rossa | Natasya Regina Melati

Paula Verhoeven dan kedua anaknya. (Instagram/paula_verhoeven)
Paula Verhoeven dan kedua anaknya. (Instagram/paula_verhoeven)

Dewiku.com - Berita mengenai hak asuh anak yang jatuh ke tangan ayah dalam kasus perceraian selebriti sering kali menjadi sorotan, tak terkecuali yang menimpa Paula Verhoeven. Keputusan ini tentu menimbulkan banyak pertanyaan dan pro-kontra di kalangan masyarakat, apalagi bagi para perempuan yang juga seorang ibu.

Di tengah kompleksitas masalah rumah tangga, kasus seperti ini menjadi pelajaran berharga untuk kita semua. Bukan untuk menghakimi, melainkan untuk memahami lebih dalam apa saja aspek hukum dan psikologis yang mendasari keputusan hak asuh, serta bagaimana perempuan dapat mempersiapkan diri secara mental dan strategis menghadapi kemungkinan terburuk dalam sebuah hubungan.

Persidangan perceraian pasangan selebriri Baim Wong dan Paula Verhoeven akhirnya menetapkan hak asuh anak jatuh ke tangan ayah. Sontak aja hal ini mengundang perbincangan hangat di berbagai platform media sosial.

Melansir dari Suara.com, Paula dengan elegan dan lapang dada menerima keputusan ini. Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya pada Rabu, 25 Juni 2025, Paula membagikan foto penuh cinta bersama Kiano dan Kenzo, dua anak yang selama ini menjadi pusat semestanya.

Ia menuliskan perasaannya dengan begitu dalam, menyentuh, dan menguatkan banyak perempuan yang mungkin sedang dalam posisi yang sama. Paula mengingatkan kita bahwa cinta seorang ibu tidak pernah bisa dibatasi oleh putusan hukum, karena ikatan batin antara ibu dan anak lebih kuat dari apapun.

"Alhamdulillah, Pengadilan Tinggi Agama telah menyampaikan putusan banding pada tanggal 18 Juni 2025," tulis Paula Verhoeven di Instagram.

"Saya berbesar hati untuk menerimanya dengan lapang dada dan percaya bahwa ini semua adalah bagian dari rencana terbaik dari Allah," ungkapnya lagi.

"Saya percaya ini terjadi atas ketetapan dan izin-Nya. Dan saya yakin keadilan sejati bukan milik manusia. Keadilan hanya milik Allah, Dzat yang Maha Mengetahui isi hati dan Maha Adil dalam setiap keputusan-Nya,"

Dalam pernyataannya, Paula juga menyebutkan bahwa ia tidak akan mengajukan kasasi. Bukan karena menyerah, tapi karena ia memilih untuk memikirkan masa depan dan kesehatan mental anak-anaknya.

"Secara hukum, Qadarullah hak asuh anak diberikan kepada ayahnya. Namun, cinta seorang ibu tidak bergantung pada legalitas hukum. Ikatan batin antara saya dan anak-anak saya, Kiano dan Kenzo, Insya Allah tidak akan pernah terputus," tambahnya.

"Saya memilih untuk tidak mengajukan kasasi. Ini bukan tentang kalah atau menang, melainkan untuk kebaikan semua terutama ini demi kesehatan mental dan masa depan Kiano dan Kenzo," ujar Paula.

"Tapi mama belajar bahwa kalian bukan milik mama sepenuhnya. Kalian adalah titipan Allah. Dan apa yang dititipkan, bisa Allah ambil, atur, dan jaga dengan cara-Nya sendiri," imbuhnya.

Pernyataan ini tentu saja langsung memicu berbagai reaksi. Apalagi ketika kuasa hukum Baim Wong, Fachmi Bachmid, memberi pernyataan tegas bahwa Paula tidak diperkenankan ‘mengganggu’ anak saat di sekolah tanpa komunikasi dengan Baim.

"Dia nggak boleh ganggu anak sekolah, ini jadi masalah baru nanti sama saya. Dia harus ngomong sama Baim, dia diberi akses bukan berarti bisa terus membawa," terang Fachmi Bachmid.

Ini tentu menimbulkan pro dan kontra di kalangan publik, khususnya para ibu yang merasa relate dan memahami betapa sulitnya merelakan, sekaligus tetap ingin terlibat dalam tumbuh kembang anak.

Kisah Paula bukan tentang kalah dan menang, tapi tentang bagaimana seorang ibu berdiri dengan anggun dalam badai, tetap mencintai tanpa pamrih, dan mengajarkan kita semua bahwa menjadi ibu sejati tak tergantung dari siapa yang memegang hak asuh. Karena sejatinya, kasih seorang ibu akan selalu menjadi rumah yang tak pernah pergi.

Apa yang Bisa Dipetik Para Perempuan dari Kasus Hak Asuh Anak Paula Verhoeven?

Mungkin selama ini kita sering berpikir bahwa hak asuh anak otomatis akan jatuh ke tangan ibu. Padahal, dalam praktiknya tidak selalu demikian. Banyak faktor yang bisa memengaruhi keputusan hakim di pengadilan, dan dalam beberapa kasus, ibu justru bisa kehilangan hak asuh anaknya.

Nah, biar nggak salah langkah, melansir dari beberapa sumber, ini dia hal-hal penting yang perlu kamu tahu dan jadikan pelajaran kalau kamu sedang atau akan menghadapi proses hukum terkait hak asuh anak.

Kenapa Seorang Ibu Bisa Kehilangan Hak Asuh?

Tanpa mengaitkan dengan kasus seseorang yang kita bahas sebelumnya, faktanya memang ada beberapa alasan serius yang bisa membuat seorang ibu kehilangan hak asuh anaknya. Yuk, simak beberapa poin berikut:

1. Kekerasan atau Penelantaran Anak

Kalau seorang ibu terbukti melakukan kekerasan fisik, manipulasi emosional, atau bahkan gagal memenuhi kebutuhan dasar anak seperti makanan, tempat tinggal, dan perawatan medis, maka itu bisa menjadi alasan utama pengadilan mengambil alih hak asuh.

2. Tidak Patuh pada Perintah Pengadilan

Misalnya sering mengabaikan jadwal kunjungan anak atau ketentuan hukum lainnya. Hal ini bisa membuat hakim berpikir bahwa sang ibu tidak mampu bekerja sama demi kepentingan anak.

3. Menghalangi Hubungan Anak dengan Ayahnya

Jika ibu sengaja menjauhkan anak dari ayahnya tanpa alasan yang dibenarkan, pengadilan bisa menganggap itu sebagai upaya merusak hubungan anak dan ayah.

4. Membahayakan Keamanan Anak

Tindakan atau gaya hidup yang membahayakan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung, bisa jadi bahan pertimbangan serius.

5. Berbohong di Pengadilan

Memberikan informasi palsu atau kesaksian bohong bisa merusak kredibilitas seorang ibu dan memperlemah posisinya dalam persidangan. Misal ibu bertindak kepada hal yang cenderung merugikan seperti selingkuh dan semacamnya, pasti hak asuh anak akan cenderung berpihak pada ayah.

Cara Ibu Agar Tetap Kuat Ketika Kehilangan Hak Asuh Anak

Tenang, bukan berarti ibu harus menyerah begitu saja. Ada banyak cara agar seorang ibu tetap bisa berdiri tegar dan menunjukkan bahwa dirinya adalah tempat terbaik untuk sang anak:

1. Jaga Kesehatan Mental dan Emosional

Luangkan waktu untuk healing. Bisa lewat terapi, ngobrol dengan sahabat, olahraga, journaling, atau aktivitas yang bikin hati tenang. Ketika kamu tenang, keputusan yang kamu ambil pun akan lebih bijak.

2. Bangun Support System yang Kuat

Dikelilingi oleh orang-orang yang sayang dan bisa dipercaya, baik itu keluarga maupun teman dekat, akan sangat membantu secara emosional dan praktis. Ikut komunitas ibu atau support group juga bisa jadi pilihan.

3. Catat Semua Hal Penting

Simpan semua dokumen, bukti komunikasi, rekaman peristiwa, atau apapun yang bisa memperkuat posisi kamu sebagai ibu yang peduli dan bertanggung jawab.

4. Tunjukkan Sikap Kooperatif

Jangan memutus hubungan anak dengan ayahnya. Justru, tunjukkan bahwa kamu mendukung hubungan yang sehat antara mereka. Ini akan dilihat sebagai sikap positif oleh pengadilan.

5. Fokus pada Kepentingan Anak

Buktikan kalau kamu adalah tempat terbaik bagi anak untuk tumbuh dan berkembang. Ceritakan rutinitas anak bersamamu, kenyamanan mereka, dan hal-hal positif yang kamu lakukan untuk mendukung tumbuh kembangnya.

Solusi?

Kalau kamu merasa perlu bantuan untuk menghadapi hal seperti ini, jangan ragu untuk ambil langkah berikut ini:

1. Coba Mediasi

Kalau memungkinkan, kamu dan mantan pasangan bisa menyelesaikan konflik lewat jalur mediasi tanpa harus ribut di pengadilan.

2. Ikut Kelas Parenting

Ini bukan hanya buat belajar jadi orang tua yang lebih baik, tapi juga menunjukkan keseriusan kamu di mata hukum.

3. Perbaiki Stabilitas Finansial

Kalau faktor ekonomi jadi kendala, pelan-pelan mulai benahi dengan cari penghasilan tetap atau pelatihan kerja. Hakim juga mempertimbangkan siapa yang bisa menjamin kehidupan anak secara layak.

Ingat ya, perjuangan mendapatkan atau mempertahankan hak asuh anak bukan tentang ego siapa yang menang atau kalah. Ini tentang menciptakan tempat terbaik untuk anak bisa merasa aman, dicintai, dan bertumbuh sehat secara fisik maupun mental. Dan sebagai ibu, kamu pasti bisa jadi rumah yang selalu ingin anakmu pulang

Berita Terkait

Berita Terkini