Trending

Mengenal Anna Wintour: Sosok di Balik Vogue yang Kini Pamit dari Dunia Mode

Anna Wintour, editor legendaris di balik majalah Vogue, resmi mundur. Siapa sebenarnya perempuan berpengaruh ini dan bagaimana kiprahnya membentuk dunia fashion global?

Vania Rossa | Ayu Ratna

Anna Wintour. (Euronews)
Anna Wintour. (Euronews)

Dewiku.com - Nama Anna Wintour hampir selalu muncul saat membahas dunia fashion kelas dunia. Selama lebih dari tiga dekade, ia menjadi wajah dan otak di balik majalah mode ternama Vogue, menjadikannya simbol kekuatan, presisi, dan inovasi dalam industri fashion global.

Kini, kabar mengejutkan datang: Anna Wintour resmi mundur dari Vogue, menandai akhir dari sebuah era yang telah menginspirasi banyak insan kreatif di seluruh dunia.

Kabar ini diumumkan ke publik pada 26 Juni 2025 dan langsung bikin heboh dunia fashion. Tapi jangan salah, meski mundur dari posisi puncak di Vogue US, bukan berarti Wintour sepenuhnya cabut dari industri.

Ia masih menjabat sebagai direktur editorial global Vogue dan Chief Content Officer di Condé Nast—alias tetap jadi sosok penting di balik layar.

Keputusan mundur ini bukan karena skandal atau drama apa pun, tapi karena keinginan Wintour sendiri untuk memberi ruang buat generasi baru.

Dalam pengumuman ke staf, ia bilang ingin melihat editor-editor muda dengan visi segar mengambil alih dan membawa media ke arah yang lebih modern. Sebuah langkah besar dari seorang legenda yang selama ini dikenal super dominan dan visioner di dunia mode.

Siapa Sih Anna Wintour?

Buat kamu yang belum familiar, Anna Wintour adalah tokoh fashion legendaris asal Inggris yang lahir di London, 3 November 1949. Ia tumbuh di keluarga yang dekat dengan dunia media—ayahnya seorang editor koran ternama, sementara ibunya berasal dari Amerika.

Kariernya di dunia fashion dimulai sejak muda, dan ia sempat bekerja di beberapa majalah mode Inggris sebelum pindah ke AS dan bergabung dengan Vogue.

Wintour mulai menjabat sebagai Editor-in-Chief Vogue US sejak 1988. Dan sejak saat itu, wajah dan gaya khasnya—potongan bob rapi dan kacamata hitam besar—jadi ikon yang tak terpisahkan dari dunia mode. Banyak orang mengenalnya sebagai sosok yang super perfeksionis dan tegas, sampai-sampai dijuluki “Nuclear Wintour.”

Tapi di balik sikapnya yang keras, Wintour punya visi tajam dan berani ambil risiko. Salah satu langkah paling ikoniknya adalah saat ia menampilkan model dengan celana jeans di sampul edisi perdananya di Vogue. Gaya editorial Vogue pun berubah drastis di tangannya—dari yang konservatif jadi lebih edgy dan relevan.

Nggak cuma di media, Wintour juga punya peran besar dalam memajukan industri fashion global. Sejak 1995, ia jadi otak di balik Met Gala—acara amal sekaligus pameran fashion paling eksklusif sejagat. Lewat event ini, ia berhasil menggabungkan seni, budaya pop, dan fashion dalam satu panggung megah.

Wintour juga aktif mendukung talenta muda lewat CFDA/Vogue Fashion Fund yang ia prakarsai sejak 2004. Banyak desainer muda berbakat akhirnya bisa unjuk gigi berkat dukungannya—sebut saja Marc Jacobs, Tom Ford, hingga Zac Posen.

Pada tahun 2020, ia diangkat menjadi Chief Content Officer untuk seluruh Condé Nast, yang berarti ia mengawasi editorial dari berbagai brand global. Jabatan ini memperkuat posisinya sebagai pemegang kuasa besar di dunia media dan fashion internasional.

Selama masa kepemimpinannya, banyak sampul kontroversial tapi ikonik lahir dari tangan Wintour. Ia tahu bagaimana membuat tren, membentuk opini publik, dan tetap relevan di industri yang terus berubah.

Vogue sendiri kini sedang mencari pengganti untuk posisi editorial content head khusus untuk edisi Amerika. Siapa yang akan menggantikan sosok sebesar Anna Wintour? Masih jadi teka-teki, tapi satu hal yang pasti—standar yang ditinggalkan Wintour sangat tinggi.

Dengan jejak yang ia tinggalkan, bisa dibilang Anna Wintour adalah salah satu tokoh paling berpengaruh di industri fashion dan media dalam 50 tahun terakhir. Ia bukan cuma memimpin majalah, tapi juga membentuk arah industri.

Anna Wintour mungkin mundur dari kursi Editor-in-Chief Vogue US, tapi namanya tetap akan terpatri sebagai legenda fashion. Dari Met Gala sampai halaman-halaman glossy Vogue, pengaruhnya begitu besar dan tak tergantikan.

Kini, ia membuka jalan untuk generasi baru, sambil tetap menjadi “ratu” di belakang layar. Dunia fashion boleh berubah, tapi warisan Wintour bakal terus hidup dan jadi inspirasi banyak orang.

Berita Terkait

Berita Terkini