Trending
Bukan Tampan atau Cantik, Tapi Nyaman! Pelajaran Cinta dari Serial Netflix Better Late Than Single
Cari cinta nggak cuma soal penampilan! Better Late Than Single dan insight dari pakar kencan kasih tahu kalau kenyamanan emosional dan kemistri jauh lebih penting buat hubungan yang langgeng.
Vania Rossa

Dewiku.com - Di era dating apps, banyak orang masih terjebak mindset kalau cinta itu soal penampilan. Tinggi, keren, sukses, modis sering dianggap tiket utama buat dapat pasangan idaman. Padahal, reality show Netflix Better Late Than Single justru kasih tamparan manis: good looking aja nggak cukup kalau nggak ada koneksi batin yang bikin nyaman.
Para lajang yang tampil di acara ini kelihatan "sempurna" dari luar—profesional, menarik, dan penuh pesona. Tapi saat masuk ke obrolan nyata, mulai kelihatan awkward, hening, bahkan nggak nyambung. Dari sinilah muncul satu pelajaran penting: penampilan bisa bikin jatuh hati sesaat, tapi kenyamanan emosional lah yang bikin cinta bertahan.
Saat Fisik Bukan Jaminan
Acara ini memperlihatkan para lajang “sempurna” dengan karier stabil dan penampilan menawan. Tapi begitu ngobrol, banyak yang kaku, canggung, bahkan kesulitan nyambung. Contohnya:
- Noh Jae-yun, ganteng dan sukses, tapi susah terbuka secara emosional.
- Kang Ji-su, elegan sekaligus intimidating, kecantikannya malah bikin orang sungkan mendekat.
- Kim Sang-ho, sudah transformasi fisik, tapi tetap merasa kosong secara emosional.
Pelajaran penting: makeover fisik nggak akan mengubah kenyataan kalau hati kita belum siap terkoneksi.
Kenapa Nyaman Lebih Berharga daripada Sempurna
Violet Lim, CEO Lunch Actually, yang sudah bertahun-tahun jadi saksi jatuh bangunnya para lajang, bilang hal ini:
“Ketertarikan sejati bukan cuma soal fisik. Yang bikin hubungan bertahan adalah ketika kamu merasa dilihat, didengar, dan dipahami.”
Pasangan yang akhirnya sukses biasanya bukan karena “dia tipeku,” tapi karena “aku nyaman sama dia.” Itu kunci hubungan jangka panjang: kenyamanan emosional.
Pelajaran Cinta dari Para Peserta
Baca Juga
Mood Booster Versi Raisa: Es Kopi Hitam Super Dingin Jadi Penyelamat di Siang Hari!
Mengintip Tren Kecantikan dan Fashion di BRI The BFF Festival 2025, Ada Apa Saja?
Hidup di Era AI: Anak Harus Dibekali Skill Kritis, Kreatif, dan Bijak
Viral: Minum Air Tengah Malam Bikin Ginjal Rusak? Ini Faktanya, Bukan Katanya
Viral! Mirjeta Bocah Bule Blasteran yang Kuasai Banyak Bahasa, Termasuk Jawa Medok
Nikahan Ala Nadin Amizah, Wedding Goals yang Harus Diusahakan Gen Z
- Penampilan Bukan Segalanya: Cinta butuh komunikasi dan keberanian untuk terbuka.
- Luka Batin Bisa Jadi Penghalang: Trauma yang belum sembuh bikin hati sulit menerima cinta baru.
- Standar Terlalu Tinggi = Burnout: Mengejar kesempurnaan seringkali bikin lelah sendiri.
- Percaya Diri Berlebihan Bisa Salah Kesan: Kadang bikin orang salah paham kalau kita cuek atau dingin.
Intinya, setiap peserta menunjukkan hal yang sama: hubungan yang sehat lahir bukan dari status, harta, atau penampilan, melainkan dari bagaimana kita merasa ketika bersama orang itu.
Cinta Itu Tentang Koneksi, Bukan Kesempurnaan
Dalam dunia yang serba cepat, kadang kita lupa bahwa cinta nggak harus penuh drama kayak film. Kalau kamu merasa aman, bisa tertawa lepas, dan jadi diri sendiri saat bareng dia—itu bukan hal biasa. Itu tanda cinta yang nyata.
Seperti kata Violet, “Kencan pertama bukan soal kembang api. Kadang, justru rasa nyaman yang jadi awal cinta sejati.”
Better Late Than Single adalah pengingat penting: cinta sejati nggak perlu pencitraan. Bukan soal checklist sempurna, tapi soal koneksi tulus. Jadi, kalau kamu lagi cari cinta, jangan cuma fokus pada yang terlihat dari luar. Fokuslah pada siapa yang bikin kamu merasa paling nyaman jadi diri sendiri.