Kisah Inspiratif, Pejuang Paraplegia Ini Sukses Jadi Pembicara di Panggung Google AI
Keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang bagi nanda dalam mengejar cita-citanya.
Menjadi pejuang paraplegia atau kelumpuhan yang memengaruhi semua atau sebagian tubuh, tungkai, dan organ panggul, bukan penghalang bagi Roissyah Fernanda Khoiroh. Dia tetap bertekad kuat mengejar cita-citanya.
Menyelesaikan apa yang sudah dimulai sampai tuntas menjadi prinsip perempuan yang biasa disapa Nanda ini. Dia merupakan alumni program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Angkatan 4 yang kini fokus menggeluti bidang Mesin Pembelajaran atau Machine Learning.
Program MSIB menjadi wadah bagi Nanda menemukan tempat belajar yang sesuai dengan bidang yang ia geluti di luar kelas. Nanda pun memilih untuk mengambil program studi independen di Bangkit dan berhasil menyelesaikannya dengan prestasi gemilang dengan menjadi salah satu lulusan terbaik dari Program Kampus Merdeka Bangkit By Google, GoTo, Traveloka Batch I.
Baca Juga: Pelaksanaan MBKM Mandiri, Perguruan Tinggi Didorong Tingkatkan Kreativitas
"Belajar di area yang kita minati di luar area yang ada di jurusan kita. Nah, di situ aku sudah tertarik, ya, sejak tahun 2022 itu saat aku ketemu ketertarikan tadi," ungkap Nanda tentang alasannya mengikuti program MSIB, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Dewiku.com belum lama ini.
MSIB adalah salah satu program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi di bawah payung kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Program ini mendorong mahasiswa untuk memastikan kesesuaian kompetensi antara kebutuhan dunia kerja dengan lulusan pendidikan tinggi lewat belajar di luar bangku kuliahnya. Harapannya, mahasiswa ketika lulus telah siap menghadapi tantangan di dunia kerja.
Sejak mengetahui program MSIB, Nanda sudah tertarik dan ingin segera mengikutinya. Tidak berhenti di situ, Nanda sekali lagi mengembangkan kompetensi dirinya dengan meraih Sertifikasi TensorFlow Developer yang merupakan sertifikasi untuk menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan dan mengimplementasikan TensorFlow dalam membangun beberapa model Machine Learning.
Baca Juga: Persiapan Terjun ke Dunia Kerja, Pertukaran Mahasiswa Merdeka Semakin Diminati
Atas kegigihannya, pada awal Juni 2024, Nanda diundang menjadi pembicara di acara "Google AI untuk Indonesia Emas", Jakarta. Melihat ke belakang, Nanda berpendapat bahwa penerimaan atas kondisi diri sendiri ternyata membawanya ke arah masa depan yang begitu cemerlang. Sebelumnya, Nanda selalu menutup diri kepada publik akan kondisinya.
"Kayaknya ini salah satu pencapaian terbesarku. Pertama, aku bisa menerima diriku. Dan yang kedua, selain bisa menerima diriku, aku bisa kasih cerita atau sesuatu yang inspiratif jadi berbagi cerita kepada orang lain supaya mereka bisa bergerak dan terus maju dalam menggapai apa yang mereka inginkan," ucap Nanda.
Berada di posisi sekarang tentu bukan hal yang mudah bagi Nanda. Perempuan asal Lumajang, Jawa Timur, berusia 25 tahun ini selalu ingat pesan orang tuanya bahwa apa yang terjadi di dalam hidup sudah menjadi takdir Tuhan dan ada hikmah dari kejadian tersebut. Namun, cara terbaik menjemput hikmahlah yang membuat diri seseorang menjadi orang yang hebat, kuat, dan memberi inspirasi.
"Di balik suatu cobaan atau kejadian yang tidak diharapkan, pasti ada hikmah yang menanti kamu dan ini tinggal bagaimana cara kamu menjemput hikmah tadi," kata Nanda mengulang pesan yang selalu ia ingat dari orang tuanya.
Kala merasa kesulitan atau macet akan ide-ide baru yang dibutuhkan di pekerjaan, Nanda kerap mengingatkan dirinya untuk beristirahat sejenak, berdiam diri sembari merenung akan hal-hal yang sedang dikerjakan. Bagi Nanda, belajar dan bekerja di bidang big data akan selalu mendapatkan tantangan baru yang belum ada sebelumnya.
Alhasil, Nanda akan terus belajar guna menyelesaikan tantangan tersebut karena kunci utama berkecimpung di bidang machine learning adalah terus belajar, berkomitmen penuh, serta lingkungan yang mendukung untuk terus maju berkembang.
"Harus belajar dengan eksplorasi sendiri dan kalau tidak bisa bertanya ke teman agar bisa diajari atau mungkin bisa bertanya kepada mentor," ucap Nanda yang kini bekerja paruh waktu di Braincore.id perusahaan penyedia layanan Artificial Intelligence (AI) sebagai Asisten Research and Development.
Nanda berharap dirinya dapat berkarir di bidang yang ia geluti sekarang. Tentunya, dia pun ingin berada di jenjang karir profesi yang lebih tinggi lagi.
"Harapannya dalam lima tahun nantinya, semoga ditakdirkan buat berkarir di bidang yang aku impikan. Jadi mungkin nanti karir aku bisa berkembang gitu dari junior ke senior atau bahkan menjadi head of or something," kata Nanda penuh harap.
Nanda pun berharap apa yang ia lakukan dapat memberi inspirasi bagi pemuda-pemudi dan difabel di luar sana. Nanda yang senang membaca buku, menulis jurnal, bahkan mengikuti kegiatan positif di Komunitas Peduli Inklusi Nusantara (KOPINUS).
Baca Juga: Kisah Inspiratif Penerima Beasiswa S2 Termuda LPDP, Berawal dari Nekat Ikut Magang
"Aku ingin give impact to my community, dengan membagikan pengalaman atau motivasi atau kisah ke anak-anak muda, khususnya temen-temen difabel. Jadi aku ingin memotivasi mereka, kita semua itu bisa menggapai mimpi asalkan kita serius dengan hal itu dan kita punya strategi yang ampuh untuk mencapainya," tuturnya.
BERITA TERKAIT
20 Ucapan Selamat Hari Ibu 2023, Lengkap dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
Jumat, 22 Desember 2023 | 07:45 WIBTingkatkan Brand Awareness, 5 Tips Memaksimalkan Konten Live Stream untuk Pelaku UMKM
Jumat, 17 November 2023 | 16:30 WIBMilad Ke-5 Tahun Komunitas Ukhtina, Jalin Ukhuwah dan Berbagi, Indahnya!
Senin, 13 November 2023 | 09:30 WIBRilis Koleksi Terbaru, Justice Gagas Komunitas bagi Anak Perempuan
Selasa, 26 Maret 2019 | 13:00 WIBKenalan dengan Komunitas La Sape, Cowok-Cowok Perlente Asal Kongo
Selasa, 05 Maret 2019 | 17:00 WIBBERITA TERKINI