Ragam

Pelumas Babi di Nampan MBG Bikin Heboh, Indonesia Emas Kok Malah Bikin Cemas?

Isu pelumas babi di nampan MBG mencuat dan menimbulkan keresahan. Di tengah jargon Indonesia Emas, kenapa masyarakat justru makin cemas?

Vania Rossa | Estika Kusumaningtyas

Nampan MBG (Suara.com/ANTARA)
Nampan MBG (Suara.com/ANTARA)

Dewiku.com - Publik dihebohkan dengan mencuatnya isu penggunaan pelumas babi di nampan MBG (Makan Bergizi Gratis). Kabar ini pertama kali dilaporkan oleh koalisi mahasiswa Poros Pelajar yang dipimpin oleh organisasi IPNU.

Kelompok tersebut mempertanyakan status kehalalan nampan stainless steel yang digunakan untuk program MBG tersebut yang menurut laporan diimpor dari Tiongkok.

Melansir laman Indonesia Business Post (IBP), Muhammad Agil Nuruz Zaman selaku ketua IPNU mengatakan kalau verifikasi laboratorium penting untuk memastikan kehalalan tray MBG tersebut.

Isu pelumas babi di nampan MBG ini pun langsung ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak yang bertanya-tanya, apakah kabar ini benar atau hanya sekadar rumor yang dibesar-besarkan?

Laporan Investigasi: Muncul Tanda Bahaya?

Kontroversi ini semakin mencuat setelah muncul laporan investigasi IBP yang mengungkapkan kalau pabrik-pabrik di Chaoshan, Provinsi Guangdong, Tiongkok, memproduksi jutaan nampan untuk program MBG.

Dari laporan tersebut, muncul dugaan produk-produk tray MBG yang dibuat memiliki label "Made in Indonesia" dan sertifikasi SNI palsu. Kalau benar, tentu temuan ini jadi bukti pelanggaran hukum Indonesia dan aturan perdagangan WTO.

Masih dari laporan IBP, produksi nampan tersebut juga diduga melibatkan penggunaan minyak babi sebagai pelumas industri dan banyak nampan stainless steel Tipe 201 dan 304 yang dianggap nggak aman untuk kontak dengan makanan.

Respons Kementerian Agama: Janji Tindak Lanjuti Laporan

Kementerian Agama telah berjanji untuk segera mengambil tindakan korektif menyusul laporan terkait nampan MBG yang mungkin mengandung pelumas babi sampai menimbulkan kekhawatiran atas kepatuhan halal.

Menteri Agama Nasaruddin Umar juga mengatakan kalau pemerintah akan menindak tegas dan tidak akan berkompromi dengan standar halal.

“Kami akan menelaah temuan ini secara menyeluruh dan segera melakukan perbaikan jika terdapat penyimpangan. Masukan dari masyarakat sangat diharapkan, dan kami berkomitmen untuk memastikan program ini memenuhi persyaratan halal dalam segala aspek,” ujar Nasaruddin.

DPR Ikut Buka Suara: Panggil BGN

DPR juga nggak tinggal diam dan kabarnya bakal segera mengagendakan rapat pemanggilan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN). Melansir Suara.com, Irma Chaniago selaku anggota Komisi IX menegaskan akan meminta klarifikasi dan pertanggung jawaban BGN.

"Tentu kami dari Komisi IX akan memanggil ketua BGN dan meminta beliau untuk melakukan investigasi terkait masalah tersebut. Ini rentan untuk menjadi masalah dan akan menimbulkan penolakan nantinya dari masyarakat," kata Irma.

Indonesia Emas 2025 dan Isu Sensitif: Antara Jargon dan Realita

Di saat pemerintah dan berbagai pihak sedang gencar menggaungkan visi Indonesia Emas 2045, isu seperti ini justru membuat publik mempertanyakan komitmen pemerintah. Alih-alih makin dekat dengan tujuan, rakyat malah makin cemas.

Visi Indonesia Emas 2045 awalnya digadang-gadang sebagai masa depan di mana negara ini menjadi lebih maju, berdaya saing, dan sejahtera. Salah satu program unggulan pemerintah yaitu Makan Bergizi Gratis atau MBG.

Sayangnya, carut marut pelaksanaan program MBG yang belum tuntas malah disusul isu pelumas babi pada nampan yang digunakan. Lalu, bagaimana publik bisa merasa optimis kalau masalah seputar produk konsumsi saja masih menimbulkan keraguan?

Padahal transparansi dan keterbukaan informasi adalah kunci. Bukan sekadar memberi label halal, tapi juga menjelaskan proses produksi secara detail agar masyarakat yakin. Kalau masih ada hal-hal yang “abu-abu”, bisa-bisa malah muncul krisis kepercayaan.

Menuju Indonesia Emas, Jangan Bikin Rakyat Cemas

Munculnya isu pelumas babi di nampan MBG bisa jadi alarm kalau kepercayaan publik masih sangat rapuh. Di tengah ambisi menuju Indonesia Emas, jangan sampai rakyat justru kehilangan keyakinan pada hal-hal mendasar.

Indonesia nggak hanya butuh visi, tapi juga praktik nyata yang menunjukkan kepedulian terhadap rakyat. Sebab, emas sejati bukanlah slogan, melainkan rasa aman dan percaya yang dirasakan masyarakat, termasuk urusan perut.

 

Berita Terkait

Berita Terkini