Ragam
Negara Boleh Kacau, Tapi 4 Warisan Ini Wajib Diberikan Orang Tua ke Anak
Negara boleh mengecewakan, tapi orang tua jangan. 4 hal ini bisa jadi bekal terbaik untuk masa depan anak.
Vania Rossa

Dewiku.com - Kondisi dan situasi negara Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja tentu membuat khawatir siapa pun. Tidak terkecuali para orang tua atau calon orang tua yang memiliki kewajiban untuk membesarkan dan mendidik anaknya agar memiliki masa depan yang cerah.
Bukan hal aneh, jika orang tua memiliki rasa ketakutan berlebih jikalau sang anak tidak dapat meraih cita-citanya di tengah kondisi negara yang mungkin wacana Indonesia Emas 2045 yang mungkin masih abu-abu untuk dilaksanakan.
Permasalahan, seperti korupsi, nepotisme, dan kebijakan-kebijakan negara yang tidak berempati kepada rakyat telah menjadi suatu hal struktural yang hingga saat ini masih sulit untuk diberantas. Salah satu faktornya tentu berasal dari para petinggi negara yang senantiasa melanggengkan perbuatan-perbuatan merugikan tersebut.
Akan tetapi, sebagai orang tua sudah menjadi kewajiban mereka untuk mendidik anak ke arah yang benar guna menumbuhkan karakter yang tidak hanya berguna bagi dirinya sendiri, tetapi juga orang lain.
Nah daripada selalu diliputi rasa takut yang nggak habis-habis, lebih baik mulai sekarang orang tua bisa ajarkan dan didik anak ke arah yang benar agar tidak berpijak kepada pilihan dan jalan yang salah dan merugikan.
Ada loh beberapa cara yang bisa ditanamkan pada anak, nggak sulit kok, bahkan beberapa hal yang diajarkan merupakan adab sehari-hari loh. Kira-kira apa aja ya yang bisa dilakukan oleh orang tua di tengah ketidakpastian Indonesia.
1. Tanamkan Pemahaman Semua Membutuhkan Usaha
Sebagai orang tua, tentu ingin anaknya bisa meraih impian mereka, seperti mendapatkan nilai yang bagus, menjadi pribadi yang baik, ataupun meraih profesi yang mereka inginkan. Dari sinilah orang tua harus bisa menanamkan kepada anak jika semua capaian tersebut membutuhkan usaha.
Beri pemahaman bahwasanya segala yang mereka inginkan harus diimbangi dengan usaha dan kompetisi yang sepadan. Misal, anak ingin mendapatkan nilai yang bagus, maka hal yang harus ia lakukan adalah belajar dengan giat dan sungguh-sungguh. Saat mendidik, penting bagi orang tua untuk menanamkan moral kompas agar anak tahu cara yang ia lakukan sudah benar atau salah.
Jika anak dibiarkan untuk meraih sesuatu dengan cara yang instan, maka dampak ke depannya sang anak tidak memiliki jiwa kompetisi yang sehat. Bahkan, yang lebih menyeramkan anak akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hal ini tentu berbahaya bagi perkembangan karakter. Nggak mau kan anak jadi punya karakter kayak anggota DPR yang selalu menghalalkan cara biar dapat tunjangan rumah?
Baca Juga
Bukan Lagi Penyanyi, Rita Nasution Kini Viral Jadi Agen Properti
Kim Kardashian Kena Kritik, Publik Kaget Lihat North West Pakai Baju Ini
Perjalanan Cinta Billy Syahputra dan Vika Kolesnaya, Kini Menanti Buah Hati Pertama
Mau Tahu Seseorang Toxic atau Nggak? Coba Lihat di Momen Sepele Ini
Belajar Seks Bisa Seru, Guru Ini Kasih Contoh Lewat Lagu dan Nyanyianp
Kelebihan Uang dari Pajak, DPR Sepakat Bagi-Bagi Bonus ke Rakyat: Tapi Ini di Taiwan
2. Ajarkan Konsep Dasar Etika Finansial
Tindak dan kasus korupsi di Indonesia yang nggak pernah ada habisnya juga menjadi pengingat para orang tua untuk mengajarkan anak tentang konsep etika finansial. Nggak perlu cara yang rumit, orang tua bisa memberi pemahaman dasar tentang memperoleh uang atau pendapatan dengan cara yang benar dan sesuai.
Beri praktik kecil-kecilan sebagai bentuk cara memperoleh pendapatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Selain itu, jelaskan dengan mudah konsekuensi yang bisa didapatkan anak jika mereka mencoba berani untuk memperoleh pendapatan dari cara yang tidak semestinya, seperti mencuri, menipu, dan memanipulasi keuangan.
Selain itu, orang tua juga dapat mengajak anak saat pergi berbelanja dan tunjukkan kepada mereka gambaran nyata dari transaksi keuangan yang benar.
3. Beri Batasan dari Privilese yang Dimiliki
Mungkin orang tua yang memiliki privilese dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi masa depan sang anak. Terkadang dari privilese inilah, orang tua sering lupa bahwa hak istimewa ini bisa menjadi pemicu dari praktik nepotisme yang akan terus mengakar di dalam diri sang anak ke depannya.
Dampak yang diberikan akan membuat sang anak tidak memiliki kemampuan berkompetisi dan akan membentuk pemahaman yang fatal seperti menganggap bahwa privilese yang dimiliki jauh lebih penting daripada harus memiliki kemampuan saat ingin mendapatkan sesuatu.
Penggunaan privilese tanpa diberi batasan dan arahan akan turut membuat sang anak cenderung malas dalam melakukan suatu hal karena menurutnya dari hak istimewa itu dirinya sudah bisa mendapatkan semuanya. Jadi untuk orang tua, stop ya normalisasi “titip-titipan” anak ke orang lain.
4. Jangan Lupa Bangun Empati Anak
Selain akademik, karakter juga menjadi hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Salah satu parameter dari karakter anak yang baik ialah memiliki empati. Empati ini bertujuan untuk memudahkan sang anak saat menghadapi realita saat terjun ke lingkungan sosial sendirian.
Mengajak anak naik transportasi umum, ikut kegiatan sosial, ataupun ajak anak untuk melihat kehidupan orang lain yang berada di bawah kemampuan dirinya. Praktik-praktik ini memang terlihat sederhana, tetapi memiliki dampak yang besar untuk membangun rasa kepedulian anak terhadap orang lain.
Ulah pemimpin memang tidak bisa dimaafkan yang membawa kerusuhan di negara memang tidak bisa dimaafkan, tetapi mendidik anak ke arah yang lebih baik dapat menjadi langkah kecil dan berdampak untuk membawa perubahan bagi Indonesia ke depannya.
(Annisa Deli Indriyanti)