Selebgram Cut Intan Nabila Jadi Korban KDRT, Waspadai 4 Siklus Kekerasan
Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) seperti yang dialami Cut Intan Nabila memiliki siklus khusus yang menunjukkan kecenderungan pelaku.
Selebgram bernama Cut Intan Nabila mengungkap kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialaminya. Dia bahkan mengunggah buktinya di media sosial, Selasa (13/8/2024).
Pada video bukti KDRT, terlihat suaminya, Armor Toreador, memukul Intan berkali-kali. Tampak pula anak ketiga mereka di kasur yang sama sempat tkena tendang Armor Toreador.
Cut Intan mengungkapkan bahwa dirinya mengalami KDRT selama beberapa tahun pernikahan. Dia pun memiliki memiliki puluhan video lain yang disimpan sebagai bukti. Selain melakukan kekerasan, disebutkan pula bahwa suaminya selingkuh.
Baca Juga: Belajar dari Kasus Azhiera Mantan Istri Kurnia Meiga: Ingat, KDRT Bukan Aib!
"Sudah berkali-kali saya maafkan, tapi tak pernah terbuka hatinya. Ternyata benar, perselingkuhan dan KDRT tidak akan pernah berubah," ungkapnya lewat unggahan Instagram.
Apa yang terjadi pada Curt Intan kembali membuat banyak orang bertanya-tanya, mengapa korban KDRT sulit melepaskan diri dari jerat pelaku? Hal ini rupanya berkaitan dengan fase siklus kekerasan yang perlu dipahami, yakni:
1. Ketegangan (Buildup of Tension)
Baca Juga: Inspirasi White Dress untuk Momen Spesial, Contek Gaya 5 Seleb Ini
Ini adalah fase pertama pada siklus kekerasan. Awalnya, terjadi ketegangan dan stres di dalam hubungan. Komunikasi dengan pasangan mungkin memburuk dan muncul perasaan marah atau frustrasi. Situasi ini mungkin membuat korban merasa takut atau cemas.
2. Kejadian Kekerasan (Explosion of Violence)
Ketegangan yang terakumulasi mencapai puncaknya dan akhirnya terjadi kekerasan. Bentuknya bisa berupa kekerasan fisik, verbal, atau emosional. Pelaku mungkin melampiaskan emosi dengan cara yang merugikan atau menyakiti pasangan atau anggota keluarga lain.
3. Menyesal dan Ingin Berdamai (Remorse or Reconciliation)
Usai bertindak, pelaku mungkin menunjukkan penyesalan. Pelaku bisa jadi bakal bersikap baik dan berusaha merayu atau meminta maaf kepada korban. Pelaku juga dapat menjanjikan perubahan dan tampak berusaha berdamai dengan korban.
4. Fase Tenang dan Bulan Madu (Calm)
Baca Juga: Abaikan Kasus Kekerasan Seksual Pekerja, Perusahaan Bisa Kena Denda Rp15 Miliar
Setelah minta maaf dan berdamai, hubungan mungkin menjadi kembali tenang dan baik-baik saja untuk sementara waktu. Semuanya mungkin kelihatan normal dan sama sekali tidak ada kekerasan. Sayangnya, sering kali ini cuma jeda sebelum siklus kekerasan dimulai kembali.
BERITA TERKAIT
Bahasa Cinta yang Salah, Kenapa Silent Treatment Bikin Perempuan Sakit Hati
Rabu, 11 Desember 2024 | 13:38 WIBSeksis di Dunia Komedi: Katanya Bercanda tapi Kok Tinggalkan Luka?
Selasa, 10 Desember 2024 | 19:55 WIBOrang Tua Bicara: Program Makan Siang Gratis Harus Lebih Tepat Sasaran!
Selasa, 10 Desember 2024 | 08:00 WIBSelf-Love yang Salah Kaprah, Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Obesitas pada Perempuan Indonesia
Senin, 09 Desember 2024 | 17:45 WIBKokamwati Beragama Katolik Turut Amankan Tanwir Muhammadiyah, Bukti Toleransi Tak Hanya Sebatas Kata
Senin, 09 Desember 2024 | 16:30 WIBSituationship, Hubungan Ambigu yang Diminati Perempuan Gen Z
Sabtu, 07 Desember 2024 | 15:18 WIBBERITA TERKINI