Kala Pemecatan STY Bukan Cuma jadi Hari Patah Hati Laki-Laki
Pemecatan STY bukan hanya bikin para penggemar laki-laki sepak bola Indonesia kecewa.
"Ditinggalkan di tengah jalan saat berusaha menuju puncak"—begitu mungkin rasanya saat berita mengejutkan datang, Shin Tae-yong, pelatih yang membawa Timnas Indonesia ke level yang lebih tinggi, secara resmi diberhentikan dari posisinya.
Keputusan ini bukan hanya hari patah hati laki-laki pecinta sepak bola, tetapi juga bagi banyak orang Indonesia lainnya, termasuk para perempuan yang turut mengikuti perjalanan Timnas Indonesia.
Salah satunya adalah Sagita, fans Timnas Indonesia di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong. Bagi Sagita, Shin Tae-yong atau yang biasa disapa STY merupakan sosok yang jauh dari gambaran laki-laki Korea pada umumnya.
Baca Juga: Apa Itu Golden Visa? Begini Cara Mendapatkannya
Di negara asal STY, laki-laki sering digambarkan sebagai sosok yang kaku dan sangat menghargai hierarki. Namun, STY justru tampil sebagai "ahjussi" (paman) yang dianggap lebih egaliter dan santai.
Ia diketahui punya hubungan yang dekat dengan para pemain muda Timnas dan fans—termasuk perempuan yang sebelumnya mungkin tidak terlalu tertarik dengan sepak bola.
Karakternya yang hangat dan terbuka sangat berbeda dengan banyak laki-laki Korea yang biasanya lebih serius dan kaku.
Baca Juga: Gaya Lesti Kejora Nonton Timnas di Stadion GBK, Pakai Tas Putih Seharga Nyaris Rp100 Juta
Pencetus Penerimaan Budaya Korea di Kalangan Pria Indonesia
Kehadiran STY benar-benar jadi jembatan antara dua dunia: dunia Korea yang modern dan dunia Indonesia yang penuh semangat sepak bola.
Sebelumnya, budaya Korea identik dengan para penikmatnya yang banyak datang dari kalangan perempuan. Dengan keberadaan STY, ia berhasil memperkenalkan gaya hidup Korea, seperti disiplin dan kerja keras, kepada para laki-laki Indonesia.
"Menurut aku (itu) di luar ekspektasi keberadaan Shin Tae Yong, cowok-cowok Indo jadi lebih bisa menghargai budaya korea yang merajalela, gak ada yang ngatain STY cowok plastik," ujar Sagita, salah satu penggemar sepak bola Indonesia.
Pemecatan STY bukan hanya bikin para penggemar laki-laki sepak bola Indonesia kecewa, tapi secara tidak langsung juga menyentuh hati para perempuan dan anak-anak yang mulai menemukan kecintaan terhadap olahraga ini!
Seperti diketahui, dulu stadion sepak bola didominasi oleh laki-laki. Tapi sekarang, kita bisa menemukan perempuan dan anak duduk bersama tanpa merasa canggung.
Menonton pertandingan Timnas telah menjadi ajang rekreasi keluarga, tempat di mana ibu, ayah, dan anak bisa bersatu dalam semangat yang sama.
"Dulu, nonton Timnas itu penuh laki-laki, sekarang kita bisa nonton bareng perempuan tanpa takut diganggu," kata Sagita, yang merasa semakin nyaman mengikuti perjalanan Timnas.
Bagi Sagita dan mungkin banyak fans perempuan lainnya, STY bukan hanya berhasil mencetak sejarah besar dengan lolos ke Piala Asia dan menaikkan peringkat FIFA Timnas Indonesia, tapi juga menjadi pionir dalam memperjuangkan impian besar membawa Indonesia ke Piala Dunia.
Keberhasilan STY dan Timnas berhasil mengubah wajah sepak bola Indonesia menjadi lebih kompetitif, buah dari dedikasi dan visi panjang Sang Komando.
“Lima tahun ini, kita lihat banyak prestasi luar biasa. Kepergian pelatih hebat ini benar-benar bikin kita se-Indonesia patah hati, apalagi sekarang kita lagi fokus menuju kualifikasi Piala Dunia. Aku agak pesimis karena sosoknya penting, gak ada yang bisa gantiin dia” ungkapnya.
STY nggak cuma fokus pada pencapaian instan, dia juga bekerja keras untuk membangun fondasi kuat sepak bola Indonesia yang akan terus berkembang hingga Piala Dunia 2026 nanti.
Bahkan, kehadirannya sudah menjadi simbol kebangkitan sepak bola Indonesia, menjadikannya ikon penting dalam sejarah perkembangan olahraga tersebut di Tanah Air.
Seperti Sagita, pemecatan STY benar-benar jadi hari patah hati banyak orang.
Baca Juga: Azizah Salsha Gercep Peluk Pratama Arhan Rayakan Kemenangan Timnas Indonesia Lawan Korsel
Penulis: Humaira Ratu Nugraha
BERITA TERKAIT
Sebuah Rujukan: Cara Menghabiskan Malam Tahun Baru Sendirian
Selasa, 31 Desember 2024 | 18:45 WIBLebih dari Sekadar Tren Estetik, Sad Beige Parenting Bisa Bikin Anak Merasa Sedih?
Selasa, 31 Desember 2024 | 14:36 WIBMengapa Membuat Resolusi Tahun Baru Penting, Meski Seringkali Tak Pernah Terwujud
Selasa, 31 Desember 2024 | 11:13 WIBNewJeans vs Stereotip Gender dan Kelas Pekerja ala Korea Selatan
Sabtu, 28 Desember 2024 | 15:15 WIBThe New Tribeca, Destinasi Makan Malam Akhir Tahun Tak Terlupakan: Menyatukan Urban dan Alam
Jumat, 27 Desember 2024 | 11:38 WIBBERITA TERKINI