Trending
Wajah Kita Bisa Dicuri AI? Deepfake Jadi Ancaman Baru Buat Perempuan!
Wajahmu bisa dicuri AI? Waspada deepfake! Kenali ancaman baru deepfake yang mengintai perempuan di dunia digital. Yuk, pahami bahayanya dan lindungi diri dari AI jahat ini!
Vania Rossa

Dewiku.com - Di zaman serba digital ini, teknologi AI emang bawa banyak kemudahan. Tapi tahu nggak sih, di balik segala kecanggihannya, muncul ancaman baru yang bikin kita para perempuan harus super hati-hati? Namanya deepfake! Iya, teknologi yang bisa mencuri wajahmu dan menempelkannya ke video atau foto lain seolah-olah kamu yang melakukan.
Pasti ngeri banget kan kalau wajah kita tiba-tiba nongol di konten yang nggak pernah kita buat? Sayangnya, ini bukan lagi fiksi, tapi ancaman nyata yang makin marak.
Baca Juga
Jurus Networking Santai Cewek Gen Z yang Auto Bikin Sukses: Dari DM LinkedIn ke Obrolan Kopi!
Zodiak Ini Paling Cepat Move On dari Mantan: No Drama, No Ribet!
Suka Scroll TikTok Tengah Malam? Ini Tips Biar Nggak Kebablasan Sampai Begadang!
5 Tren Fashion Viral TikTok yang Gampang Dicontek Buat Ngantor
Biar Liburan Seru Nggak Bikin Dompet Nangis, Coba 5 Jurus Cerdas Atur Keuangan Ini!
Anak Anies Baswedan Dihujat Gegara Dapat Beasiswa LPDB: Emang Nggak Boleh Buat Orang Kaya?
Deepfake udah jadi momok serius, apalagi buat perempuan. Yuk, kita kupas tuntas kenapa deepfake jadi ancaman baru buat kita dan gimana cara menghadapinya biar kamu tetap aman di dunia maya!
Ketika Wajahmu Dicuri dan "Dijual" Diam-Diam
Belakangan ini, kasus penyebaran konten deepfake yang nggak senonoh dengan wajah perempuan itu lagi marak banget.
Di media sosial kayak TikTok, X, atau Instagram, banyak banget cewek yang curhat kalau wajahnya tiba-tiba dipake tanpa izin di video deepfake.
Paling bikin kaget, wajah mereka sering diambil dari foto profil publik atau story yang kita kira aman.
Ternyata, bisa disimpan diam-diam sama orang lain, terus ditempel deh ke tubuh dalam video yang nggak etis.
Konten kayak gini biasanya disebarin lewat grup pesan rahasia, forum gelap, atau bahkan dijual di situs-situs ilegal. Hati-hati banget, ya!
Menurut laporan dari Deeptrace Labs, lebih dari 96% konten deepfake di internet adalah pornografi non-konsensual, dan mayoritas korbannya adalah perempuan.
Ini nunjukkin kalau AI yang harusnya ngebantu, malah jadi alat kekerasan berbasis gender yang susah banget dideteksi.
Yang paling nyesek, korbannya sering kali nggak tahu sama sekali kalau wajah mereka udah disalahgunakan, sampai ada teman atau orang lain yang ngasih tahu.
Dampaknya Nggak Main-Main: Bikin Hidup Ambyar!
Bayangin deh, gimana rasanya kalau tiba-tiba wajahmu muncul di konten yang nggak pernah kamu bikin?
Dampaknya ke korban itu nggak main-main! Mereka bisa kehilangan rasa aman, jadi takut muncul di media sosial, sampai ngalamin tekanan mental dan sosial yang berat banget.
Bahkan, ada yang sampai dikucilkan, kehilangan pekerjaan, atau depresi karena harus jelasin hal yang sebenernya nggak pernah mereka lakuin.
Sedihnya, hukum dan regulasi di Indonesia kita masih belum cukup cepet nih buat ngelindungin korban-korban ini secara menyeluruh. Ini PR kita bersama!
Influencer dan kreator digital Aulion juga ikut bersuara soal isu deepfake ini lewat Instagram Story-nya.
"Deepfake itu bukan sekadar editan lucu atau efek keren. Kalau disalahgunakan, bisa merusak hidup seseorang, apalagi perempuan. Kita harus lebih sadar dan dorong platform serta pemerintah buat tegas sama pelakunya," tulis Aulion.
Postingan ini langsung rame dan nyulut diskusi penting soal keamanan digital di era sekarang.
Psikolog dan pakar komunikasi digital Irma Suryani juga negasin kalau kasus deepfake ini bisa dampak serius ke kondisi psikologis perempuan.
"Korban bisa ngalamin perasaan malu, kehilangan percaya diri, bahkan trauma. Beberapa dari mereka milih hapus media sosialnya dan narik diri dari lingkungan sosial karena nggak kuat ngadepin stigma," jelasnya.
Beliau juga nekanin pentingnya edukasi sejak dini tentang keamanan digital dan etika penggunaan teknologi.
Saatnya Kita Bergerak: Lawan Deepfake Bareng-Bareng!
Meskipun teknologi deepfake ini susah dihindari sepenuhnya, makin banyak komunitas, aktivis, dan media yang mulai aktif mengedukasi publik soal bahayanya.
Kampanye kayak #StopDeepfake dan gerakan edukasi digital udah mulai bermunculan di media sosial. Beberapa organisasi perempuan juga mulai bikin jaringan pelaporan buat bantuin korban yang wajahnya disalahgunakan secara digital.
Nah, sekarang saatnya kita semua ikutan bertanggung jawab buat nyiptain ruang digital yang lebih aman.
Mulai dari platform media sosial, pembuat regulasi, sampai kita sebagai pengguna internet, harus kerja sama buat melawan penyalahgunaan teknologi kayak deepfake ini.
Perempuan berhak kok hadir dan aktif di ruang digital tanpa harus terus dihantui ketakutan kalau wajahnya bakal dijadiin alat pelecehan!
(Imelda Rosalina)