Ketika AI Dilibatkan dalam Cinta, Bikin Hubungan Jadi Makin Seru atau Terasa Palsu?

Perjalanan cinta di era AI memang menawarkan kemudahan dan efisiensi yang belum pernah ada sebelumnya.

By: Vania Rossa icon Kamis, 26 Desember 2024 icon 10:18 WIB
Ketika AI Dilibatkan dalam Cinta, Bikin Hubungan Jadi Makin Seru atau Terasa Palsu?

Ilustrasi cinta (freepik)

Perkembangan teknologi AI telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, termasuk cara kita mencari pasangan. Aplikasi kencan dengan fitur-fitur canggih bermunculan seperti jamur di musim hujan, menjanjikan jodoh yang sempurna hanya dengan beberapa kali swipe. Tapi, apakah kemudahan ini membuat perjalanan cinta kita menjadi lebih menarik atau justru monoton?

Ketika AI Jadi Mak Comblang Masa Kini

Algoritma canggih dalam aplikasi kencan kini bisa menganalisis minat, hobi, bahkan kepribadian kita untuk menemukan pasangan yang paling cocok. Fitur-fitur seperti matching persentase, rekomendasi profil, dan bahkan prediksi keserasian hubungan, kian memanjakan pengguna. 

Baca Juga: Rahasia Dapur Ranjang, Saat Sex Toys jadi Kunci Hubungan Sehat dan Bahagia

Namun, di balik kemudahan ini tersimpan pertanyaan besar: apakah cinta bisa diukur dengan angka?

Bikin Foto Profil yang Hampir Sempurna

Tak perlu capek ngedit, kini kita pun bisa menyerahkan tugas mempersiapkan foto profil ciamik kepada AI. Aplikasi edit foto berbantuan AI bisa membuat kita terlihat lebih menarik, lebih tinggi, atau bahkan lebih muda. 

Baca Juga: Situationship, Hubungan Ambigu yang Diminati Perempuan Gen Z

Tak ada yang salah dengan hal ini, tapi kembali ke niat awal kita memulai hubungan: apakah ini benar-benar cara yang baik untuk memulai sebuah hubungan? 

Tanya AI untuk Senua Urusan Percintaan

Bosan dengan ide kencan yang itu-itu saja? Kini kamu selalu bisa bertanya kepada AI. Bahkan, ketika mau chat dan bingung hendak membahas apa pun, AI selalu bisa jadi penyelamat. Seperti yang dilakukan oleh Rebecca, mahasiswa tingkat akhir berusia 21 tahun. Belakangan, ia lebih sering menghabiskan waktu berdua dengan temannya, dan ia mulai memiliki perasaan romantis terhadap temannya. Ia merasa berada dalam ketidakpastian, dan ingin mengambil langkah selanjutnya, tetapi kesulitan untuk memvalidasi perasaaannya. 

Minta bantuan pada teman kuliahnya? Mereka sama-sama no clue! Putus asa, Rebecca memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru - meminta saran kepada AI. Hanya dengan mengajak AI 'mengobrol', Rebecca akhirnya mendapatkan kepercayaan diri yang dibutuhkannya.

"Saya menggunakannya sebagai mentor saat saya butuh bantuan. Ini tidak akan memengaruhi semua aspek kehidupan saya. Tetapi ketika saya menghadapi situasi sosial yang membuat saya tidak nyaman atau bimbang saat mencoba mencari tahu apa yang harus dilakukan, saya pikir AI akan menjadi cara yang bagus untuk mengatasinya," kata Rebecca.

Ya, untuk memfasilitasi rumitnya hubungan percintaan manusia, kini lusinan asisten AI mulai bermunculan dengan tujuan yang tidak terlalu muluk-muluk. Rizz, aplikasi asisten kencan, misalnya, hadir hanya untuk memberi saran-saran obrolan bermutu dalam kencan.

"Banyak perempuan dan laki-laki - terutama laki-laki - tidak tahu bagaimana berkomunikasi secara online. Ini canggung pada awalnya, terutama untuk memunculkan kalimat pembuka yang tepat. Ini memakan waktu, seperti pekerjaan kedua," kata salah satu pendiri Rizz, Roman Khaves, melansir dari Time. 

Bahkan, perusahaan aplikasi kencan mapan kini juga mulai memasukkan AI generatif ke dalam produk mereka. Match Group, perusahaan yang memiliki Tinder, Match.com, dan Hinge, merilis fitur di Tinder pada tahun 2021 yang mendeteksi pesan yang berpotensi menyinggung dan meminta pengirim untuk mempertimbangkan kembali sebelum mengirim dan bertanya kepada penerima apakah mereka ingin melaporkan pesan tersebut. Perusahaan ini juga sedang menguji alat bertenaga AI untuk Tinder yang akan membantu pengguna memilih foto terbaik mereka dan fitur yang menjelaskan mengapa pengguna lain mungkin cocok.

Baca Juga: AI di Dunia Pendidikan: Solusi atau Ancaman untuk Mahasiswa Berpikir Kritis?

Perjalanan cinta di era AI memang menawarkan kemudahan dan efisiensi yang belum pernah ada sebelumnya. Namun, kita perlu ingat bahwa cinta adalah sesuatu yang kompleks dan tidak bisa sepenuhnya dijelaskan oleh algoritma. Teknologi memang bisa membantu kita menemukan calon pasangan, tapi chemistry, koneksi emosional, dan komitmen tetap menjadi kunci keberhasilan dalam sebuah hubungan. Bagaimana menurutmu, apakah percintaan di era AI ini jadi lebih seru, atau malah terasa palsu?

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI