Community
Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi
Dunia transportasi dulunya identik dengan laki-laki, kini emakin banyak perempuan yang kini berani mengambil peran sebagai pengemudi profesional.
Vania Rossa

Dewiku.com - Hari Kartini bukan hanya tentang mengenang perjuangan seorang perempuan hebat di masa lampau. Lebih dari itu, semangat Kartini terus hidup dan menjelma dalam banyak sosok perempuan masa kini—termasuk mereka yang mengemudi kendaraan umum di tengah hiruk pikuk kota. Ya, mereka adalah Kartini modern di balik kemudi, wujud nyata dari kesetaraan dan pemberdayaan perempuan di sektor transportasi.
Dulu Terbatas, Kini Bebas Bergerak
Baca Juga
Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women
Kapan Nikah? Nggak Perlu Baper, Ini Cara Elegan Hadapi Pertanyaan Sensitif
Tips Psikologis Jalani Idulfitri Lebih Tenang dan Bermakna
Tren Work-Life Balance di Kalangan Cewek Karier, Emang Bisa?
Disukai Gen Z, Nastar Dinobatkan Jadi Kue Kering Lebaran Favorit Tahun 2025
Dunia transportasi dulunya identik dengan laki-laki. Mengemudi kendaraan umum, menyusuri jalanan, berhadapan dengan tantangan cuaca, kemacetan, dan risiko lainnya dianggap sebagai medan berat yang “tidak cocok” bagi perempuan. Tapi anggapan itu kini perlahan sirna.
Semakin banyak perempuan yang kini berani mengambil peran sebagai pengemudi profesional, salah satunya Lilly Mulawato (54), pengemudi taksi yang telah bergabung dengan Bluebird selama lebih dari 12 tahun.
Sebelumnya, ia sempat merasa dunia kerja kantoran bukan tempat yang cocok. Bahkan pernah tercetus darinya, ‘Kalau Bluebird buka lowongan pengemudi wanita, saya mau daftar.’
Ternyata suatu hari, pas sedang membantu suami di usaha cuci mobil, ada pelanggan Bluebird yang menawarinya kerja. Karena sang suami tidak bisa menyetir, akhirnya pekerjaan tersebut ia ambil.
"Saya baru tahu kalau perempuan juga bisa jadi pengemudi di Bluebird,” ceritanya.
Lilly mengaku menikmati profesi yang membawanya bertemu banyak orang baru dan memberinya kebebasan waktu. Salah satu pengalaman yang paling ia kenang adalah terpilih menjadi perwakilan pengemudi dalam sebuah acara resmi dan bertemu langsung dengan menteri.
Selain itu, profesi ini juga membuka jalan bagi masa depan anaknya. “Anak saya dapat Beasiswa Bluebird Peduli sejak SMK hingga kuliah sekarang ini. Itu yang bikin saya merasa pilihan ini tidak salah,” tambahnya.
Sementara itu, ada pula Anne Mary (43) yang memulai perjalanannya sebagai pengemudi Bluebird setelah lebih dari 20 tahun menjalani peran sebagai ibu rumah tangga.
Keputusan untuk kembali bekerja bukan hal yang mudah, terlebih dengan tantangan menjalani profesi baru di usia yang tidak lagi muda.
“Sudah lama saya nggak kerja, jadi ada rasa takut sendiri. Bukan karena nggak bisa, tapi lebih ke ‘masih sanggup nggak ya?’ Apalagi jadi pengemudi, itu sesuatu yang benar-benar baru buat saya,” kenangnya.
Namun, dengan semangat dan dukungan dari lingkungan sekitar, Anne perlahan menemukan ritmenya. Ia merasa terbantu dengan pelatihan serta kebiasaan saling membantu di lapangan antar sesama pengemudi.
“Yang bikin saya bertahan itu juga karena saling bantu antar sesama pengemudi. Kita saling kasih info, misalnya area mana yang ramai. Itu sangat membantu, apalagi buat saya yang baru,” tambahnya.
Kini, Anne bersyukur bisa kembali produktif sekaligus mendukung pendidikan putranya yang sedang menempuh kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri unggulan di Yogyakarta lewat program Beasiswa Bluebird Peduli.
Sebagai perusahaan transportasi yang menjunjung tinggi nilai kesetaraan, Bluebird secara konsisten memberikan ruang bagi perempuan untuk berperan aktif, termasuk di profesi yang kerap dianggap maskulin seperti pengemudi.
Hingga saat ini, Bluebird telah memiliki lebih dari 280 pengemudi wanita yang bertugas di layanan Bluebird, Silverbird, hingga Goldenbird. Dan dalam tiga tahun terakhir, jumlah pengemudi wanita tumbuh hampir 2,5X, mencerminkan meningkatnya keterlibatan aktif perempuan dalam profesi ini.
Perempuan sendiri memang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan Bluebird, yang didirikan oleh sosok ibu tangguh, Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono yang menanamkan nilai peduli, integritas, pelayanan prima, dan pola pikir berkembang.
Semangat tersebut pun terus hidup lewat pemimpin wanita, seperti Noni Purnomo, CEO Bluebird 2019–2021 dan pendiri Bluebird Peduli; Irawaty Salim, CFO Bluebird; hingga GM Operasional di beberapa pool yang mengelola seluruh aktivitas harian, termasuk pengemudi, bengkel, dan administrasi.
“Inklusivitas terhadap perempuan adalah bagian dari identitas Bluebird. Kami terus mendorong lebih banyak perempuan untuk berkembang dan menjadi inspirasi, baik di balik kemudi maupun di seluruh lini perusahaan,” ungkap Adrianto (Andre) Djokosoetono, Direktur Utama PT Blue Bird Tbk.
Kesempatan menjadi pengemudi wanita mulai dibuka pada 2010, sebagai wujud komitmen Bluebird terhadap kesetaraan. Kini, Srikandi Bluebird hadir di seluruh Indonesia, termasuk Jadetabek, Surabaya, Bali, Palembang, dan kota besar lainnya.
Menariknya, pengemudi wanita Bluebird datang dari rentang usia 24 hingga 60 tahun, dengan proporsi yang hampir seimbang antara kelompok usia 29–44 tahun dan 45 tahun ke atas. Sekitar 5% lainnya berasal dari generasi muda, dengan usia termuda saat ini 24 tahun.
“Kami percaya bahwa perempuan memiliki kontribusi besar dalam membangun kualitas layanan transportasi. Kehadiran pengemudi wanita di Bluebird menjadi bukti bahwa profesionalisme dan kualitas layanan tidak ditentukan oleh gender, melainkan oleh komitmen dan integritas,” tutup Andre.
Dengan dedikasi dan kehadiran para Srikandi Bluebird, semangat Kartini tidak hanya dirayakan, tapi dijalani setiap hari – di balik kemudi, di jalanan, dan dalam setiap perjalanan pelanggan.