Apa Itu Toxic Positivity? Jangan Remehkan Dampak Buruknya

Bersikap positif dalam berbagai situasi memang bukan hal yang salah. Namun, jika berlebihan, hal itu malah bisa menjadi toxic positivity.

By: Rima Sekarani Imamun Nissa icon Jumat, 15 September 2023 icon 11:15 WIB
Apa Itu Toxic Positivity? Jangan Remehkan Dampak Buruknya

Ilustrasi perempuan mengenakan jaket denim (Pixabay/StockSnap)

Berpikir dan bersikap positif memang bagus, tapi sebaiknya tetap tidak berlebihan. Pasalnya, hal tersebut bisa saja malah menjadi toxic positivity.

Apa itu toxic positivity? Toxic positivity adalah istilah yang merujuk pada pemberian afirmasi positif secara berlebihan sehingga seringkali justru merugikan diri sendiri atau orang lain.

Kalimat-kalimat seperti "Sudah, relakan saja", "Coba pikirkan dampak bagusnya", "Yuk, coba terus. Jangan menyerah!" mungkin terdengar sebagai penyemangat. Namun, jika kamu terus seperti itu saat terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan, justru rawan memicu masalah kesehatan mental.

Baca Juga: Inilah Kenapa Warna Merah Bisa Bikin Kamu Makin Percaya Diri

Melansir Medical News Today, sebuah studi yang dirilis oleh Sage Journals tahun 2018 menunjukkan bahwa seorang mahasiswa yang suka terus-menerus memberikan afirmasi positif pada dirinya, dapat mengurangi keinginan untuk bunuh diri.

Namun, data yang sama juga menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor eksternal seperti dukungan sosial dan efikasi diri, yang kemudian membentuk keinginan negatif itu.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa toxic positivity bukan satu-satunya solusi untuk menyelesaikan masalah. Toxic positivity malah berpotensi membungkam emosi dan menghalangi seseorang mendapat dukungan sosial.

Baca Juga: Harus Tahu, 4 Bahaya Kebiasaan Menyilangkan Kaki

Contoh Toxic Positivity

  • Berkata pada seseorang yang baru saja terkena bencana bahwa segala sesuatu terjadi karena alasan tertentu
  • Memaksa seseorang untuk selalu berpikir saat mengalami kehilangan
  • Meminta seseorang secepatnya melupakan kesedihan dan fokus pada hal-hal baik di hidupnya saja
  • Mendesak seseorang untuk berkembang tanpa peduli dengan kesulitan apa yang mungkin sedang dihadapi.
  • Menyepelekan kecemasan seseorang dengan berkata, "Oh, itu masih tidak seberapa."

Seseorang yang punya pandangan positif dalam menjalani hidup tentu tidak berbahaya. Namun, jika berpikir bahwa dia harus selalu memiliki sisi positif, itu justru dikhawatirkan bisa mengakibatkan masalah kesehatan mental karena mengabaikan emosi lain di dalam dirinya.

Dampak Buruk Toxic Positivity

1. Mengabaikan permasalahan

Sebuah studi yang dirilis University of East London pada 2020 lalu menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tak akan menyadari seberapa parah perilaku kasar pasangannya. Ini terjadi karena harapan yang diberikan dan optimisme yang masih disimpan korban.

2. Meremehkan kehilangan

Kesedihan atas kehilangan adalah hal normal. Jangan memaksa seseorang segera bangkit dan kembali terlihat baik-baik saja saat dia merasa terpuruk.

Seseorang yang berulang kali mendengar pesan untuk merelakan atau tetap bahagia saat sedang kehilangan keluarganya, mungkin menganggap bahwa keluarga mereka tidak penting untuk orang lain, sehingga malah semakin sedih karenanya.

3. Masalah komunikasi

Baca Juga: Bahaya Menahan Kentut yang Perlu Kamu Tahu

Toxic positivity mungkin mendorong seseorang untuk mengabaikan tantangan dan cuma fokus pada hal-hal yang baik. Pada akhirnya, ini bisa membuat mereka mengabaikan permasalahan hingga tak punya kemampuan untuk menyelesaikannya.

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI