Orang Obesitas Tak Perlu Konsumsi Gula? Ini Kata Ahli Bedah Bariatrik

Mengapa orang dengan obesitas tak butuh konsumsi gula?

By: Rima Sekarani Imamun Nissa icon Rabu, 13 Maret 2024 icon 10:45 WIB
Orang Obesitas Tak Perlu Konsumsi Gula? Ini Kata Ahli Bedah Bariatrik

Ilustrasi perempuan obesitas. (Shutterstock)

Orang dengan kondisi obesitas tidak butuh asupan gula dalam pola makan sehari-hari. Dengan begitu, cadangan lemak di tubuhnya dapat diproses menjadi gula sebagai sumber energi.

Hal tersebut diungkapkan Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Digestif, Dr.dr.Peter Ian Limas, Sp.B-kbd. Ahli bedah bariatrik ini mengatakan, berdasarkan pengalaman hasil tes urin pasien obesitas yang ditanganinya, banyak ditemukan keton atau zat hasil akhir dari metabolit lemak.

"Pasien-pasien saya kalau diperiksa kencingnya banyak benda atau zat ketonnya namanya, kayak diet keton kalau dicek urinnya banyak benda keton, benda keton itu kan benda atau zat dari pemecahan lipid," ungkapnya, dilansir dari Suara.com.

Baca Juga: Benarkah Gula Jagung Lebih Sehat? Begini Penjelasan Ahli

Itulah mengapa dr.Peter berpendapat, tidak masalah jika pasien obesitas tidak mengonsumsi gula, termasuk karbohidrat sederhana.

Walau begitu, pasien obesitas tidak perlu khawatir lemas atau sakit akibat tidak mendapat asupan gula. Ini karena otomatis tubuh akan berusaha mengatasinya dengan mempercepat metabolisme penggunaan cadangan lemak tubuh sebagai sumber energi.

Ilustrasi gula pasir (Pixabay/Bruno)
Ilustrasi gula pasir (Pixabay/Bruno)

"No problem, jadi lemak dipecah dengan proses glikogenesis menjadi gula, jadi nggak perlu gula banyak di tubuh kita. Lemak dijadikan gula, gulanya dibakar sebagai energi," ujar dokter yang berpraktik di RS Sumber Waras itu.

Baca Juga: Konsumsi Gula Berlebihan Bisa Picu Kemandulan, Ini Kata Dokter

Bahkan alih-alih konsumsi sumber makanan yang mudah dipecah menjadi gula, dokter yang kerap mengombinasi tindakan bedah bariatrik dengan program Allurion Gastric Balloon itu lebih menyarankan pasien obesitas cuma konsumsi protein dan serat.

"Apalagi (jatah) makanan tinggal sedikit, makanan itu harus diisi yang dibutuhkan tubuh. Kita harus makan protein, protein, protein dan diharapkan menjadi pemakan protein dan serat, dengan sangat sedikit karbo," ungkapnya.

Bedah bariatrik merupakan prosedur untuk membantu pasien terhindar dari penyakit komplikasi akibat obesitas dan penyakit metabolik lainnya dengan penurunan berat badan. Tindakan ini umumnya dikenal dengan operasi potong lambung sehingga membuat ukuran lambung jadi lebih kecil.

Program Allurion balon lambung atau gastric balloon adalah prosedur penurunan berat badan dengan memasang balon ke dalam organ lambung. Prosedur ini tidak butuh tindakan operasi, tapi cukup mengonsumsi pil yang nantinya mengembang menjadi balon silikon di dalam lambung berisi udara yang aman. Dalam waktu 4 bulan, akan luruh bersama dengan feses atau sisa makanan.

Bariatrik dan balon lambung sama-sama ampuh untuk mengontrol nafsu makan. Makan sedikit sudah mengenyangkan karena kapasitas lambung jadi lebih kecil.

Sementara itu, President Direktur PT Regenesis Indonesia Program Allurion dengan Ballon Gastric, Ir Emmy Noviawati mengingatkan penggunaan gastric balloon tetap perlu membutuhkan perubahan gaya hidup sehat. Bahkan sebelum tindakan medis tersebut, tubuh mesti mempersiapkan diri melakukan gaya hidup sehat supaya berat badan terkontrol dan tak kembali menjadi obesitas.

"Jadi program ini bukan hanya bantu output bagus tapi secara kesehatan atau awareness untuk hidup lebih sehat, bukan hanya look good (penampilan bagus) tapi juga feel good (perasaan lebih baik dan dan sehat)" paparnya.

Dokter Peter pun menegaskan, perubahan gaya hidup harus jadi tujuan utama agar tidak terjadi diet yoyo, yakni penurunan berat badan, tetapi lalu berat badan kembali dengan bobot yang lebih besar.

Baca Juga: Ketahui 6 Tanda Tubuh Kelebihan Gula, Begini Cara Mencegahnya

"Lifestyle change itu yang dituju, itu kalau tidak ada yoyo lagi. Kalau tidak olahraga, turun 7 kilogram malah naiknya 12 kilogram. Kalau ini turun nya bagus pelan-pelan, naiknya mudah-mudahan tidak banyak, dan lifestyle change terjadi," tandas sang dokter.

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI