Ragam
Balik Tren FOMO Jadi JOMO: Menikmati Hidup Tanpa Takut Ketinggalan Tren
Konsep JOMO mengajarkan kita untuk menikmati hidup tanpa merasa bersalah atau cemas karena tidak selalu mengikuti apa yang sedang ramai dibicarakan.
Risna Halidi

Dewiku.com - Di era digital seperti sekarang, kita sering merasa harus selalu update dengan tren terbaru, menghadiri berbagai acara, atau sekadar tetap aktif di media sosial. Kalau tidak, rasanya seperti ketinggalan zaman.
Perasaan ini dikenal sebagai FOMO atau Fear of Missing Out, yang berarti ketakutan akan kehilangan momen penting atau tertinggal dari orang lain.
Tapi, pernahkah kamu merasa lebih tenang saat memilih melewatkan sesuatu dan menikmati waktumu sendiri? Nah, itulah yang disebut JOMO, Joy of Missing Out, kebalikan dari FOMO.
Konsep ini mengajarkan kita untuk menikmati hidup tanpa merasa bersalah atau cemas karena tidak selalu mengikuti apa yang sedang ramai dibicarakan.
JOMO: Kebahagiaan dalam Ketidakhadiran
Menurut Psychology Today, JOMO adalah seni menikmati waktu sendiri, tanpa tekanan sosial untuk selalu hadir di setiap acara atau aktif di media sosial.
Konsep ini bukan berarti jadi antisosial, tapi memilih apa yang benar-benar membuat kita bahagia, bukan sekadar mengikuti arus.
Alih-alih menghabiskan waktu berjam-jam scrolling media sosial dan merasa iri melihat kehidupan orang lain, kamu justru memilih bersantai dengan membaca buku, memasak makanan favorit, atau sekadar menikmati secangkir teh tanpa gangguan notifikasi. Rasanya lebih damai, bukan?
Kenapa Kita Perlu JOMO?
Terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain di media sosial bisa membuat kita merasa kurang bahagia. Kita jadi sibuk mengejar validasi dari "likes" dan komentar, padahal kebahagiaan sejati datang dari pengalaman nyata, bukan dari angka di media sosial.
Studi juga menunjukkan bahwa terlalu banyak terpapar media sosial bisa meningkatkan stres dan kecemasan. Itu sebabnya, JOMO bisa menjadi solusi untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia.
Cara Menerapkan JOMO dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Prioritaskan Waktu untuk Hal yang Bermakna
Daripada menghabiskan waktu scrolling tanpa tujuan, coba jadwalkan hal-hal yang benar-benar penting untukmu. Misalnya, olahraga, berkumpul dengan keluarga, menulis jurnal, atau belajar hal baru.
2. Kurangi Paparan Media Sosial
Jika media sosial sering membuatmu merasa tidak cukup baik atau selalu tertinggal, coba batasi penggunaannya. Unfollow akun yang bikin insecure, atur waktu khusus untuk membuka media sosial, atau bahkan coba detoks digital selama beberapa hari.
3. Berani Mengatakan "Tidak"
Kamu tidak harus selalu berkata "iya" untuk setiap undangan atau ajakan. Jika merasa lelah atau tidak tertarik, tidak ada salahnya menolak dengan sopan. Menjaga kesehatan mental lebih penting daripada memenuhi ekspektasi orang lain.
4. Nikmati Kehidupan Nyata
JOMO mengajarkan kita untuk lebih menikmati momen yang sedang berlangsung. Daripada sibuk mengabadikan momen untuk media sosial, coba benar-benar hadir dalam setiap kejadian. Nikmati percakapan dengan teman, hirup udara segar saat jalan-jalan, atau rasakan hangatnya matahari di pagi hari.
5. Hidup Lebih Lambat dan Sadar
Tidak perlu selalu terburu-buru. Luangkan waktu untuk menikmati hal-hal kecil dalam hidup. Misalnya, menikmati secangkir kopi tanpa tergesa-gesa, mendengarkan musik favorit, atau sekadar duduk diam dan menikmati keheningan.
Apakah JOMO Lebih Baik dari Fomo?
JOMO bukan berarti mengisolasi diri dari dunia luar, tapi memilih apa yang benar-benar membuat kita bahagia tanpa tekanan sosial. Kebahagiaan sejati bukan soal seberapa banyak hal yang kita lakukan, tapi bagaimana kita menikmati setiap momen yang kita pilih.
Jadi, yuk mulai praktikkan JOMO! Biarkan dunia berjalan dengan kecepatan mereka, sementara kamu menikmati hidup dengan caramu sendiri.
Penulis: Nurul Lutfia Maryadi
- TAGS:
- # jomo
- # fomo
- # tren
- # media sosial