Ragam

Ashanty Tutup 15 Gerai Toko Kue: Kapan Saatnya Pengusaha Harus Mengakhiri Bisnis?

Ashanty menutup 15 gerai toko kuenya karena masalah internal. Simak kapan dan bagaimana pengusaha harus memutuskan untuk mengakhiri bisnis demi masa depan yang lebih baik.

Vania Rossa | Estika Kusumaningtyas

Ashanty (Instagram/ashanty_ash)
Ashanty (Instagram/ashanty_ash)

Dewiku.com - Kabar mengejutkan datang dari Ashanty yang memutuskan menutup toko kue miliknya, Lumiere, setelah lima tahun berjalan. Keputusan ini pun disampaikan dengan emosional di hadapan karyawan-karyawannya.

Ashanty resmi menutup 15 gerai Lumiere pada 31 Juli 2025 sebagai imbas dari perbedaan visi dengan rekan bisnis terkait kualitas produk. Namun, tampaknya Ashanty nggak ingin berbicara terlalu detail dan hanya menyampaikan kalau ini keputusan yang dianggap terbaik.

“Memutuskan hal ini nggak mudah, aku sama Mas Anang yakin ini jalan keluar yang terbaik,” jelas Ashanty singkat terkait keputusan menutup Lumiere.

Beberapa karyawan yang berjuang sejak Lumiere berdiri pada 2020 lalu juga menuturkan kenyamanan bekerja bersama Ashanty. Bukan hanya kondisi kebutuhan kerja di era pandemi, tapi juga kecintaan pada Lumiere yang membuat mereka bertahan.

Meski keputusan ini berdampak pada 200 karyawan Lumiere, tapi disebutkan juga kalau 50 karyawan di antaranya telah direkrut kembali untuk ditempatkan di usaha kuliner baru milik Ashanty.

Kapan Pengusaha Harus Memutuskan Menutup Bisnisnya?

Berkaca dari kondisi Lumiere yang akhirnya tutup, pelaku bisnis memang harus tahu kapan membuat pertimbangan untuk menutup bisnis. Berikut beberapa faktor umum yang wajib dipertimbangkan.

1. Terjadi Masalah Internal

Sama seperti yang terjadi di Lumiere, masalah internal sering kali menjadi pemicu utama dari keputusan penutupan bisnis. Bukan nggak mungkin kalau internal manajemen mengalami perbedaan pendapat yang sulit diselesaikan.

Konflik yang semakin memanas akan jadi alasan kuat menghentikan usaha. Terlebih saat nilai bisnis nggak lagi sejalan dengan visi pemilik, mengakhiri bisnis akan dianggap lebih baik daripada terus berjalan tanpa integritas.

2. Minim Ruang Inovasi

Sudah jadi rahasia umum kalau sebuah bisnis membutuhkan inovasi agar terus bisa menarik minat konsumen. Saat produk kehilangan nilai dan nggak ada ruang inovasi atau ide bisnis mulai keluar jalur, mungkin ini saatnya mundur.

Bisa dibilang masalah ini berkaitan dengan idealisme yang dipaksa tumbang hingga passion awal bisnis dan tujuan inti mulai berubah arah. Pelaku bisnis yang terbatasi kondisi ini kemungkinan besar berpikir untuk berhenti.

3. Beban terhadap Owner

Kalau bisnis yang dijalankan malah membebani owner secara psikologis, mungkin inilah saatnya untuk menutup usaha. Bisa jadi ada beban moral pada staf atau malah pihak manajemen yang menyulitkan pemilik usaha.

Pada akhirnya karyawan yang merupakan pihak ketergantungan dalam bisnis ini juga merasa kecewa dengan keputusan manajemen. Kondisi ini jadi sinyal kalau bisnis ini mulai nggak sehat dan membebani hingga keputusan tutup layak dipertimbangkan.

4. Evaluasi Potensi Risiko

Teori manajemen menyebut saat potensi risiko sudah lebih besar daripada peluang artinya bisnis sudah sampai di “titik tutup usaha”. Saat melanjutkan bisnis hanya akan menurunkan nilai jangka panjang, pengusaha perlu memberanikan diri menutup usahanya.

Bertahan hanya demi menghidupi karyawan juga nggak selamanya positif. Meski berat, tapi keputusan menutup bisnis mungkin akan jadi pertimbangan yang terbaik.

5. Transformasi Pasar

Pada dasarnya, bisnis itu dinamis, begitu juga dengan pasar. Ada kemungkinan pasar mengalami transformasi yang sulit diikuti karena kebutuhan konsumen yang sudah nggak bisa diadaptasi lagi.

Menuruti pasar juga nggak selamanya baik, terlebih saat biaya produksi sudah nggak realistis dan merugikan owner. Pilihannya hanya dua, bertahan dengan idealisme sendiri tapi sepi pembeli atau mengikuti perubahan tapi kesulitan sendiri.

Saat kemandirian pemilik usaha dalam membuat keputusan sudah dilandasi objektivitas dan pertimbangan matang, membuat keputusan untuk menutup bisnis bisa dilakukan tanpa tekanan emosional lagi.

 

Berita Terkait

Berita Terkini