Ragam

Asik Traveling, Lupa Saving: Fenomena Middle Class Rajin Jalan-jalan, Lupa Rencana Hari Tua

Banyak middle class Indonesia rajin menabung untuk traveling, tapi lupa rencana pensiun. Kenali risikonya dan cara menyeimbangkan liburan dengan masa depan finansial.

Vania Rossa

Ilustrasi jalan-jalan. (Freepik)
Ilustrasi jalan-jalan. (Freepik)

Dewiku.com - Bagi banyak keluarga kelas menengah di Indonesia, kata “menabung” sering berarti mempersiapkan liburan, bukan masa pensiun. Data Booking.com & YouGov (2019) mencatat, 62% masyarakat kelas menengah menjadikan liburan sebagai tujuan utama tabungan mereka. Sebaliknya, hanya 27% yang secara khusus menyisihkan uang untuk hari tua.

Fenomena ini menggambarkan bagaimana pengalaman jalan-jalan dianggap lebih berharga dan nyata dibanding membayangkan hidup di usia senja yang terasa masih jauh. Album foto liburan penuh senyum sering kali menjadi simbol keberhasilan gaya hidup, meski rekening tabungan masa pensiun nyaris tak tersentuh.

Kenapa Kelas Menengah Lebih Pilih Liburan?

Ada beberapa alasan kenapa kelas menengah lebih semangat nabung buat jalan-jalan ketimbang investasi jangka panjang:

1. Reward Cepat, Kepuasan Instan

Liburan memberi kebahagiaan yang langsung terasa. Menurut penelitian Journal of Happiness Studies (2020), pengalaman seperti traveling cenderung memberi memori positif yang bertahan lama.

2. Tekanan Media Sosial

Instagram dan TikTok menjadikan liburan sebagai konten prestise. Foto di destinasi populer bisa jadi “mata uang sosial” yang meningkatkan gengsi di lingkaran pertemanan.

3. Pensiun Terasa Jauh

Usia pensiun sering dianggap masalah “nanti saja”. Data OJK (2022) menunjukkan, 70% pekerja di Indonesia belum memiliki rencana keuangan yang jelas untuk masa tua.

Risiko Finansial yang Mengintai

Paradoksnya, fokus pada kebahagiaan jangka pendek bisa membuat kelas menengah berada di jalur rawan finansial. Saat masa produktif berakhir, mereka mungkin punya tumpukan foto liburan, tapi tabungan hari tua minim.
Kondisi ini diperparah dengan minimnya perlindungan finansial seperti dana darurat atau asuransi kesehatan yang memadai. Saat pendapatan berhenti, biaya hidup, kesehatan, dan inflasi bisa jadi beban besar.

Bank Dunia (2023) bahkan memperingatkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan serius dalam mempersiapkan pensiun, karena tingginya proporsi pekerja informal dan rendahnya literasi keuangan.

Menikmati Liburan Tanpa Melupakan Masa Depan

Menabung untuk liburan tentu bukan hal yang salah, tapi idealnya diimbangi dengan perencanaan hari tua. Beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  • Terapkan prinsip 50-30-20: 50% untuk kebutuhan pokok, 30% untuk keinginan (termasuk liburan), 20% untuk tabungan/investasi jangka panjang.
  • Gunakan instrumen investasi pensiun seperti DPLK, reksa dana, atau obligasi pemerintah yang aman dan stabil.
  • Tetapkan target keuangan pensiun sejak dini, minimal setara 70–80% pengeluaran bulanan saat produktif.

Seperti kata pepatah, “Liburan itu penting, tapi masa tua yang tenang jauh lebih berharga.” Sebab, perjalanan hidup setelah usia kerja bisa terasa jauh lebih panjang dari perjalanan wisata mana pun.

Berita Terkait

Berita Terkini