Ragam

Terjebak di Dunia Media Sosial: Gen Z dan Tren Hidup di Atas Utang

Gen Z kerap terjebak hidup di atas utang demi tampil sempurna di media sosial. Pelajari bagaimana obsesi konten memengaruhi keuangan dan cara menikmati pengalaman nyata tanpa tekanan digital.

Vania Rossa

Gen Z dan Tren Hidup di Atas Utang. (Freepik)
Gen Z dan Tren Hidup di Atas Utang. (Freepik)

Dewiku.com - Media sosial kini bukan hanya soal berbagi momen, tapi juga membentuk ekspektasi yang tinggi bagi generasi muda. Banyak Gen Z merasa harus selalu memamerkan segala hal—mulai dari sarapan, kerjaan, rencana liburan, hingga kehidupan percintaan—di feed mereka. Tekanan ini bikin banyak anak muda jadi terdorong membeli barang atau pengalaman demi “konten” yang Instagramable.

Sebuah survei baru dari Ally Financial, “Minds on Money”, terhadap lebih dari 1000 orang dewasa di AS menemukan bahwa 40% Gen Z pernah berutang untuk belanja impulsif yang terinfluence media sosial.

Menurut Jack Howard dari Ally Bank, masalahnya bukan cuma belanja impulsif, tapi obsesi untuk menampilkan versi hidup yang ideal di sosial media. Banyak Gen Z membeli barang hanya untuk diunggah, baru kemudian menyesal karena sebenarnya tidak terlalu membutuhkannya.

Tekanan ini semakin nyata saat orang-orang membagikan pekerjaan, liburan, mobil, atau rumah baru di media sosial. Algoritma TikTok dan platform lain membuat anak muda sering merasa kurang atau ketinggalan, sehingga dorongan untuk “ikut tren” menjadi sangat kuat. Bahkan kegiatan kecil seperti brunch, olahraga, atau mampir ke toko buku bisa terasa seperti harus dipamerkan demi menjaga citra.

Parahnya, utang yang muncul bukan karena kebutuhan pokok, tapi untuk tiket konser, traveling, atau momen yang tampak keren di media sosial.

Benjamin Fields, kandidat doktor berusia 27 tahun, menekankan bahwa terlalu fokus pada dokumentasi membuat banyak Gen Z kehilangan kesempatan menikmati pengalaman secara nyata. Alih-alih benar-benar hadir di momen itu, mereka lebih sibuk mikirin konten yang akan dibagikan.

Pesan pentingnya: gunakan media sosial dengan bijak. Nikmati pengalaman hidup tanpa harus selalu terdorong dokumentasi atau membandingkan diri dengan orang lain. Karena pengalaman nyata jauh lebih berharga daripada sekadar likes atau komentar.

(Himayatul Azizah)

Berita Terkait

Berita Terkini