Ragam

Tren Kencan Shrekking: Kedengarannya Lucu, Tapi Ternyata Toxic

Shrekking lagi jadi tren kencan viral. Tapi hati-hati, praktik ini bisa bikin hubungan toxic. Kenali ciri-cirinya sebelum terjebak!

Vania Rossa

Ilustrasi Tren Kencan Shrekking. (Freepik)
Ilustrasi Tren Kencan Shrekking. (Freepik)

Dewiku.com - Setiap hari selalu saja ada istilah baru di dunia percintaan. Kali ini, yang lagi ramai di TikTok adalah tren kencan Shrekking. Istilah ini diambil dari karakter Shrek, si raksasa hijau yang jatuh cinta pada Putri Fiona. Kedengarannya manis, tapi ternyata maknanya nggak sesimpel itu.

Shrekking merujuk pada kebiasaan berkencan dengan seseorang yang dianggap “di bawah standar” dengan asumsi kalau kita lebih superior. Harapannya? Kita merasa punya kendali dalam hubungan, dan kecil kemungkinan bakal disakiti. Tapi kalau sudah menurunkan standar dan ternyata tetap disakiti, itu artinya kamu sedang jadi korban Shrekking.

Menurut Amy Chan, pelatih kencan sekaligus penulis buku Breakup Bootcamp: The Science of Rewiring Your Heart, Shrekking bisa bikin kita salah langkah. Ada orang yang sengaja menaruh penampilan di urutan terakhir, berharap daya tarik tumbuh seiring waktu. Sayangnya, ini bisa jadi bumerang—ekspektasi manis bisa berbalik jadi perlakuan yang nggak sesuai harapan.

Nggak sedikit orang di TikTok yang curhat pernah jadi korban tren ini. Mereka berharap diperlakukan baik walau pasangannya bukan tipe idaman. Eh, ujung-ujungnya malah disakiti, padahal sudah berusaha menurunkan standar.

Di sinilah Shrekking jadi toxic. Hubungan akhirnya dipandang dari kacamata siapa yang lebih “tinggi” atau “rendah”—entah dari penampilan, usia, pendapatan, atau hal-hal sepele lainnya.

Padahal menurut Emma Hathorn, pakar hubungan di Seeking.com, penampilan nggak pernah bisa menjamin karakter seseorang. Siapa pun yang memperlakukanmu buruk, seharusnya otomatis jadi nggak menarik di matamu, apapun rupanya.

Masalahnya, rasa takut “di-Shrekked” bisa bikin orang jadi enggan membuka diri dengan orang di luar tipe mereka. Ada kekhawatiran akan disakiti, padahal sebenarnya hubungan sehat nggak selalu soal standar fisik.

Kalau kamu terjebak dalam pola ini, para ahli menyarankan untuk mulai mendefinisikan ulang apa yang sebenarnya penting dalam sebuah hubungan. Amy Chan juga menambahkan, jangan terburu-buru mencari pasangan baru setelah disakiti. Lebih baik fokus dulu pada pengembangan diri dan hal-hal positif lain.

Karena pada akhirnya, ketertarikan fisik memang penting, tapi nggak boleh jadi patokan utama untuk memperlakukan seseorang. Tren Shrekking mungkin terdengar lucu karena terinspirasi film animasi, tapi di baliknya ada isu serius soal ekspektasi, harga diri, dan cara kita memandang cinta.

(Himayatul Azizah)

×
Zoomed

Berita Terkait

Berita Terkini