Ragam

Bukan Sejuk, Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik yang Berbahaya bagi Kesehatan Maupun Lingkungan

BRIN baru saja melakukan riset bahwa air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik akibat aktivitas industri dan penduduk yang tidak terkendali.

Vania Rossa

Potret Hujan di Kota Jakarta (Unsplash/Anang Ma'ruf)
Potret Hujan di Kota Jakarta (Unsplash/Anang Ma'ruf)

Dewiku.com - Di penghujung akhir tahun, belakangan ini musim hujan datang membasahi beberapa wilayah di Indonesia. Sayangnya di balik kesejukannya, turunnya hujan di Kota Jakarta ternyata mengandung mikroplastik yang dapat membahayakan kesehatan tubuh maupun lingkungan sekitar. 

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa air hujan yang berada di Jakarta mengandung partikel mikroplastik yang berbahaya. 

Salah satu Peneliti BRIN, Muhammad Reza Cordova menjelaskan jika penelitian kandungan partikel mikroplastik pada air hujan telah dilakukan sejak tahun 2022 yang ditemukan dalam setiap sampel air hujan di Jakarta. 

Melansir dari laman resmi BRIN, Reza menyampaikan jika partikel mikroplastik yang terkandung dalam air hujan di wilayah perkotaan berasal dari wilayah perkotaan.

“Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka,” jelas Reza. 

Dari riset tersebut, peneliti menemukan terdapat rata-rata 15 partikel mikroplastik/m2 per harinya pada setiap sampel hujan yang ada di kawasan pesisir Jakarta.

Mengancam Kesehatan dan Kelestarian Lingkungan

Dari penelitian yang telah dilakukan, kandungan mikroplastik, seperti poliester, nilon, polipropilena, dan polietilena tentu memiliki dampak yang besar terhadap kondisi kesehatan penduduk serta kelestarian lingkungan.

Tidak hanya itu, wujud dari mikroplastik sendiri tidak bisa dilihat oleh mata langsung. Pasalnya ukuran dan wujud mikroplastik jauh lebih kecil dan halus dibandingkan dengan partikel pada debu sekali pun. 

Aktivitas-aktivitas penduduk, seperti industri, menaiki kendaraan bermotor, membuang sampah di sembarang tempat, serta membakar sampah telah menjadi salah satu dari beberapa penyumbang residu mikroplastik di udara.

Mikroplastik yang menumpuk akan terangkat ke udara hingga ke atmosfer melalui angin, debu, ataupun asap yang ada di wilayah tersebut. Proses ini dikenal dengan nama atmospheric microplastic deposition. 

Kemudian, tumpukan partikel mikroplastik ini pun akan ikut terbawa oleh air hujan yan tentunya dapat membahayakan kesehatan serta lingkungan sekitar. Pada lingkungan, partikel mikroplastik akan mencemari lingkungan perairan, seperti laut dan danau. Alhasil, kualitas air dan ekosistem yang berada di lingkungan perairan pun akan rusak atau terancam punah. 

Sedangkan bagi tubuh, kandungan mikroplastik yang terbawa oleh air hujan dapat mengganggu kesehatan tubuh jika terhirup langsung dan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, partikel mikroplastik juga akan merusak saluran pernapasan sehingga organ tubuh pada manusia atau makhluk hidup lainnya tidak akan berfungsi dengan baik. 

Sebelumnya, Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan sempat memberikan imbauan kepada masyarakat tidak lama setelah BRIN untuk mengurangi serta tidak melakukan aktivitas di luar ruangan ketika hujan sedang turun. Ia juga mengimbau agar masyarakat menggunakan masker saat sedang beraktivitas di luar. 

Adanya kandungan mikroplastik pada air hujan di Jakarta menunjukkan jika pengelolaan sampah plastik ataupun pengaturan mengenai aktivitas yang terindikasi dapat merusak keseimbangan lingkungan masih menjadi poin penting untuk dibenahi pemerintah maupun masyarakat Indonesia sendiri. 

(Annisa Deli Indriyanti)

×
Zoomed

Berita Terkait

Berita Terkini