Hujan dan Mood Anak: Bagaimana Menikmati Aktivitas Luar Ruangan?
Beberapa hari terakhir, cuaca yang mendukung telah memungkinkan keluarga untuk menikmati aktivitas luar ruangan meski dengan keterbatasan, seperti kendaraan yang rusak.
Musim hujan yang sedang berlangsung di sebagian besar wilyah Indonesia termasuk Jakarta, tidak hanya membawa udara segar dan langit cerah, tetapi juga membuka peluang bagi keluarga untuk menikmati aktivitas luar ruangan.
Kondisi ini seharusnya menjadi momen refleksi akan pentingnya menjaga kualitas lingkungan yang lebih berkelanjutan.
Sekar Ayu, seorang ibu rumah tangga, menceritakan bagaimana keluarganya memanfaatkan musim hujan ini untuk menghabiskan waktu bersama.
Baca Juga: Konten Pornografi Anak Kian Marak, Jangan Abaikan Eksploitasi Digital!
Biasanya, mereka pergi ke tempat terbuka seperti QBig atau lapangan basket. Namun, ada faktor yang tak bisa diabaikan, yaitu kondisi anak.
“Jika anak sedang tidak mood, perjalanan bisa menjadi tidak menyenangkan,” ungkap Sekar.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas keluarga bukan hanya tentang kondisi cuaca, tetapi juga bagaimana suasana hati mempengaruhi pengalaman mereka. Namun, cuaca menjadi faktor penentu lainnya.
Baca Juga: Kasus Penyekapan Anak di Jakarta Selatan, Korban Butuh Pendampingan Psikologis
“Kalau terlalu panas atau hujan, rasanya jalan-jalan jadi kurang seru,” tambah Sekar.
Beberapa hari terakhir, cuaca yang mendukung telah memungkinkan keluarga untuk menikmati aktivitas luar ruangan meski dengan keterbatasan, seperti kendaraan yang rusak.
“Udara terasa segar dan nyaman untuk jalan-jalan. Mood sekeluarga juga jadi bagus. Meskipun mobil kami sedang rusak, kami jadi bisa tetap pergi menggunakan motor. Yang penting anak tetap nyaman dan cuacanya bersahabat,” ungkap Sekar lagi.
Fenomena udara bersih yang muncul selama musim hujan ini bukan tanpa alasan. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa curah hujan membantu meluruhkan polutan di udara.
“Tetesan hujan menarik partikel seperti debu, asap, dan gas, sehingga kualitas udara menjadi lebih baik,” paparnya.
Guswanto mengungkap hujan di Jakarta berpeluang terjadi pada siang hingga malam hari saja.
“Maka dari itu, untuk waktu terbaik menikmati cahaya matahari di Jakarta adalah saat pagi hari,” tambahnya.
Namun, kondisi ini bersifat sementara. Guswanto mengingatkan, saat musim kemarau tiba, polutan kembali terakumulasi tanpa proses peluruhan yang alami.
BMKG juga telah mengingatkan tentang risiko kesehatan yang tetap hadir selama musim hujan, seperti flu, demam berdarah, hingga infeksi kulit.
Hal ini menunjukkan bahwa kenyamanan sementara dari udara segar tidak boleh membuat kita lengah akan bahaya kesehatan.
Dengan langkah konkret, seperti mengurangi emisi polutan dan menjaga kebersihan, kita bisa menciptakan kualitas udara yang lebih baik sepanjang waktu, tidak hanya saat musim hujan berlangsung.
Baca Juga: Camilan Sehat untuk Anak, Lebih Baik Pilih Makanan Rendah Kalori
Penulis: Nurul Lutfia Maryadi
BERITA TERKAIT
Polemik Zakat untuk Makan Bergizi Gratis: Memang Dana Umat Boleh Biayai Program Pemerintah?
Kamis, 16 Januari 2025 | 17:05 WIBMengenal 'Revenge Quitting', Tren yang Diprediksi Meningkat di Tahun 2025
Kamis, 16 Januari 2025 | 11:41 WIBSoal Porsi Nasi Berlebih di Program Makan Bergizi Gratis
Kamis, 09 Januari 2025 | 19:15 WIBMau Ikutan Medical Check Up Gratis dari Pemerintah? Ini 7 Hal yang Harus Dipersiapkan
Kamis, 09 Januari 2025 | 11:51 WIBKala Pemecatan STY Bukan Cuma jadi Hari Patah Hati Laki-Laki
Kamis, 09 Januari 2025 | 09:30 WIBMedical Check-Up GRATIS untuk Perempuan! Cek Manfaatnya di Sini
Rabu, 08 Januari 2025 | 18:45 WIBBERITA TERKINI