Seksis di Dunia Komedi: Katanya Bercanda tapi Kok Tinggalkan Luka?

Lelucon, bagaimanapun bentuknya, selalu memiliki penikmat masing-masing. Buktinya ucapan lonte dari Miftah Maulana kepada Suyati atau Yati Pesek sukses disambut tawa.

By: Risna Halidi icon Selasa, 10 Desember 2024 icon 19:55 WIB
Seksis di Dunia Komedi: Katanya Bercanda tapi Kok Tinggalkan Luka?

Ilustrasi: Seksis di Kalangan Komedian Perempuan (Dewiku/Emma)

"Saya bersyukur Bude Yati jelek makanya jadi sinden, kalau cantik jadi lonte."

Ungkapan merendahkan itu keluar dari mulut seorang pemuka agama yang ditujukan untuk pelawak senior, di depan publik yang kemudian disambut tawa.

Beberapa orang menganggap itu hanya lelucon remeh temeh seorang bergelar Gus di panggung. 

Sudah biasa, toh memang begitu gayanya.

***

Komedi memang bukan tempat yang ramah untuk perempuan. Hal itu juga yang dialami oleh dua komika Tanah Air, yaitu Sakdiyah Ma'ruf dan Vivi Maharani.

Kepada Dewiku, Sakdiyah yang merupakan pelawak tunggal dan juga lulusan Universitas Gadjah Mada itu mengaku pernah mendapat komentar bernada melecehkan di ruang digital.

"Ada komentar online yang bilang bahwa pada salah satu penampilan saya di Kick Andy, baju dalam saya kelihatan, padahal pakai jilbab nutup dada dan gamis," jawab Sakdiyah, ditulis Dewiku Selasa (10/12/2024).

"Saya bilang... "pakai teknologi apa, Pak? Mungkin bisa diterapkan di dunia kedokteran?"," tambah perempuan yang akrab disapa Diyah tersebut.

Hal serupa diungkap Vivi, perempuan muda yang kini tengah meniti karir di komunitas komika Jakarta Barat.  Sebagai pelawak, baik Sakdiyah maupun Vivi mengaku kerap membalas candaan dan ejekan bernada seksis dengan humor.

Komentar tak genah yang Vivi terima, ia balas dengan teguran bernada candaan. Atau jika perlu, ia memilih untuk bersikap tak peduli saja.

"(Itu) gimana kitanya saja yang mau ambil respons untuk tersinggung atau ambil keputusan buat abaikan saja, karena kita gak bisa kontrol pandangan atau tanggapan mereka kan ya," kata Vivi lewat surel yang diterima Dewiku.

Meski dijawab dengan humor, Sakdiyah sendiri menolak hal itu disebut sebagai bentuk pembiaran atau normalisasi candaan seksis yang umum mereka terima. 

"Respons melalui humor ini tentunya bukan menormalisasi candaan seksis, atau serangan netizen, tetapi menunjukkan bahwa apapun itu, haters gak akan melemahkan semangatku," ungkapnya lebih lanjut.

***

Lelucon, bagaimanapun bentuknya, selalu memiliki penikmat masing-masing. Buktinya ucapan lonte dari Miftah Maulana kepada Suyati atau Yati Pesek sukses disambut tawa.

Bagaimana respons publik terhadap candaan seksis mungkin bisa menjadi pembahasan di lain waktu. 

Tapi keputusan mundur Miftah Maulana dari jabatan Utusan Khusus Presiden setelah video kontroversialnya viral, layak jadi kemenangan kecil masyarakat, terutama perempuan yang kerap jadi objek lelucon seksis si yang katanya pemuka agama itu.

Vokal Menyuarakan Isu Sensitif

Sebagai perempuan yang tengah merintis karir sebagai pelawak tunggal, Vivi cukup terbuka membahas soal identitasnya yang ia sebut penuh plot twist.

Perempuan kelahiran Jakarta 1999 itu datang dari keluarga keturunan Tionghoa, tapi beragama Islam sejak lahir.

"Di materi stand up atau keresahanku, biasanya membahas pengalaman yang kebanyakan di lingkungan sosial yang meliputi aku sebagai keturunan Chinese tapi beragama Islam sejak lahir, sedangkan di lingkunganku banyak yang Muslim," kata Vivi.

Meski mengaku masih dalam tahap belajar dan mencari jati diri, Vivi berharap kelak ia akan cukup lantang membahas isu sosial atau isu politik atau isu pinggir jurang sekalipun. Dan andai menerima komentar bernada seksis dari penonton atau sesama komika, Vivi mengaku akan menegur secara langsung.

"Paling dibalikin dengan teguran tapi nadanya bercanda supaya sama-sama bisa diketawain, meskipun kalau diambil secara personal, memang menyinggung sih. Tapi aku secara personal menyikapinya gitu andai terjadi di ruang publik," pungkas Vivi.

Di sisi lain, Sakdiyah Ma'ruf yang pernah masuk dalam daftar BBC 100 Women pada 2018 itu dikenal sebagai salah satu komika yang rajin menyuarakan berbagai isu menantang seperti ekstremisme yang dibalut agama, hingga isu kekerasan terhadap perempuan.

Dibesarkan di lingkungan yang cukup konservatif dan masih 'meminggirkan' perempuan melalui praktik perkawinan anak atau kekerasan terhadap perempuan, membuat Sakdiyah berpikir bagaimana caranya membicarakan itu semua.

"Jadi (saya) mikir gimana caranya ngobrolin, mendialogkan dengan cara yang lebih efektif, pesannya dapat, bisa lebih diterima, dan gak saling menyalahkan," jelas Sakdiyah kepada Dewiku.

Salah satu kebiasaan Sakdiyah adalah membiasakan diri untuk menulis setiap detail materi kata per kata sebelum dipentaskan. Hal ini dilakukan agar apa yang ia sampaikan, bisa ia pertanggung jawabkan.

Pernah suatu ketika, kenang Sakdiyah, ia ditelpon oleh seseorang yang mengaku sebagai pengacara dan memintanya untuk tidak memberikan materi komedi tentang isu tertentu lagi. 

"Alhamdulillah. Saya berhasil berkomunikasi dengan baik, dan menyampaikan argumentasi saya atas materi yang saya bawakan," tambahnya.

Di komunitas, Sakdiyah selalu memberikan perhatian khusus terhadap materi yang akan disampaikan di depan publik. Ia ingin agar materi yang disampaikan oleh rekan sesama komika perempuan tidak mengolok-olok kelompok rentan.

"Kalau nyenggol kebijakan atau kekuasaan, asal statement bisa dipertanggungjawabkan, ya kita lanjutkan," tambah perempuan yang memiliki 10.1 ribu pengikut di media sosial Instagram tersebut.

Salah satu pesan Sakdiyah kepada rekan sesama komika adalah: tidak asal melontarkan dark jokes. Baginya, melontarkan lelucon pinggir jurang hanya karena ingin dianggap asik dan keren, bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.

"Semuanya harus riset dan dapat mempertanggungjawabkan setiap kata. Kalau udah riset dan bisa dipertanggungjawabkan, lanjutkan," kata Sakdiyah lagi.

Lalu, apa pesan Sakdiyah untuk masyarakat agar tidak terjebak dalam lelucon seksis yang berpotensi menyakiti hati perempuan?

Satu yang paling mudah dan ia rasa semua orang mudah lakukan adalah: tidak ikut tertawa!

"Jangan menertawakan komentar seksis atau humor seksis seberapapun tertekannya situasi kamu. Bahasa gampangnya selemah-lemah iman adalah tidak tertawa."

Jika ingin lebih berani dan andai kondisi memungkinkan, Sakdiyah menyarankan kita semua untuk berani speak up atau sekadar mengingatkan.

"Membalasnya dengan humor atau satir atau sarkasme dapat membalikkan narasi seksis tersebut," pungkas Sakdiyah.

***

Artikel ini merupakan kolaborasi liputan bersama Women's Media Collabs, didukung oleh IMS - International Media Support dan European Union. 

Penulis: Ratu Humaira Nugraha, Risna Halidi

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI