Trending
Tragedi Rinjani dan Juliana Marins: Batas Tantangan dan Bahaya yang Wajib Dikenali Perempuan Pendaki
Belajar dari tragedi di Rinjani, artikel ini bahas batas aman petualangan dan persiapan wajib buat cewek yang suka mendaki. Jangan sampai kamu salah langkah!
Vania Rossa

Dewiku.com - Dunia pendakian gunung memang punya daya tarik tersendiri, apalagi buat para perempuan pendaki yang suka tantangan. Pemandangan indah di puncak, kepuasan menaklukkan ketinggian, sampai pengalaman seru bareng teman-teman.
Tapi, di balik semua keindahan itu, ada risiko yang nggak boleh disepelekan. Tragedi yang menimpa pendaki perempuan asal Brasil, Juliana Marins (26), di Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025) lalu, jadi pengingat betapa krusialnya keselamatan.
Baca Juga
Cewek Nggak Wajib Menikah Umur 30! Ini Kata Yuki Kato yang Bisa Jadi Pegangan Hati Kamu
Dibilang Hebat, Tapi Malah Nolak? Itu Bukan Rendah Hati, Tapi Imposter Syndrome
Film dan Series Netflix yang Bikin Cewek Mikir, Nangis, Terinspirasi: Pokoknya Harus Nonton!
Solo Dating: Tren Baru Cewek Kota Jalan Sendiri ke Kafe, Bioskop, dan Staycation, Berani Coba?
3 Zodiak ini Paling Langganan Galau Kena Plot Twist Cinta
Healing Sendirian vs Girls Trip: Kamu Tim Liburan yang Mana Buat Recharge Diri?
Setelah pencarian intensif, tubuh Juliana ditemukan di kedalaman 400 meter. Insiden memilukan ini bukan cuma kabar duka, tapi juga pelajaran berharga buat setiap perempuan yang punya jiwa petualang.
Kapan sih kita tahu kalau yang kita lakukan itu tantangan sehat atau justru bahaya yang mengintai?
Insiden Juliana Marins
Sabtu (21/6/2025), Juliana Marins dilaporkan terjatuh ke arah Danau Segara Anak, tepatnya di sekitar kawasan Cemara Nunggal, salah satu area yang dikenal memiliki jalur terjal dan curam.
Setelah laporan kejadian diterima, Tim SAR gabungan langsung bergerak cepat. Pada Selasa (24/6) pukul 18.00 WITA, salah satu anggota tim berhasil mencapai posisi korban yang berada di kedalaman sekitar 600 meter dari permukaan.
Sayangnya, saat diperiksa, tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan pada tubuh korban, sebagaimana disampaikan secara resmi oleh Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii.
Beberapa menit setelah anggota pertama menjangkau tubuh Juliana, tiga anggota SAR lainnya ikut turun untuk memastikan kondisi korban.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan konfirmasi tim, Juliana Marins dinyatakan meninggal dunia.
Proses selanjutnya adalah "wrapping survivor" atau membungkus tubuh korban secara layak dan aman sesuai prosedur SAR.
Karena cuaca yang tidak memungkinkan, pada pukul 19.00 WITA, diputuskan bahwa evakuasi fisik korban baru akan dilakukan keesokan harinya, Rabu (25/6) pagi, menggunakan metode lifting.
Setelah berhasil diangkat, jenazah Juliana akan ditandu menuruni jalur pendakian menuju Posko Sembalun, dan dari sana langsung diterbangkan menggunakan helikopter ke RS Bhayangkara Polda NTB untuk proses lanjutan.
Tantangan Fisik untuk Para Pendaki Perempuan
Belajar dari insiden yang menimpa Juliana Marins, untuk kamu para perempuan hebat yang mencintai alam dan petualangan, penting banget memahami perbedaan antara tantangan yang bisa ditaklukkan dan bahaya yang sebaiknya dihindari.
Berikut ini adalah beberapa tantangan fisik saat mendaki, serta hal-hal penting lainnya yang perlu kamu waspadai agar kamu tetap kuat, aman, dan sadar akan batas tubuh sendiri.
1. Altitude Sickness alias Mabuk Ketinggian
Semakin tinggi kamu naik, semakin tipis kadar oksigen di udara. Ini bisa memicu kondisi yang dikenal sebagai altitude sickness, atau mabuk ketinggian.
Gejalanya mulai dari pusing, mual, lelah luar biasa, hingga yang parah seperti pembengkakan paru-paru (HAPE) atau otak (HACE). Jadi, kalau kamu merasa aneh di ketinggian, jangan dipaksa terus mendaki ya.
2. Cuaca Ekstrem
Gunung itu unpredictable, terutama dari sisi cuaca. Bisa saja kamu mendaki saat cerah, tapi dalam sekejap turun hujan es, angin kencang, atau suhu turun drastis. Ini bisa sebabkan hipotermia, radang dingin, dan hilangnya pandangan.
Selalu cek prakiraan cuaca dan jangan ragu batalkan pendakian kalau cuaca tak mendukung.
3. Medan Sulit dan Licin
Jalur terjal, lereng bersalju, atau bebatuan yang tajam memerlukan teknik khusus. Kalau kamu belum cukup pengalaman atau tidak membawa perlengkapan yang tepat, risikonya bisa fatal.
Salah langkah, kamu bisa terpeleset, jatuh, bahkan tergelincir ke jurang. Ingat, skill teknis dalam mendaki itu penting banget!
4. Risiko Terpeleset dan Cedera
Jatuh adalah risiko umum saat mendaki. Mulai dari jatuh ringan yang hanya menyebabkan memar, hingga patah tulang atau trauma berat.
Bahkan, ada juga risiko terjebak di celah gunung es (crevasse) yang dalam dan sulit dijangkau. Pastikan kamu tidak mendaki sendirian dan selalu bawa P3K.
5. Longsor Salju atau Avalanche
Kalau kamu mendaki gunung bersalju, perlu tahu bahwa longsor salju itu ancaman serius. Biasanya terjadi di musim dingin atau saat cuaca tidak stabil.
Jadi, pastikan kamu mendaki di musim yang tepat dan paham kondisi medan yang akan kamu hadapi.
Tantangan Mental yang Nggak Kalah Berat
1. Takut Jatuh
Bukan cuma fisik, mental juga bisa diuji. Rasa takut jatuh, apalagi kalau kamu sedang di jalur curam atau di atas ketinggian ekstrem, bisa bikin panik dan malah kehilangan fokus. Padahal fokus itu penting banget saat berpijak.
2. Takut Gagal Sampai Puncak
Kadang ekspektasi bikin kita stres sendiri. Kamu mungkin sudah niat banget mau sampai puncak, tapi tubuh bilang “stop”. Nah, rasa takut gagal ini bisa bikin kamu memaksakan diri. Padahal, lebih baik berhenti daripada dipaksakan dan malah celaka.
3. Batas Mental
Mendaki bukan cuma soal otot, tapi juga kepala dan hati. Ada kalanya kamu merasa stuck atau kehilangan semangat di tengah jalan. Jangan anggap remeh, ini bisa membatasi performa kamu dan bahkan mengganggu keselamatan kalau kamu jadi terlalu nekat atau menyerah total.
4. Stres Psikologis karena Kondisi Alam
Kamu bisa saja stuck di tenda berjam-jam atau bahkan berhari-hari karena cuaca buruk. Terisolasi, kelelahan, dan minim komunikasi bisa menimbulkan stres berat. Bahkan buat yang terbiasa aktif, rasa ‘diam di tempat’ bisa jadi sangat menguras emosi.
Hal Lain yang Perlu Diperhatikan
1. Kerusakan Alat
Jangan sepelekan perlengkapan mendaki. Tali putus, jaket sobek, kompor nggak nyala itu semua bisa jadi masalah besar di tengah gunung. Jadi, pastikan semua alat yang kamu bawa sudah diuji sebelumnya dan sesuai standar.
2. Kepadatan dan Keamanan Jalur
Beberapa jalur pendakian populer bisa sangat padat. Ini bisa jadi gangguan, apalagi kalau kamu harus antre di jalur sempit. Selain itu, keamanan juga penting terus hindari pendakian di lokasi yang rawan konflik atau minim pengawasan.
3. Lelah dan Kelelahan Ekstrem
Mendaki itu butuh stamina. Kalau kamu tidak punya persiapan fisik yang cukup, kamu bisa mengalami kelelahan parah yang menyebabkan keputusan keliru. Ini sangat berbahaya, apalagi di ketinggian.
4. Kesehatan Mental
Mendaki bisa jadi sangat menyembuhkan—tapi juga bisa memicu krisis mental jika kamu tidak siap. Kesepian, rasa takut, bahkan panic attack bisa muncul tanpa diduga. Pastikan kamu punya sistem pendukung, baik teman, pemandu, atau minimal sinyal yang memungkinkan komunikasi darurat.
Mendaki gunung adalah pengalaman luar biasa yang bisa bikin kamu lebih kuat, lebih mandiri, dan lebih kenal sama diri sendiri. Tapi, selalu ingat: tahu batas itu bukan tanda lemah, tapi tanda kamu sadar dan peduli pada keselamatan diri.
Jadi, buat kamu yang cewek dan tertarik mencoba pendakian pertama, atau mungkin sudah sering naik gunung, yuk pahami lagi batas antara tantangan dan bahaya ini sebelum berangkat.
(Kontributor: Natasya Regina)