Trending
Tragedi Demo Bikin Driver Ojol Tewas: Kode ACAB dan 1312 Jadi Sorotan!
Demo yang memanas berujung insiden tragis, seorang driver ojol meninggal. Simak juga makna tersembunyi di balik kode ACAB dan 1312 yang ramai dibicarakan publik.
Vania Rossa | Estika Kusumaningtyas

Dewiku.com - Gelombang demonstrasi yang akhir-akhir ini terjadi di berbagai daerah demi suarakan aspirasi ternyata berujung insiden driver ojol meninggal dilindas rantis Brimob. Affan Kurniawan jadi simbol luka sosial yang mendalam bagi rakyat Indonesia.
Peristiwa ini nggak hanya menyulut emosi masyarakat, tapi juga memunculkan kembali berbagai simbol perlawanan seperti kode ACAB dan angka 1312 yang ramai di berbagai unggahan media sosial.
Pertanyaannya, apa sebenarnya makna dari kode-kode ini? Apakah sekadar simbol iseng, atau justru memiliki pesan yang lebih dalam terkait dengan ketidakpercayaan publik terhadap aparat keamanan?
Insiden Meninggalnya Driver Ojol di Tengah Demo
Dalam aksi demonstrasi yang suasananya berubah ricuh akibat aksi aparat yang mulai membubarkan massa, seorang driver ojol bernama Affan Kurniawan menjadi korban jiwa. Kabarnya, Affan hanya ingin melintas untuk mengirim pesanan.
Sempat tertabrak rantis Brimob, ternyata sopir baracuda tersebut malah kembali tancap gas hingga dalih terlindas pun langsung ditepis pendemo yang saat itu ada di lokasi. Kabar ini pun langsung menyebar luas di media sosial dan memicu simpati sekaligus kemarahan publik.
Banyak netizen menilai aparat terlalu represif dalam menangani aksi massa. Sejak itu, berbagai poster protes dengan tulisan ACAB dan angka 1312 mulai bermunculan seolah jadi simbol kekecewaan masyarakat terhadap cara aparat menangani situasi.
Makna ACAB: All Cops Are Bastards
Kode ACAB sudah lama dikenal di berbagai belahan dunia, terutama dalam konteks protes dan perlawanan terhadap aparat kepolisian. ACAB sendiri merupakan singkatan dari “All Cops Are Bastards” atau “Semua Polisi Adalah Brengsek”.
Istilah ini muncul pertama kali di Eropa pada awal abad ke-20 sebagai bentuk perlawanan kelas pekerja terhadap otoritas. Seiring waktu, ACAB semakin populer terutama di kalangan demonstran hingga gerakan anarkis.
Baca Juga
Foto Terbaru Agnez Mo Viral, Segar dan Fit di Usia Hampir 40 Tahun!
Sorotan Publik Panas! Sri Mulyani Hadapi Tantangan Kepercayaan di Tengah Krisis
Mahfud MD Bicara soal Isu Pembubaran DPR: Setuju Nggak?
Diamnya Malah Dikritik Netizen, Ketika Cinta Kuya Pilih Bungkam di Tengah Sorotan Terhadap Ayahnya
Sherina Munaf Selamatkan Kucing Uya Kuya Pasca Penjarahan, Kondisinya Memprihatinkan
Fenomena Tradwife di Media Sosial, Pilihan Hidup atau Sekadar Konten?
Namun, perlu dipahami juga kalau nggak simbol ACAB merujuk pada kebencian untuk aparat polisi secara individu. Banyak juga yang menggunakannya sebagai simbol kritik terhadap sistem kepolisian yang dianggap korup, represif, atau tidak adil.
Kode Numerik 1312: Representasi Kode ACAB
Selain tulisan ACAB, muncul pula kode numerik 1312 dalam berbagai bentuk poster dan grafiti. Kode ini sebenarnya merupakan representasi kode ACAB dengan makna serupa.
Kalau dipecah, kode numerik ini diartikan 1=A, 3=C, 1=A, 2=B. Jadi, kode 1312 adalah cara lain untuk menuliskan simbol ACAB agar lebih samar tapi tetap membawa pesan perlawanan yang sama.
Simbol Perlawanan atau Ungkapan Frustrasi?
Kemunculan ACAB dan 1312 di Indonesia belakangan ini nggak bisa lepas dari situasi sosial politik yang memanas. Bagi sebagian massa, simbol ini bukan sekadar tren, tapi juga ungkapan frustrasi terhadap tindakan represif aparat saat mengawal demo.
Penggunaan simbol ACAB juga bisa jadi sinyal bahwa masyarakat mulai kehilangan kepercayaan pada aparat. Padahal, kepercayaan publik adalah modal utama bagi aparat keamanan dalam menjalankan tugasnya.
Di sisi lain, ada pula yang menilai kalau kode ini cenderung berlebihan mengingat nggak semua aparat melakukan tindakan represif. Kode yang memberi kesan menyamaratakan semua polisi dengan label negatif justru bisa memperkeruh keadaan.
Pentingnya Etika Demonstrasi dan Penegakan Hukum Beradab
Kasus meninggalnya driver ojol Affan Kurniawan seharusnya menjadi bahan refleksi bersama. Demonstrasi adalah hak rakyat, tapi harus tetap dilakukan dengan damai dan beretika.
Begitu juga aparat, memiliki kewajiban menjaga ketertiban dengan cara proporsional dan humanis, bukan represif. Kemunculan simbol ACAB dan 1312 menjadi alarm bahwa ada masalah serius dalam relasi rakyat dengan aparat.
Kalau nggak segera ditangani dengan bijak, ketidakpercayaan ini bisa terus membesar dan mengancam stabilitas demokrasi. Terlebih di tengah kabar munculnya perintah tembak peluru karet dari Kapolri bagi massa yang menyasar Mako.