Gebyar Batik Kulon Progo 2018 Lestarikan Wastra Nusantara
Jika kain batik bisa bicara, pasti banyak yang dia sampaikan melalui goresan motifnya.
Gebyar Batik Kulon Progo 2018 sukses digelar di Alun-Alun Wates, Kulon Progo, DIY, Jumat (7/9/2018) hingga Minggu (9/9/2018) pekan lalu.
Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari tersebut menjadi salah satu rangkaian Jogja International Batik Biennale 2018.
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo mengadakan pameran batik yang diikuti 75 stand dari seluruh kabupaten/kota di DIY.
Baca Juga: 9 Potret Keceriaan Musim Panas ala Kembang Setaman Ambarrukmo
Bukan hanya itu saja. Gebyar Batik Kulon Progo 2018 juga dimeriahkan lomba desain busana batik, fashion show, gerakan Ayo Membatik, dan talkshow interaktif seputar batik.
Acara fashion show dilaksanakan saat pembukaan Gebyar Batik Kulon Progo 2018, Jumat malam. Selain 10 model profesional, beberapa perwakilan pejabat setempat juga ikut menunjukkan kemampuan modeling tersembunyinya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Tri Saktiyana mengatakan banyak filosofi yang terkandung dalam lukisan kain batik.
Baca Juga: Jogja Fashion Week 2018 Siap Digelar November Mendatang
''Kalau kain batik itu bisa bicara, banyak hal yang dapat disampaikan melalui goresan ataupun lukisan yang ditorehkan oleh para pengrajin batik. Batik punya spektrum kultural dan modern dari makna kekunoan hingga kekinian yang sangat menyentuh kehidupan budaya masyarakat,'' kata dia.
Wakil Bupati Kulon Progo, Sutedjo mengungkapkan Gebyar Batik Kulon Progo 2018 bertujuan melestarikan batik sekaligus membangkitkan sektor perekonomian, pariwisata, dan budaya.
''Di Kabupaten Kulon Progo sendiri, Industri Kecil dan Menengah di sektor batik terus berkembang di berbagai wilayah, khususnya di Kecamatan Lendah,'' ujar Sutedjo.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) DIY, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAY) Adipati Paku Alam X mengatakan Yogyakarta telah ditetapkan sebagai Kotak Batik Dunia oleh World Craft Council (WCC) pada 2014 lalu.
''Jogja International Batik Biennale yang digelar setiap 2 tahun nantinya akan menjadi referensi perbatikan dunia, yang harus mengambil isu perbatikan ramah lingkungan untuk semua produk industri batik di DIY, dengan selalu menggunakan zat pewarna alami,'' ujar GKBRAY Adipati Paku Alam X.
Dia pun berharap para pengrajin batik terus semangat berkreasi, berkarya, dan mengembangkan usahanya hingga menembus pasar global.
Baca Juga: Deretan Karya Didit Hediprasetyo, Bikin Prabowo Subianto Bangga
''Kita juga harus meningkatkan daya beli masyarakat dengan membeli dan mencintai produk kita sendiri, juga membiasakan anak muda untuk mencintai produk batik lokal,'' tutur GKBRAY Adipati Paku Alam X.
BERITA TERKAIT
8 Arti Mimpi Pinjam Uang, Pertanda Kebanyakan Utang di Dunia Nyata?
Jumat, 29 Maret 2024 | 16:00 WIBRatusan Desainer Meriahkan Panggung Indonesia Fashion Week 2024
Jumat, 29 Maret 2024 | 13:18 WIBSambut Hari Raya Bareng Brand Lokal, Ini 4 Rekomendasinya
Jumat, 29 Maret 2024 | 13:00 WIB6 Jenis Kain Terbaik untuk Baju Lebaran, Nyaman Dipakai dan Tidak Gerah
Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIBIFW 2024 Jadi Rujukan Tren Mode Lintas Generasi, Berkomitmen Usung Produk Lokal
Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB5 Gaya Paula Verhoeven Pakai Outer Kemeja, Modisnya Anak Muda Banget
Kamis, 28 Maret 2024 | 14:00 WIBBERITA TERKINI