Ragam
Jurang Gaji DPR vs Pekerja: Rp 3 Juta Untuk Sehari vs Sebulan
Gaji DPR melonjak Rp3 juta per hari bikin publik panas. Sementara UMP pekerja naik tipis, jurang ketimpangan makin nyata.
Vania Rossa

Dewiku.com - Gaji sehari Rp3 juta? Buat anggota DPR, itu realita. Tapi buat rakyat biasa, mungkin butuh sebulan penuh kerja plus lembur untuk mendapatkan angka itu. Ya, kabar soal penghasilan DPR yang bisa tembus Rp3 juta per hari memang bikin banyak warga menjerit. Bukan cuma angkanya yang bikin melongo, tapi juga perasaan timpang: mereka hidup aman dengan tunjangan segunung, sementara banyak pekerja masih mikir, “Bisa nggak ya gaji bulan ini cukup buat bayar listrik sama cicilan?”
Jurang Gaji yang Kian Jauh
Kalau ditotal, gaji plus tunjangan anggota DPR bisa lebih dari Rp100 juta per bulan. Bandingin sama UMP (Upah Minimum Provinsi) yang di 2025 ada di kisaran Rp2,3 juta di Jawa Tengah atau Rp5,3 juta di Jakarta. Jadi, sehari gaji DPR bisa setara sebulan kerja buruh. Ironi banget kan? Apalagi kalau ingat, UMP yang naik tipis tiap tahun sering kali kalah sama kecepatan harga cabai atau beras di pasar.
Fenomena ini bukan cuma soal angka, tapi soal rasa adil. Rasanya makin jelas kalau DPR hidup di “bubble” nyaman, sementara rakyat yang mereka wakili masih jungkir balik cari tambahan penghasilan. Warganet pun nggak ketinggalan bikin komentar satir. Ada yang bilang, “Mungkin kita salah jurusan kuliah, harusnya daftar jadi anggota dewan.”
Panggung Satir Medsos
Di tengah kekecewaan ini, media sosial pun jadi panggung utama buat meluapkan unek-unek. Meme, cuitan sinis, sampai video kreatif langsung berseliweran. Netizen emang nggak pernah kehabisan ide buat mengkritik dengan gaya kocak.
Tapi di balik semua itu, ada rasa getir: kenapa yang duduk di kursi empuk parlemen bisa gampang banget nambah gaji, sementara pekerja mesti demo, nulis petisi, sampai teriak-teriak di jalan buat sekadar naikin UMP beberapa persen?
Yang bikin makin pedas, DPR nggak cuma mikirin gaji sendiri. Mereka juga ikut mendorong tambahan anggaran buat lembaga lain, seperti Mahkamah Agung. Angkanya? Triliunan.
Sementara banyak pekerja formal maupun informal masih sibuk bertahan hidup dengan gaji pas-pasan, tanpa jaminan kesehatan yang layak, apalagi tunjangan-tunjangan mewah.
Di titik ini, publik merasa kayak lagi nonton drama: satu pihak pesta pora, pihak lain berjuang biar nggak minus di akhir bulan. Kontras banget.
Baca Juga
Risiko Gempa di Kota Padat: Kenapa Getaran di Bekasi Bikin Panik Warga?
Mengenal Norland Nanny: Jasa Babysitter dengan Skill James Bond, Gaji Sampai Rp 3 Miliar!
Dulu Bangga Punya Anak Cowok, Kini Orang Korea Lebih Senang Anak Cewek, Kok Bisa?
Nggak Kebal Hukum! Anak Putri Mahkota Norwegia Terancam 10 Tahun Penjara Gara-Gara 32 Pelanggaran
Privilege Napi VVIP: Sembilan Bulan Hukuman Putri Candrawathi Langsung Menguap Karena Rajin Donor Darah
Viral Curhat Pilu Siswi SMA yang Gak Bisa Kuliah: Pengingat Keras untuk Orang Tua Soal Dana Pendidikan
Bukan Cuma Nominal, Tapi Kepercayaan
Kasus kenaikan gaji DPR ini akhirnya lebih dari sekadar nominal Rp3 juta per hari. Ini tentang kepercayaan publik. Orang jadi bertanya: apakah DPR benar-benar tahu rasanya hidup dengan UMP? Apakah mereka paham gimana beratnya pekerja yang jadi tulang punggung ekonomi nasional? Atau jangan-jangan, mereka sudah terlalu nyaman sampai lupa realita?
Selama jurang ini dibiarkan makin lebar, wajar kalau kritik rakyat makin kencang. Karena pada akhirnya, yang dicari bukan cuma transparansi soal gaji, tapi bukti nyata bahwa DPR masih berpihak pada rakyat. Bukan hanya saat kampanye, tapi juga saat duduk di kursi parlemen.
Meski kesannya satir dan penuh sarkas, sebenarnya suara rakyat ini menyimpan harapan. Harapan kalau DPR bisa lebih peka, lebih realistis, dan lebih berani memperjuangkan kesejahteraan orang banyak ketimbang sibuk ngurusin tunjangan pribadi. Sebab di luar semua kritik, rakyat masih mau percaya kalau wakilnya bisa jadi suara untuk kehidupan yang lebih layak.
Sampai hari itu datang, mungkin kita cuma bisa mengelus dada sambil scroll timeline, baca meme sindiran, dan bertanya dalam hati: “Kapan ya gajiku juga bisa naik Rp3 juta per hari?”