Ragam

Ruang Kerja Emil Dardak di Grahadi Hangus, Netizen Ikut Simpati: Orang Baik Juga Ikut Jadi Korban

Emil Dardak hanya bisa terdiam melihat puing ruang kerjanya di Grahadi yang hangus terbakar.

Vania Rossa | Estika Kusumaningtyas

Emil Dardak melihat puing Gedung Grahadi (Instagram/emildardak)
Emil Dardak melihat puing Gedung Grahadi (Instagram/emildardak)

Dewiku.com - Suasana duka menyelimuti Gedung Grahadi, Surabaya, setelah bangunan itu hangus dibakar akibat aksi anarkis sekelompok oknum yang mengaku sebagai massa demo. Peristiwa tersebut bukan hanya meninggalkan kerugian material, tapi juga kekecewaan publik.

Banyak pihak yang menyayangkan aksi ini mengingat Gedung Grahadi merupakan salah satu cagar budaya. Bahkan kesedihan juga dirasakan langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, yang selama ini berkantor di gedung tersebut.

Ruang kerja suami Arumi Bachin tersebut menyempatkan waktu melihat ruang kerjanya yang sudah jadi puing. Tampak ekspresi Emil Dardak memperlihatkan kesedihan saat memasuki ruangan demi ruangan di Gedung Grahadi.

Ruang Kerja Tinggal Puing

Dalam kunjungannya pasca-kebakaran, Emil Dardak terlihat menatap pilu puing-puing ruang kerjanya yang kini hanya menyisakan arang, abu, dan sisa perabotan hangus. Ruangan yang selama ini menjadi tempatnya bekerja kini rata dengan tanah.

Wajah Wagub Jatim, Emil Dardak seolah sedang menahan tangis saat melihat puing-puing Gedung Grahadi yang habis terbakar. Ekspresi kesedihan ini pun tertangkap oleh netizen yang menonton unggahan tersebut.

Meski begitu, dari unggahan video di akun Instagram pribadinya @emildardak, Emil masih sempat memberikan komentar terkait kejadian ini dan akan fokus pada langkah tindak lanjut bersama aparat yang berwenang.

“Banyak masyarakat yang menggantungkan kehidupan sehari-hari kepada kondusifnya suasana di sekitar kita. Kami meyakini aparat-aparat yang berwenang akan melakukan tindak lanjut sesuai koridornya,” ucap Emil memberikan komentarnya.

Netizen: Orang Baik Ikut Kena Imbas

Tragedi yang menimpa Gedung Grahadi menjadi ironi tersendiri. Emil Dardak dikenal sebagai salah satu pemimpin muda yang banyak diapresiasi masyarakat karena gaya kepemimpinannya yang dekat dengan rakyat.

Namun, dalam insiden ini, ia justru ikut menjadi korban atas ulah oknum yang mengatasnamakan aksi demo. Hal ini kemudian memunculkan refleksi mendalam bahwa aksi demo yang berujung anarki juga orang-orang baik yang selama ini berusaha tulus mengabdi.

Pasca beredarnya video saat Emil Dardak menyambangi puing ruang kerjanya, netizen ramai menunjukkan rasa simpati. Banyak yang menilai bahwa Emil adalah salah satu pejabat yang benar-benar bekerja untuk rakyat hingga kejadian ini terasa sangat menyedihkan.

“Ya Allah , padahal beliau dan Bu arumi g pernah pamer kemewahan. Sopan dan santun,” komentar salah satu netizen.

“ini bukan ulah pendemo lagi sihhh tapi org bayaran kek nya,” balas netizen lain.

“Mas emil orang baik yg gak neko² loh,” timpal yang lain ikut menyuarakan kekecewaan.

“Aku suka dengan kesederhanaan pak Emil dan dia orang baik,sabar ya... Pak,” tulis netizen yang mendoakan Emil Dardak.

“Jangan semua di samaratakan.. beliau orang baik loh, ga pernah flexing,” bela netizen lainnya.

Grahadi: Simbol Sejarah yang Hangus

Gedung Grahadi sendiri merupakan salah satu bangunan ikonik Surabaya. Selain berfungsi sebagai kantor pemerintahan, gedung ini juga menjadi lokasi destinasi edukasi dan wisata sejarah.

Kini, puing-puing yang tersisa menjadi saksi bisu bagaimana amarah sekelompok orang bisa menghapus jejak sejarah dalam sekejap. Banyak warga Surabaya yang turut merasa kehilangan karena Grahadi merupakan simbol identitas Jawa Timur.

Esensi Demo Harus Dijaga

Insiden pembakaran Gedung Grahadi juga menjadi peringatan keras bahwa demonstrasi nggak boleh kehilangan esensinya. Demonstrasi adalah ruang demokrasi untuk menyampaikan suara rakyat.

Namun, saat berubah menjadi perusakan, justru rakyat sendiri yang rugi, baik secara material, maupun citra gerakan sosial yang akhirnya dipandang negatif. Apalagi, dalam kasus Grahadi, aksi anarki berimbas pada pejabat yang dikenal dekat dengan rakyat.

Aksi semacam ini berpotensi mengurangi simpati publik terhadap gerakan rakyat secara keseluruhan. Karena itu, penting untuk membedakan antara demonstrasi damai dengan tindakan kriminal yang mengatasnamakan rakyat.

 

Berita Terkait

Berita Terkini