Ragam
Tawaran Fee Fantastis Buzzer Pemerintah Disulap Gen Z Jadi Tren Lucu Day 1
Jerome Polin mengaku sempat mendapat tawaran untuk menjadi buzzer pemerintah dengan imbalan fantastis, yakni mencapai Rp150 juta. Bukan diprotes, hal tersebut justru dijadikan bahan candaan di sosial media oleh Gen Z.
Vania Rossa | Natasya Regina Melati

Dewiku.com - Nama Jerome Polin belakangan jadi sorotan usai dirinya membagikan pengalaman tak terduga di media sosial. Influencer sekaligus YouTuber populer itu mengaku sempat mendapat tawaran untuk menjadi buzzer pemerintah dengan imbalan fantastis, yakni mencapai Rp150 juta.
Lewat unggahan di Instagram, Jerome memperlihatkan tangkapan layar chat dari nomor tak dikenal yang menawarinya peran tersebut. Dalam isi pesannya, ia diminta untuk ikut mengampanyekan narasi “Ajakan Damai Indonesia” di tengah memanasnya protes terhadap pemerintah, DPR, hingga tragedi terbaru yang melibatkan polisi Brimob dan ojek online (ojol).
“Tawaran fee 150 juta untuk jadi buzzer,” tulis Jerome dalam unggahannya sambil menampilkan isi percakapan tersebut.
Alih-alih menimbulkan simpati, kabar itu justru memicu tren baru di kalangan Gen Z. Banyak warganet menjadikannya bahan candaan dengan membuat konten bertema “Day 1 jadi buzzer pemerintah”. Isi kontennya biasanya memuji para politikus dengan nada sarkas, lalu ditutup dengan harapan kocak agar segera ditransfer fee layaknya tawaran yang diterima Jerome.
Fenomena ini bikin publik bertanya-tanya, benarkah Gen Z adalah generasi yang paling santai sekaligus kritis? Mereka mungkin penuh humor, tapi ternyata juga nggak gampang dimanfaatkan begitu saja. Setelah ini, kita bahas lebih jauh soal kenapa generasi muda makin sulit “dibeli” dengan cara seperti ini.
Gen Z Jadi Generasi Paling Santai dan Kritis?
Melansir dari berbagai sumber, banyak yang menilai bahwa Gen Z adalah generasi santai tapi kritis. Dua sisi ini sebenarnya saling melengkapi. Disebut santai karena mereka punya gaya hidup yang fleksibel, menghargai work-life balance, dan nggak mau terjebak pola kerja kaku seperti generasi sebelumnya.
Di sisi lain, mereka kritis karena tumbuh di era digital dengan akses informasi yang luas, sehingga lebih selektif, analitis, dan berani menyuarakan pendapat terkait isu sosial maupun etika.
Mengapa Gen Z Disebut Santai?
Baca Juga
Warganet Uji Ilmiah! Apakah Gelombang Suara Demo Bisa Tembus Gedung DPR atau Cuma Nyangkut di Gerbang?
Jadi Relawan Medis, Zaskia Adya Mecca Lihat Langsung Korban Demo Berjatuhan dan Aksi Tutup-Tutupi Fakta
Demo Ricuh Jadi Headline, Aksi Damai Masyarakat dan Ojol Kompak Rapikan Halte Pasar Senen Kok Malah Nggak Viral?
Nggak Turun Ke Jalan, Tapi Deretan Artis Ini Lantang Gaungkan 17+8 Tuntutan Rakyat di Medsos
Rahasia di Balik Cincin Tunangan Taylor Swift: Misteri Angka 13 yang Selalu Spesial
Mengulik Daddy Issues, Masalah Psikologis yang Bikin Hubungan Anak dan Ayah Rumit
1. Adaptasi dengan Teknologi dan Efisiensi
Gen Z sangat terbiasa dengan teknologi. Mereka lebih suka cara kerja efisien dan praktis berkat otomatisasi. Jadi bukan berarti malas, melainkan lebih cerdas dalam memanfaatkan waktu dan tenaga.
2. Fokus pada Kesehatan Mental dan Work-Life Balance
Buat mereka, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan mengejar karier. Istirahat, healing, atau sekadar punya waktu untuk diri sendiri dianggap sebagai kebutuhan, bukan kemanjaan.
3. Gaya Komunikasi Fleksibel
Cara berkomunikasi mereka cenderung santai, terbuka, dan toleran. Gen Z lebih nyaman dengan interaksi singkat dan jelas, biasanya lewat chat atau media sosial, daripada gaya komunikasi formal yang kaku atau menggurui.
Mengapa Gen Z Disebut Kritis?
1. Konsumen yang Selektif
Gen Z nggak asal membeli produk. Mereka biasanya lebih peduli pada nilai, etika, dan citra perusahaan sebelum akhirnya memutuskan untuk jadi konsumen setia.
2. Aktivis Sosial yang Berkomitmen
Isu sosial, lingkungan, dan kemanusiaan sering jadi perhatian Gen Z. Mereka aktif menyuarakan kepedulian lewat media sosial sekaligus ikut mendorong perubahan nyata.
3. Kreatif dan Inovatif
Tumbuh bersama perkembangan teknologi bikin Gen Z lebih kreatif. Mereka bisa dengan cepat menemukan ide baru, beradaptasi, dan menggunakannya untuk hal-hal produktif, termasuk aksi sosial.
4. Melek Informasi
Sebagai digital natives, mereka terbiasa memilah informasi. Gen Z lebih peka terhadap berita bohong, tren palsu, atau isu manipulatif karena sudah terbiasa dengan arus informasi sejak kecil.
Jadi, kalau ada yang bilang Gen Z ini generasi santai, itu bukan tanpa alasan. Tapi di balik gaya hidup fleksibelnya, mereka juga punya sisi kritis yang bikin mereka mampu mendorong perubahan positif. Santai boleh, tapi tetap peduli dan sadar terhadap isu-isu penting—itulah ciri khas Gen Z yang bikin mereka unik.