Ragam

Jadi Relawan Medis, Zaskia Adya Mecca Lihat Langsung Korban Demo Berjatuhan dan Aksi Tutup-Tutupi Fakta

Zaskia Adya Mecca jadi saksi mata kekacauan demo. Ia melihat korban berjatuhan hingga mengungkap adanya orang berbaju sipil yang melarang rekaman situasi, bikin publik sulit tahu fakta sebenarnya.

Vania Rossa | Natasya Regina Melati

Zaskia Adya Mecca di kawasan demonstrasi (Instagram/askiaadyamecca)
Zaskia Adya Mecca di kawasan demonstrasi (Instagram/askiaadyamecca)

Dewiku.com - Zaskia Adya Mecca kembali jadi sorotan publik setelah membagikan pengalaman pribadinya turun langsung sebagai relawan medis di tengah aksi demonstrasi yang berlangsung di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, pada Sabtu (30/8/2025).

Lewat unggahan di akun Instagram pribadinya, istri sutradara Hanung Bramantyo itu menceritakan awal mula dirinya ikut bergabung dengan tim relawan Gerakan Warga Bantu Warga. Zaskia mengira aksi demo libur karena jalanan terlihat sepi, tetapi setelah berbincang dengan rekannya, M Hibaturr, ia baru tahu bahwa demonstrasi masih berlangsung.

“Menuju Kwitang cukup mencekam suasana, dibuang ke sana-sini karena jalan utama ditutup. Sepanjang jalan banyak bekas pembakaran, lalu sampailah kami di titik kritis,” tulis Zaskia dalam unggahannya.

Saat tiba di lokasi, Zaskia menyaksikan sendiri banyak korban yang tumbang akibat gas air mata, peluru karet, maupun benturan. Menurutnya, mayoritas korban mengalami sesak napas sehingga membutuhkan oksigen dan cairan NACL untuk membersihkan mata.

Tak hanya itu, ia juga menyoroti adanya sejumlah orang berbaju sipil yang melarang masyarakat maupun relawan merekam situasi di lapangan. “Anehnya banyak orang yang seperti mengawasi dengan baju sipil. ‘Jangan foto! Enggak boleh ada video! Hapus itu filenya!’ Ini dia nih yang bikin masyarakat lain kesulitan cari berita!” ungkapnya.

Meski begitu, Zaskia mengaku kagum melihat dedikasi para relawan medis dan tim hukum yang dengan sigap membantu korban, mulai dari evakuasi, pencarian identitas, hingga pembiayaan rumah sakit. Bahkan, ia sempat ikut mengantarkan pasien ke IGD RSCM.

“Dengan turun ke lapangan ternyata aku belajar banyak. Yang paling bikin aku kagum bagaimana para relawan bekerja dengan luar biasa,” tulis ibu lima anak ini. Ia juga menyebut Yayasan LBH Indonesia ikut mengambil alih pendampingan pasien, sementara markas LBH menyediakan stok kebutuhan medis bagi relawan.

Namun karena kondisi di Kwitang semakin memanas, tim medis akhirnya diminta mundur. “Sekarang aku sudah balik karena situasi Kwitang makin chaos. Cuma bisa berdoa semoga negeri tercinta ini segera pulih, menjadi tempat yang nyaman, aman, dan semua bisa hidup harmonis. Mungkinkah?” tutup Zaskia.

Nah, dari pengalaman Zaskia ini, kita jadi diingatkan lagi soal pentingnya transparansi dan kebebasan masyarakat dalam mengetahui kabar demonstrasi. Habis ini kita bahas lebih dalam, yuk.

Transparansi dan Kebebasan Informasi Untuk Apa?

Transparansi dan kebebasan masyarakat dalam mengetahui kabar demonstrasi sebenarnya adalah hal mendasar dalam sebuah negara demokrasi. Lewat transparansi, publik bisa memahami isu-isu penting, tahu apa yang sedang diperjuangkan, sekaligus ikut mengawasi jalannya pemerintahan.

Dalam hal ini, media punya peran vital karena berfungsi sebagai pilar keempat demokrasi dan menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah. Bahkan, Undang-Undang Penyiaran juga menegaskan bahwa frekuensi publik harus digunakan untuk kepentingan publik, bukan kepentingan politik semata.

Mengapa Transparansi dan Kebebasan Informasi Penting?

  • Akses Informasi Publik: Masyarakat punya hak untuk tahu informasi yang akurat soal demonstrasi, mulai dari tujuan, tuntutan, sampai dampaknya.
  • Pengawasan Pemerintah: Transparansi bikin publik bisa ikut mengawasi kebijakan pemerintah agar tetap akuntabel.
  • Penyaluran Aspirasi: Media berperan sebagai corong masyarakat untuk menyuarakan aspirasi, apalagi ketika lembaga negara belum cukup mampu menyalurkannya.
  • Memperkuat Kepercayaan: Keterbukaan informasi akan menumbuhkan kepercayaan publik terhadap pemerintah dan media. Sebaliknya, kalau ada pembatasan, justru bisa menimbulkan kecurigaan.

Peran Media Massa

  • Pilar Keempat Demokrasi: Media jadi suara publik dan penghubung utama antara masyarakat dengan pengambil kebijakan.
  • Penggunaan Frekuensi Publik: Karena media penyiaran memakai frekuensi publik yang dimiliki rakyat, sudah semestinya informasi yang disampaikan juga untuk kepentingan publik.
  • Dasar Hukum: Hal ini ditegaskan lewat UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang mengatur bahwa media wajib melayani kepentingan publik.

Contoh Tantangan

Salah satu tantangan besar adalah pembatasan siaran terkait demonstrasi. Kalau hal ini terjadi, transparansi otomatis berkurang, akses informasi jadi terbatas, dan kebebasan pers pun terancam.

Transparansi informasi tentang demonstrasi bukan hanya soal berita, tapi juga tentang hak publik untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semakin terbuka, semakin kuat pula kepercayaan masyarakat terhadap jalannya demokrasi di negeri ini.

Berita Terkait

Berita Terkini