Ramuan Cinta ala Perusahaan Jepang Ini Tuai Kontroversi

Apakah ramuan cinta ini benar-benar efektif untuk memikat sang pujaan hati?

By: Rima Sekarani Imamun Nissa icon Minggu, 20 Januari 2019 icon 16:00 WIB
Ramuan Cinta ala Perusahaan Jepang Ini Tuai Kontroversi

Ilustrasi pasangan suami istri. (Unsplash/Toa Heftiba)

Sebuah perusahaan pakaian dalam asal Jepang, Peach John, menuai kontroversi karena mengklaim telah menemukan suplemen ramuan cinta. Produk tersebut telah dijual secara daring dan diklaim dapat membangkitkan hasrat perempuan dan lelaki.

Walau bukan suplemen cinta pertama di Jepang, ternyata produk keluaran Peach John ini mengundang reaksi keras dari masyarakat Negeri Sakura.

Hal itu lantaran pada deskripsi penggunaan produk yang ditulis dalam situs web resmi, produsen menganjurkan agar dicampurkan secara diam-diam dalam makanan pasangan.

''Jika menurut Anda melakukannya secara terbuka akan memalukan, coba diam-diam campur ramuan cinta ke dalam makanan atau permen yang akan mereka (pasangan) makan. Maka Anda dapat melihat apakah mereka memperhatikan atau tidak,'' demikian bunyi deskripsi produk yang dipermasalahkan.

Peach John juga mempromosikan ramuan cinta dengan mengatakan, ''Kami merekomendasikan untuk diam-diam mencampurkannya ke dalam makanan atau minuman seseorang.''

Ilustrasi minum wine saat bukan madu. (Unsplash/Rawpixel)
Ilustrasi minum wine saat bukan madu. (Unsplash/Rawpixel)

Deskripsi yang tercantum dianggap sebagai bentuk pemasaran obat pemerkosaan secara terang-terangan. Itulah mengapa jadi banyak yang mengritik ramuan cinta ini.

Menanggapi hal tersebut, Peach John mengunggah permintaan maaf di laman resminya apda 9 Januari 2019 lalu.

''Kami telah sangat menyinggung banyak pelanggan kami dan kami sangat meminta maaf. Kami telah menghapus pernyataan ofensif. Penjualan Ramuan Cinta, yang dimulai sejak November, juga telah dihentikan,'' kata pihak Peach John, seperti dilansir dari Soranews.

Sementara itu, dalam deskripsi produk, juga dicantumkan sejumlah bahan utama ramuan cinta, antara lain kakao, maca, mucuna, dan dekstrin.

Namun seorang profesor ilmu diet dan ilmu kesehatan terapan di Universitas Showa Wanita Tokyo, Keizo Umegaki mengatakan, efek-efek yang disampaikan pada iklan tidak dapat dievaluasi secara ilmiah.

(Suara.com/Risna Halidi)

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI