Batik Peranakan dan Kebaya Encim, Bentuk Akulturasi Budaya Jawa-China

Akulturasi budaya di bidang fesyen.

By: Dinar Surya Oktarini icon Minggu, 17 Februari 2019 icon 22:00 WIB
Batik Peranakan dan Kebaya Encim, Bentuk Akulturasi Budaya Jawa-China

Kebaya encim. (Dewiku.com/Yasinta Rahmawati)

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XIV 2019 tidak hanya diramaikan dengan kuliner yang menggugah selera, tapi kita juga bisa menyaksikan wujud akulturasi budaya Jawa dan China dalam bentuk fesyen.

Bertempat di Dreamlight Studio Kampung Ketandan, pada 13 - 19 Februari 2019 diadakan Pameran Batik Peranakan & Wayang Kulit Cina Jawa (Wacinwa).

Memasuki studio, mata pengunjung akan dimanjakan berbagai corak batik peranakan dan kebaya nyonya (encim) yang cantik.

Baca Juga: Adu Kreatifitas Desain Batik Peranakan di PBTY XIV 2019

Batik peranakan. (Dewiku.com/Yasinta Rahmawati)
Batik peranakan kain tokwi. (Dewiku.com/Yasinta Rahmawati)

 

Jika diamati, batik peranakan Tionghoa sarat dengan warna primer seperti merah, biru, hijau, dan sebagainya. Berkebalikan dengan batik Jawa yang cenderung menggunakan warna berat karena berpenggunaan warna alami seperti soga, genes, kayu tiger, kayu tingi dan akar pace.

Untuk motifnya sendiri, batik peranakan umumnya menggunakan motif berdasarkan mitologi China yang sarat makna.

Baca Juga: Kalahkan 22 Finalis Lain, Novan dan Stefani Raih Gelar Koko Cici Jogja 2019

Salah satunya adalah motif kilin dan burung phoenix (hong). Hewan kilin dalam masyarakat Tionghoa dipercayai sebagai hewan keberuntungan.

Seperti pada kain tokwi yang dipamerkan, hewan kilin berpadu dengan burung hong yang melambangkan keindahan, kecantikan dan kebahagiaan.

Batik peranakan. (Dewiku.com/Yasinta Rahmawati)
Batik peranakan. (Dewiku.com/Yasinta Rahmawati)

 

Contoh lainnya, ada kain gendongan motif kilin lung teratai yang bermakna bahwa anak yang digendong nantinya bisa tumbuh dewasa dengan sehat, kuat dan bahagia berkat lindungan Tuhan yang Maha Esa.

Sedangkan untuk kebaya encim, total ada 30 item yang dipamerkan. Kesemuanya adalah koleksi dari desainer kondang asal Yogyakarta, Afif Syakur.

Kebaya encim yang dipamerkan mayoritas memiliki warna terang dan motif beragam baik flora maupun fauna. Salah satu yang menjadi ciri khas kebaya ini adalah kerahnya berbentuk V dan berenda.

Kebaya encim. (Dewiku.com/Yasinta Rahmawati)
Kebaya encim. (Dewiku.com/Yasinta Rahmawati)

 

Sayangnya, kebaya nyonya atau kebaya encim yang dipamerkan tidak untuk dijual. Di sisi lain, disediakan kain batik peranakan tulis yang bisa dibeli pengunjung. Kain-kain itu dibanderol mulai Rp 200 ribu per meter.

Bagaimana? Tertarik untuk menilik lebih jauh batik peranakan?

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI