Deteksi Dini Kanker Payudara, Banyak Perempuan Indonesia Enggan Lakukan SADARI
Mengapa banyak perempuan di Indonesia yang tidak melakukan SADARI?
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) idealnya dilakukan setiap satu bulan sekali. Tujuannya adalah mengetahui ada tidaknya perubahan bentuk payudara dari waktu ke waktu agar sebagai deteksi dini terhadap kondisi yang lebih serius, seperti tumor atau kanker.
SADARI dilakukan dengan meraba dan melihat payudara sendiri untuk mengecek kemungkinan adanya perubahan fisik pada organ tersebut. Melansir alodokter, waktu terbaik untuk melakukannya adalah sepekan setelah periode menstruasi berakhir. SADARI tidak disarankan saat haid karena kadar hormon pada masa itu sedang berfluktuasi sehingga menyebabkan perubahan pada tubuh, termasuk payudara menjadi lebih kencang.
World Health Organization (WHO) memperkirakan 2,3 juta perempuan didiagnosis kanker payudara pada 2022 dengan angka kematian mencapai 670 ribu kasus. Sementara, GLOBOCAN 2022 menyebut penyakit ini sebagai kanker terbanyak pada perempuan Indonesia, yakni 66.271 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 22.598 kasus.
Baca Juga: Dukung Gerakan Ayo SADARI Setelah Menstruasi, Ini Gebrakan Charm
Meski begitu, kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker payudara masih terbilang rendah. Padahal, SADARI merupakan salah satu metode paling sederhana untuk menemukan benjolan maupun ketidaknormalan lainnya yang mengindikasikan gejala awal kanker payudara.
"Orang Indonesia itu nggak mau tahu. Takut kalau cek, jadi tahu," ungkap Prof. dr. Noorwati Sutandyo, SpPD-KHOM, dokter ahli kanker dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, dilansir dari Suara.com.
Sang dokter memaparkan, rendahnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini berkaitan dengan tingginya angka kematian akibat kanker secara umum di negara-negara miskin dan berkembang dibanding negara maju.
Baca Juga: Menggunakan Bra Kawat Bisa Memicu Kanker, Mitos atau Fakta?
Jumlah kasus kanker di negara maju umumnya lebih tinggi, termasuk kanker payudara, tetapi angka kematiannya cenderung lebih rendah. Kondisi tersebut berkat kebiasaan deteksi dini yang memungkinkan kanker ditemukan pada stadium awal sehingga meningkatkan peluang keberhasilan terapi.
"Kalau di tempat kita, pasien sudah besar dan luka dulu, sudah stadium 4, masih berobat ke paranormal dulu, baru ke medis," ujar Prof. Noor.
Menurut dokter yang juga staf pengajar di Divisi Hematologi-Onkologi Medik Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini, edukasi yang masif tentang pentingnya melakukan SADARI jelas masih perlu dilakukan. Beberapa gejala awal kanker payudara yang bisa teramati melalui SADARI, antara lain:
1. Ada benjolan
Prof. Noor mengungkapkan, sekitar 80 persen benjolan bisa terdeteksi lewat SADARI. Benjolan tersebut bisa terasa nyeri, tetapi juga mungkin tidak. Walau begitu, sekecil apa pun ukurannya, benjolan yang tidak seharusnya ada di payudara mesti diwaspadai.
"Teraba benjolan kecil seukuran 1 cm itu jumlah sel kankernya sudah 10 pangkat 9, sudah 1 miliar sel. Jadi, jangan terlambat," tegasnya.
2. Puting tertarik ke dalam
Puting yang tertarik ke dalam atau inverted nipple juga harus diwaspadai meski tidak disertai benjolan. Hal ini terutama jika perubahan itu muncul tiba-tiba yang bisa menandakan adanya sel-sel kanker pada jaringan di belakang puting susu.
3. Perubahan bentuk payudara
Banyak perempuan yang memiliki bentuk payudara tidak simetris antara kiri dan kanan. Kondisi tersebut umumnya memang tidak berbahaya. Namun, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan lebih lanjut jika terjadi perubahan bentuk dan ukuran yang tidak sewajarnya.
4. Keluar cairan dari puting susu
"Segala sesuatu yang keluar dari puting pada ibu yang tidak atau belum menyusui, adalah tidak normal," kata Prof. Noor. Cairan yang dimaksud bisa berupa cairan bening ataupun bercak darah.
5. Jangan abaikan perubahan pada kulit payudara
Pada dasarnya, perubahan apa pun yang terjadi pada permukaan payudara bisa menjadi tanda awal kanker. Salah satunya tekstur berkerut selayak kulit jeruk yang dapat muncul tanpa disertai tumor atau benjolan. Waspada juga apabila mendapati kulit yang melekuk ke dalam.
Prof. Noor menambahkan, payudara yang mengeras pada ibu hamil dan menyusui kadang juga rawan menyamarkan gejala kanker. Akibatnya, banyak perempuan yang mengabaikannya. Oleh karenanya, jika disertai perubahan warna kulit menjadi kemerahan, sebaiknya segera periksa ke dokter.
Baca Juga: Sesuai Keinginan Terakhir, Pria Ini Gelar Pernikahan di Pemakaman Calonnya
"Sering dikira karena air susu, padahal ini adalah kanker," tandasnya.
BERITA TERKAIT
Avoskin Usung Konsep Green and Clean Beauty, Buktikan Lewat Flagship Store Ramah Lingkungan
Sabtu, 14 Desember 2024 | 20:32 WIBPutih Bukan Segalanya, Dokter Kecantikan Ungkap Definisi Kulit Sehat Sesungguhnya
Jumat, 13 Desember 2024 | 17:01 WIBKenapa Kita Susah Turunkan Berat Badan? Ternyata Masalahnya Ada di Otak!
Jumat, 13 Desember 2024 | 13:57 WIBCuti Haid untuk Mahasiswi: Kebijakan Inklusif yang Dukung Kesetaraan Gender di Kampus
Kamis, 12 Desember 2024 | 18:57 WIBJangkauan Kampanye 16HAKTP Meluas, Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Butuh Komitmen Lintas Sektor
Kamis, 12 Desember 2024 | 13:00 WIBDi Balik Topeng Imposter Syndrome, Ketika Mahasiswa Merasa Tidak Layak Atas Pencapaian yang Didapat
Kamis, 12 Desember 2024 | 10:34 WIBBERITA TERKINI